Gajah Mada dan 5 Makam Mahapatih yang Sumpahnya Guncang Nusantara
loading...
A
A
A
Gajah Mada dan misteri 5 makam mahapatih yang sumpahnya mengguncang Nusantara masih simpang siur seperti halnya cerita kelahiran dan latar belakang kehidupannya. Hingga kini, sejumlah tempat dipercaya menjadi makam tokoh yang kesohor dengan Sumpah Palapa di era kejayaan Kerajaan Majapahit .
Patih Gajah Mada dengan Sumpah Palapanya mampu menyatukan sejumlah wilayah Nusantara di bawah panji kebesaran Kerajaan Majapahit. Toh, tidak ada gading yang retak. Kegemilangan Gajah Mada saat menjabat mahapatih Kerajaan Majapahit mengalami masa kelam setelah Perang Bubat dengan pecahnya perang Majaphit melawan Kerajaan Sunda di tahun 1279 Saka atau 1357 M.
Dalam Kitab Pararaton, dikisahkan bahwa setelah Perang Bubat, Gajah Mada menikmati masa istirahat setelah 11 tahun menjadi mangkubumi. Di akhir masa hidupnya Patih Gajah Mada pergi meninggalkan Keraton Majapahit ke arah timur.
Diceritakan bahwa Gajah Mada wafat pada tahun 1290 Saka atau 1368 Masehi. Ada sejumlah tempat yang dipercayai sebagai makam Gajah Mada di antaranya Situs Wadu Nocu di Desa Padende, Donggo, Bima, Nusa Tenggara Barat. Masyarakat setempat meyakini Wadu Nocu adalah makam Gajah Mada. Keyakinan ini diungkapkan secara turun temurun oleh penjaga makam tersebut. Bima diceritakan termasuk wilayah yang pernah ditaklukan Gajah Mada.
Ketika Gajah Mada menaklukan suatu wilayah bukan suatu yang mustahil jika dia membuat sebuah tempat yang pada ratusan tahun kemudian bisa dikatakan sebagai petilasan. Di Selaparang, Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat juga terdapat area yang dipercayai sebagai makam Gajah Mada. Makam tersebut dapat ditempuh perjalanan 2 jam dari Mataram.
Sementara dalam Kakawin Nagarakretagama yang ditulis oleh Empu Prapanca disebutkan bahwa Gajah Mada melakukan perjalanan ke berbagai daerah yang ada di sebelah timur Pulau Jawa, termasuk daerah-daerah di Pulau Sumbawa, seperti Taliwang, Dompo (Dompu), Sapi, Sanghyang Api (Pulau Sengeang), dan juga Bima. Kemudian Gajah Mada dikabarkan meninggal dunia pada 1286 Saka atau 1364 M setelah mengalami sakit.
Bentuk makam tersebut seperti sumur bundar dengan susunan batu sungai berukuran sedang yang tertata rapi tanpa tulisan apa pun. Masyarakat Tuban, Jawa Timur pun meyakini jika Gajah Mada dimakamkan di daerah mereka tepatnya di Desa Bejagung, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban.
Makam tersebut dikenal dengan nama Makam Barat Ketiga. Istilah Barat Ketiga dalam bahasa Jawa yang jika dialihbahasakan berarti angin kemarau. Di Provinsi Lampung juga ada makam yang diyakini sebagai tempat peristirahatan yang terakhir bagi Patih Gajah Mada.
Makam tersebut terletak di Pugung Tampak, Kabupaten Liwa, Provinsi Lampung. Konon dahulu kala Kapal yang ditumpangi Patih Gajah Mada tenggelam di Perairan Pugung, setelah tiba di Pugung Patih Gajah Mada jatuh sakit hingga akhirnya meninggal dan dimakamkan di Pekon Pugung.
Keyakinan itu dikuatkan dengan adanya pusara makam serta peninggalan berupa keris, mahkota, pedang, tombak, ikat pinggang, ikat kepala, dan peninggalan lainnya. Sejak dulu, tempat yang diyakini sebagai lokasi makam Gajah Mada itu hanya berupa gundukan tanah merah.
Baru pada 1981 dibangun pagar keliling. Setelah itu diperbaiki kembali dengan membuat lantai di sekitar lokasi makam pada 2010. Warga pesisir pantai antara Pelabuhan Sempo Liya dan Pulau Simpora, tepatnya di Kampung Mada, Desa Matiri, Batauga, Kepulauan Wangi-wangi, Buton, Sulawesi Tenggara juga menyakini makam Gajah Mada berada di wilayahnya.
Kehadiran batu prasasti yang dinamakan Batu Mada menjadi penanda. Konon Gajah Mada yang memiliki banyak kesaktian memilih salah satu gua di wilayah Togo Moori untuk bertapa. Di gua daratan Pulau Karang Wangiwangi yang bersambung ke laut lepas inilah Patih Gajah Mada moksa (menghilang) saat semadi.
Cerita mengenai kelima makam Gajah Mada yang diyakini warga setempat sebagai tempat dimakamkannya tokoh legendaris ini. So, di mana makam Mahapatih Gajah Mada sebenarnya hingga saat ini masih menjadi misteri yang belum bisa dibuktikan secara ilmiah.
Sumber Cerita Pagi:
- Buku Kisah Cinta Gajah Mada, Grsta Bayuadhy, Cetakan Pertama, 2015.
- Wikipedia dan diolah dari berbagai sumber.
Patih Gajah Mada dengan Sumpah Palapanya mampu menyatukan sejumlah wilayah Nusantara di bawah panji kebesaran Kerajaan Majapahit. Toh, tidak ada gading yang retak. Kegemilangan Gajah Mada saat menjabat mahapatih Kerajaan Majapahit mengalami masa kelam setelah Perang Bubat dengan pecahnya perang Majaphit melawan Kerajaan Sunda di tahun 1279 Saka atau 1357 M.
Dalam Kitab Pararaton, dikisahkan bahwa setelah Perang Bubat, Gajah Mada menikmati masa istirahat setelah 11 tahun menjadi mangkubumi. Di akhir masa hidupnya Patih Gajah Mada pergi meninggalkan Keraton Majapahit ke arah timur.
Diceritakan bahwa Gajah Mada wafat pada tahun 1290 Saka atau 1368 Masehi. Ada sejumlah tempat yang dipercayai sebagai makam Gajah Mada di antaranya Situs Wadu Nocu di Desa Padende, Donggo, Bima, Nusa Tenggara Barat. Masyarakat setempat meyakini Wadu Nocu adalah makam Gajah Mada. Keyakinan ini diungkapkan secara turun temurun oleh penjaga makam tersebut. Bima diceritakan termasuk wilayah yang pernah ditaklukan Gajah Mada.
Ketika Gajah Mada menaklukan suatu wilayah bukan suatu yang mustahil jika dia membuat sebuah tempat yang pada ratusan tahun kemudian bisa dikatakan sebagai petilasan. Di Selaparang, Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat juga terdapat area yang dipercayai sebagai makam Gajah Mada. Makam tersebut dapat ditempuh perjalanan 2 jam dari Mataram.
Sementara dalam Kakawin Nagarakretagama yang ditulis oleh Empu Prapanca disebutkan bahwa Gajah Mada melakukan perjalanan ke berbagai daerah yang ada di sebelah timur Pulau Jawa, termasuk daerah-daerah di Pulau Sumbawa, seperti Taliwang, Dompo (Dompu), Sapi, Sanghyang Api (Pulau Sengeang), dan juga Bima. Kemudian Gajah Mada dikabarkan meninggal dunia pada 1286 Saka atau 1364 M setelah mengalami sakit.
Bentuk makam tersebut seperti sumur bundar dengan susunan batu sungai berukuran sedang yang tertata rapi tanpa tulisan apa pun. Masyarakat Tuban, Jawa Timur pun meyakini jika Gajah Mada dimakamkan di daerah mereka tepatnya di Desa Bejagung, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban.
Makam tersebut dikenal dengan nama Makam Barat Ketiga. Istilah Barat Ketiga dalam bahasa Jawa yang jika dialihbahasakan berarti angin kemarau. Di Provinsi Lampung juga ada makam yang diyakini sebagai tempat peristirahatan yang terakhir bagi Patih Gajah Mada.
Makam tersebut terletak di Pugung Tampak, Kabupaten Liwa, Provinsi Lampung. Konon dahulu kala Kapal yang ditumpangi Patih Gajah Mada tenggelam di Perairan Pugung, setelah tiba di Pugung Patih Gajah Mada jatuh sakit hingga akhirnya meninggal dan dimakamkan di Pekon Pugung.
Keyakinan itu dikuatkan dengan adanya pusara makam serta peninggalan berupa keris, mahkota, pedang, tombak, ikat pinggang, ikat kepala, dan peninggalan lainnya. Sejak dulu, tempat yang diyakini sebagai lokasi makam Gajah Mada itu hanya berupa gundukan tanah merah.
Baru pada 1981 dibangun pagar keliling. Setelah itu diperbaiki kembali dengan membuat lantai di sekitar lokasi makam pada 2010. Warga pesisir pantai antara Pelabuhan Sempo Liya dan Pulau Simpora, tepatnya di Kampung Mada, Desa Matiri, Batauga, Kepulauan Wangi-wangi, Buton, Sulawesi Tenggara juga menyakini makam Gajah Mada berada di wilayahnya.
Kehadiran batu prasasti yang dinamakan Batu Mada menjadi penanda. Konon Gajah Mada yang memiliki banyak kesaktian memilih salah satu gua di wilayah Togo Moori untuk bertapa. Di gua daratan Pulau Karang Wangiwangi yang bersambung ke laut lepas inilah Patih Gajah Mada moksa (menghilang) saat semadi.
Cerita mengenai kelima makam Gajah Mada yang diyakini warga setempat sebagai tempat dimakamkannya tokoh legendaris ini. So, di mana makam Mahapatih Gajah Mada sebenarnya hingga saat ini masih menjadi misteri yang belum bisa dibuktikan secara ilmiah.
Sumber Cerita Pagi:
- Buku Kisah Cinta Gajah Mada, Grsta Bayuadhy, Cetakan Pertama, 2015.
- Wikipedia dan diolah dari berbagai sumber.
(aww)