Jejak Makam-makam Keramat Peninggalan Kerajaan Majapahit dan Singasari di Surabaya

Jum'at, 27 Agustus 2021 - 05:00 WIB
loading...
A A A
Selanjutnya makam Pangeran Pekik alias Mbah Pendem. Makam ini terletak di daerah Pakis, Surabaya. Konon sang pangeran adalah petualang dan Jogjakarta. Namun ada pula yang mengatakan masih dari kerajaan Majapahit. Peristiwa ini tidak jelas tahunnya. Cerita inipun merupakan cerita dari mulut ke mulut yang sudah menjadi “tutur tinular”.

Akhudiat dalam buku Masuk Kampung Keluar Kampung, 2008, halaman 124, menulis Pangeran Pekik sebagai Regent, penguasa Surabaya pada urutan ke 10 setelah Kanjeng Sunan Ampel Denta.

Kemudian makam Mbah Kiai Sedomasjid. Makam ini terletak di pusat Kota Surabaya, dekat Tugu Pahlawan. Tepatnya di Jalan Tembaan, kawasan kampung Kawatan, Bubutan. Dulu di dekat makam Kiai Sedomasjid ini konon ada masjid besar menghadap alun-alun Contong. Waktu itu Jalan Pasar Besar yang sekarang menjadi terusan Jalan Pahlawan belum ada. Sedangkan Jalan pahlawan sekarang itu menuju Tunjungan hanya ada Jalan Kramat gantung dan Jalan Gemblongan.

Lalu punden Joko Kuti yang terdapat di Kutisari, Rungkut. Punden ini disebut merupakan bagian dari cikal-bakal Surabaya di zaman Majapahit. Di sini konon dimakamkan sepasangan suami isteri, Joko Kuti dengan Siti Karomah. Saat pertamakali membangun permukiman yang kemudian bernama Kutisari itu, Joko Kuti bersama isterinya sering dapat gangguan dari wanita jadi-jadian bernama Sri Sundoro yang mempunyai “pasukan hantu”.

Dalam adu kesaktian dengan Joko Kuti, akhimya Sri Sundoro yang berubah menjadi babi atau celeng tewas. Tempat itu kemudian diberi nama Celeng Srenggi. Sedangkan tempat pemakaman massal “pasukan hantu” disebut Kramat Complong.
(msd)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2305 seconds (0.1#10.140)