Cerita Mahasiswa Tertua ITB Rudy Setyopurnomo, Ambil Kuliah Doktoral ITB di Usia 69 Tahun
loading...
A
A
A
BANDUNG - Bagi Rudy Setyopurnomo , usia bukan halangan menggapai pendidikan. Buktinya, di usianya yang sudah 69 tahun, Rudy tetap ingin menempuh pendidikan pada program doktoral ITB yang mesti ditempuh 4 tahun. Rudy Setyopurnomo memutuskan mengambil Program Doktor pada Program Studi Sains Manajemen, SBM ITB .
Dia meyakini bila melanjutkan pendidikan doktor, ilmu terapan manajemen yang dia miliki bisa menjadi ilmiah dan mampu dipraktikkan untuk semua orang. Untuk itu, topik riset yang ia ajukan sebagai proposal ialah “Essentials of Strategy Execution System to Manage Business Risks and Operation Profitability: Operation Management by EBITDA Daily Control to minimize operational risks and maximize operation profitability’.”
"Intinya bukan untuk mencari titel semata, tetapi bagaimana membuat ilmu lapangan menjadi scientific, supaya dipakai banyak orang dan bermanfaat," ujarnya, sebagaimana dilansir laman resmi ITB.
Menurut dia, dipilihnya ITB sebagai tempat melanjutkan studi karena ITB adalah salah satu kampus terbaik di Indonesia, terutama untuk bidang sains manajemen. “Saya senang ilmu dan saya senang menyekolahkan anak muda. Karena saya percaya ilmu sangat bermanfaat untuk membimbing bangsa," ujar Rudy.
Pria yang sudah malang melintang di berbagai perusahaan itu memilih ITB untuk melanjutkan S3 karena ingin membuat ilmiahpengalaman-pengalamannya dalam mengelola perusahaan. “Pengalaman saya cukup banyak termasuk membuat perusahaan yang bangkrut menjadi hidup kembali dan kuat, namanya metode turn around perusahaan. Metode yang dipakai yaitu EBITDA atau earning before interest, taxes, depreciation, and amortization,” bebernya.
Diketahui, sebenarnya Rudy telah memilki titel cukup banyak. Bernama lengkap Ir. Rudy Setyopurnomo MM; MPA; MSM. Dia sendiri merupakan lulusan ITB tahun 1976. Ia lulus dan meraih gelar Insinyur di bidang teknik mesin. Pada 1990, melanjutkan ke Universitas Indonesia mengambil Master of Management. Tahun 1991 melanjutkan studi lagi ke Harvard University mengambil Master of Public Administration, tahun 1992 sekolah kembali ke Massachusetts Institute of Technology (MIT) mengambil Master of Science in Management, lalu pada 1994, melanjutkan Post Graduate-sandwich program, di Stanford University.
Kini dia menjadi Founder, CEO PT Equiti Manajemen Teknologi dan Founder, Direktur Fountain Bali Hydro System Corp. Ltd. Hongkong. Dengan pengalaman dan aktivitas yang padat, cara dia membagi waktu adalah dengan menyisihkan waktu untuk belajar. Karena tujuan utamanya adalah menjadikan pengalamannya sebagai metode ilmiah, maka satu-satunya jalan adalah masuk program doktor.
Dia pun memberi semangat kepada mahasiswa ITB pada khususnya dan umumnya para pemuda, untuk bisa masuk MIT dan juga Harvard. Sebab berdasarkan pengalamannya, tingkat kesulitan di perguruan tinggi tersebut tidak lebih sulit dari di ITB.
"Jangan pernah takut daftar ke universitas terbaik di dunia setelah lulus dari ITB, pasti bisa,. Coba diukur IQ-nya, kalau di atas 130 sebaiknya mengambil Ph.D.” katanya.
Dia meyakini bila melanjutkan pendidikan doktor, ilmu terapan manajemen yang dia miliki bisa menjadi ilmiah dan mampu dipraktikkan untuk semua orang. Untuk itu, topik riset yang ia ajukan sebagai proposal ialah “Essentials of Strategy Execution System to Manage Business Risks and Operation Profitability: Operation Management by EBITDA Daily Control to minimize operational risks and maximize operation profitability’.”
Baca Juga
"Intinya bukan untuk mencari titel semata, tetapi bagaimana membuat ilmu lapangan menjadi scientific, supaya dipakai banyak orang dan bermanfaat," ujarnya, sebagaimana dilansir laman resmi ITB.
Menurut dia, dipilihnya ITB sebagai tempat melanjutkan studi karena ITB adalah salah satu kampus terbaik di Indonesia, terutama untuk bidang sains manajemen. “Saya senang ilmu dan saya senang menyekolahkan anak muda. Karena saya percaya ilmu sangat bermanfaat untuk membimbing bangsa," ujar Rudy.
Pria yang sudah malang melintang di berbagai perusahaan itu memilih ITB untuk melanjutkan S3 karena ingin membuat ilmiahpengalaman-pengalamannya dalam mengelola perusahaan. “Pengalaman saya cukup banyak termasuk membuat perusahaan yang bangkrut menjadi hidup kembali dan kuat, namanya metode turn around perusahaan. Metode yang dipakai yaitu EBITDA atau earning before interest, taxes, depreciation, and amortization,” bebernya.
Diketahui, sebenarnya Rudy telah memilki titel cukup banyak. Bernama lengkap Ir. Rudy Setyopurnomo MM; MPA; MSM. Dia sendiri merupakan lulusan ITB tahun 1976. Ia lulus dan meraih gelar Insinyur di bidang teknik mesin. Pada 1990, melanjutkan ke Universitas Indonesia mengambil Master of Management. Tahun 1991 melanjutkan studi lagi ke Harvard University mengambil Master of Public Administration, tahun 1992 sekolah kembali ke Massachusetts Institute of Technology (MIT) mengambil Master of Science in Management, lalu pada 1994, melanjutkan Post Graduate-sandwich program, di Stanford University.
Kini dia menjadi Founder, CEO PT Equiti Manajemen Teknologi dan Founder, Direktur Fountain Bali Hydro System Corp. Ltd. Hongkong. Dengan pengalaman dan aktivitas yang padat, cara dia membagi waktu adalah dengan menyisihkan waktu untuk belajar. Karena tujuan utamanya adalah menjadikan pengalamannya sebagai metode ilmiah, maka satu-satunya jalan adalah masuk program doktor.
Dia pun memberi semangat kepada mahasiswa ITB pada khususnya dan umumnya para pemuda, untuk bisa masuk MIT dan juga Harvard. Sebab berdasarkan pengalamannya, tingkat kesulitan di perguruan tinggi tersebut tidak lebih sulit dari di ITB.
"Jangan pernah takut daftar ke universitas terbaik di dunia setelah lulus dari ITB, pasti bisa,. Coba diukur IQ-nya, kalau di atas 130 sebaiknya mengambil Ph.D.” katanya.
(nic)