Penanganan COVID-19, Ridwan Kamil Sebut Jawa Barat Hadapi Risiko Paling Tinggi
loading...
A
A
A
BANDUNG - Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menyatakan, Provinsi Jabar menghadapi risiko paling tinggi di dalam penanganan pandemi COVID-19.
Besarnya jumlah penduduk Jabar yang mencapai hampir 50 juta jiwa menjadi salah satu faktor penyebab tingginya risiko yang dihadapi. Di sisi lain, anggaran penanganan yang tersedia sangat minim.
"Jabar dari konteks risiko paling tinggi karena jumlah penduduknya sangat besar, hampir 50 juta jiwa, sebesar Korea Selatan atau dua kali dia penduduk Australia, tapi budget hanya 1 persen dari Korea Selatan," ungkap Ridwan Kamil saat menjadi pembicara dalam Webinar Festival Indonesia Tangguh 2021 yang disiarkan langsung MNC Portal Indonesia, Selasa (17/8/2021).
Baca juga: Festival Indonesia Tangguh, Ridwan Kamil Sebut Berita Inspiratif dan Gembira Bikin Imunitas Naik
Faktor penyebab lainnya, lanjut Ridwan Kamil, yakni karekateristik Jabar yang homogen. Menurutnya, meski memiliki wilayah perkotaan, namun lebih banyak wilayah pedesaan di Jabar, sehingga aksesibilitas menjadi tantangan lain yang harus dihadapi.
Baca juga: Festival Indonesia Tangguh, Ridwan Kamil Tunggu Jokowi Deklarasi Kemerdekaan RI dari COVID-19
"Kami terus berjibaku. Tangan kiri masalah kesehatan, tangan kanan masalah ekonomi. Makanya, ada istilah gas rem, tarik ulur, itulah rutinitas yang kami hadapi setiap hari," ungkapnya.
Gubernur yang akrab disapa Kang Emil itu pun mengungkapkan bahwa solusi dalam penanganan pandemi COVID-19 tidak selalu dapat diterima hingga menimbulkan dinamika sosial di tengah-tengah masyarakat, sepertihalnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
"Solusi itu tidak selalu manis. Masyarakat ingin obat batuk rasa strawberry, tapi adanya obat batuk pahit. Memang pahit, tapi bisa menyembuhkan, salah satu obat batuk pahit adalah PPKM," katanya.
"Jadi kami simpulkan PPKM dengan dinamika ini berhasil mengatasi kepadatan, kerumunan, sehingga puncaknya sudah terlewati," sambung Kang Emil menegaskan.
Meskipun banyak dinamika yang dihadapi Jabar dalam penanganan pandemi COVID-19, namun Kang Emil mengaku bersyukur karena Jabar kini telah melewati kondisi darurat COVID-19 yang ditandai dengan semakin membaiknya penanganan kesehatan maupun ekonomi.
"Setelah kedaruratan ini selesai, kita mencari inovasi agar lebih terkendali, salah satunya memperbanyak tracer, satu tracer satu RT untuk memilah orang sakit di antara orang-orang sehat," jelas Kang Emil.
Besarnya jumlah penduduk Jabar yang mencapai hampir 50 juta jiwa menjadi salah satu faktor penyebab tingginya risiko yang dihadapi. Di sisi lain, anggaran penanganan yang tersedia sangat minim.
"Jabar dari konteks risiko paling tinggi karena jumlah penduduknya sangat besar, hampir 50 juta jiwa, sebesar Korea Selatan atau dua kali dia penduduk Australia, tapi budget hanya 1 persen dari Korea Selatan," ungkap Ridwan Kamil saat menjadi pembicara dalam Webinar Festival Indonesia Tangguh 2021 yang disiarkan langsung MNC Portal Indonesia, Selasa (17/8/2021).
Baca juga: Festival Indonesia Tangguh, Ridwan Kamil Sebut Berita Inspiratif dan Gembira Bikin Imunitas Naik
Faktor penyebab lainnya, lanjut Ridwan Kamil, yakni karekateristik Jabar yang homogen. Menurutnya, meski memiliki wilayah perkotaan, namun lebih banyak wilayah pedesaan di Jabar, sehingga aksesibilitas menjadi tantangan lain yang harus dihadapi.
Baca juga: Festival Indonesia Tangguh, Ridwan Kamil Tunggu Jokowi Deklarasi Kemerdekaan RI dari COVID-19
"Kami terus berjibaku. Tangan kiri masalah kesehatan, tangan kanan masalah ekonomi. Makanya, ada istilah gas rem, tarik ulur, itulah rutinitas yang kami hadapi setiap hari," ungkapnya.
Gubernur yang akrab disapa Kang Emil itu pun mengungkapkan bahwa solusi dalam penanganan pandemi COVID-19 tidak selalu dapat diterima hingga menimbulkan dinamika sosial di tengah-tengah masyarakat, sepertihalnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
"Solusi itu tidak selalu manis. Masyarakat ingin obat batuk rasa strawberry, tapi adanya obat batuk pahit. Memang pahit, tapi bisa menyembuhkan, salah satu obat batuk pahit adalah PPKM," katanya.
"Jadi kami simpulkan PPKM dengan dinamika ini berhasil mengatasi kepadatan, kerumunan, sehingga puncaknya sudah terlewati," sambung Kang Emil menegaskan.
Meskipun banyak dinamika yang dihadapi Jabar dalam penanganan pandemi COVID-19, namun Kang Emil mengaku bersyukur karena Jabar kini telah melewati kondisi darurat COVID-19 yang ditandai dengan semakin membaiknya penanganan kesehatan maupun ekonomi.
"Setelah kedaruratan ini selesai, kita mencari inovasi agar lebih terkendali, salah satunya memperbanyak tracer, satu tracer satu RT untuk memilah orang sakit di antara orang-orang sehat," jelas Kang Emil.