Cegah Kebakaran Gambut di Kalimantan, Akademisi: Masyarakat Harus Dilibatkan

Rabu, 11 Agustus 2021 - 04:33 WIB
loading...
Cegah Kebakaran Gambut di Kalimantan, Akademisi: Masyarakat Harus Dilibatkan
Tindakan pencegahan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) gambut di wilayah Kalimantan harus melibatkan masyakarat setempat sehingga bisa lebih efektif. Foto/Ist
A A A
PONTIANAK - Tindakan pencegahan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) gambut di wilayah Kalimantan harus melibatkan masyakarat setempat sehingga bisa lebih efektif.

Baca juga: Kera Putih di Uluwatu Bali dan Harapan Sirnanya Pandemi

Selama sepekan terakhir, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan peningkatan suhu udara dan penurunan kelembapan udara di wilayah Pulau Kalimantan. Peringatan ini juga merupakan indikasi potensi kebakaran hutan dan lahan.

Baca juga: Musim Kemarau Tiba, Kebakaran Lahan Gambut Mulai Terjang Ogan Ilir

"Jadikan masyarakat mitra, bagian dari keluarga. Sebab, yang kadang terjadi masyarakat langsung dijadikan tumbal, biang kerok, dan sebagainya. Akibatnya tidak tercipta hubungan yang baik," ujar Guru Besar IPB University, Bambang Hero Saharjo saat Dialog Bernas Pengelolaan Lahan Gambut Wilayah Kalimantan, Selasa (10/8/2021).

Karhutla khususnya di lahan gambut akan mendapat perhatian internasional karena kemampuan lahan gambut sebagai penyimpan cadangan karbon dunia. Karena itu adanya sejumlah titik api yang dipantau melalui satelit di wilayah Kalimantan perlu mendapat perhatian esktra.

Perhatian ini dapat dilakukan Dinas Lingkungan Hidup di daerah dengan melakukan audit pengendalian kebakaran hutan dan lahan terhadap korporasi. Dengan cara ini, kata Bambang, peran korporasi dalam menjalankan fungsi sesuai aturan yang berlaku akan terlihat, misalnya melihat sarana dan prasarana pendukung penanganan kebakaran gambut.

"Nanti akan terlihat apakah korporasi sudah atau belum memenuhi persyaratan," ujarnya. Bambang juga mengajak untuk melakukan pemanfaatan pengecekan data menggunakan data satelit. Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi sebaran titik api dan kondisi lahan, juga memberikan arahan kegiatan pencegahan karhutla yang perlu diambil.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kalimantan Barat, Adi Yani menyampaikan, salah satu pendekatan untuk mencegah kebakaran gambut yaitu berkolaborasi dengan masyarakat di sekitar gambut.

Adi mengapresiasi program revitalisasi ekonomi yang dibuat Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) sehingga mampu menumbuhkan kelompok masyarakat yang siap siaga menjaga Infrastruktur Pembasahan Gambut (IPG) sehingga mengurangi risiko terjadinya kebakaran.

"Melihat revitalisasi yang kita bentuk di Kabupaten Mempawah ini sangat efektif. Di sana masyarakat ternak sapi untuk penggemukan, dan berjalan terus," ucap Adi.

Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup Kalimantan Selatan, Dadang mengatakan wilayahnya juga telah melakukan operasi pembasahan gambut di sejumlah desa dan obyek vital nasional Bandara Syamsudin Noor.

Saat ini, berdasarkan evaluasi, pihaknya menyebut masih kekurangan sarana dan prasarana pembasarahan. “Belum ada sarana prasarana yang memadai. Mudah-mudahan ada peralatan pemadaman karhutla," ujarnya.

Sementara itu Kabid Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kalimantan Tengah, Merti Ilona menyebut kerja BRGM dalam merestorasi kerusakan gambut akibat alih fungsi lahan dan kebakaran.

Dia berharap intervensi pengembangan ekonomi bagi warga yang tinggal di sekitar IPG dapat diteruskan.

Sementara itu, Kepala Kelompok Kerja Wilayah Kalimantan dan Papua BRGM, Jany Tri Raharjo mengatakan sejak awal Juni pihaknya sudah mengantisipasi kemarau. Salah satunya dengan melakukan pengecekkan kondisi IPG di titik yang rawan terbakar. "Sekat kanal dan sumur bor yang kondisinya rusak akan kami perbaiki," katanya.

Selain memeriksa IPG, BRGM juga mengajak Manggala Agni pasukan pemadam karhutla Kementerian LHK, masyarakat peduli api (MPA) untuk melakukan pembasahan gambut kering atau Operasi Pembasahan Gambut Rawan Kekeringan (OPGRK).

"Lokasinya dipilih dengan mempertimbangkan kriteria, tidak hujan selama tujuh hari, atau BMKG memprediksi kemudahan terbakar, atau indikasi titik panas, atau berdasar tinggi muka air. Salah satu saja tidak terpenuhi tim di lapangan bergerak," paparnya.

Selain pembasahan lahan yang kering, tim di lapangan juga menjadi bagian subordinat satuan tugas pemadaman. Tugasnya, membantu penyediaan peralatan dan sumber daya manusia untuk mengisolasi kebakaran lahan.

Jany tak menampik, meski sudah diantisipasi dengan pembasahan, kebakaran masih bisa terjadi. Salah satu penyebabnya yaitu penggunaan insektisida untuk membasmi semak yang menyebabkan tumbuhan liar itu mengering. "Sehingga ketika api terbawa angin vegetasi terbakar," lanjutnya.

Karena itu, BRGM bersama pemda di 7 provinsi melakukan upaya quick response berupa Operasi Pembasahan Cepat Lahan Gambut Terbakar (OPCLGT).
(shf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2356 seconds (0.1#10.140)