Diintai Banjir, Warga Pinggiran Sungai Citarum Diminta Pakai Aplikasi Bencana
loading...
A
A
A
"Di Citarum sekarang ada juga komunitas, seperti di Baleendah ada namanya Jaga Bale. Itu mereka membentuk WA grup dan men-share telemetri (ketinggian air di hulu). Kalau misalnya sudah naik, kira-kira satu jam berikutnya ada kenaikan berapa itu sudah bisa diperkirakan," katanya.
"Sampai ke hilir Bekasi juga ada komunitas-komunitas relawan yang menyediakan informasi tersebut melalui WA grup. Nanti masyarakat bisa menyebarluaskannya dengan kentongan, speaker masjid dan lainnya," sambung Dani.
Selain mitigasi bencana non-struktural yang dilakukan pihaknya, lanjut Dani, upaya lainnya yakni mitigasi struktural yang berkaitan dengan infrastruktur, seperti pembangunan check dam, normalisasi sungai, situ, dan embung yang dilaksanakannya oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum, contohnya Terowongan Nanjung, dan Floodway Cisangkuy.
"BBWS juga memasang telemetri untuk peringatan dini banjir di beberapa titik. Lalu di Subang ada Waduk Sadawarna, ini pembangunannya sudah 50 persen," katanya.
Dengan adanya upaya-upaya mitigasi tersebut, Dani meminta warga, khususnya warga di kawasan DAS Citarum tidak panik saat menghadapi bencana. Dani juga menekankan bahwa simulasi penanganan bencana harus dilakukan, sehingga warga terlatih dalam menghadapi bencana.
"Sebenarnya kalau panik pada saat bencana itu normal. Namun bagaimana caranya supaya tidak panik? Maka harus terlatih," ucapnya.
Menurut Dani, berdasarkan hasil survei saat peristiwa bencana gempa besar di Jepang, 35 persen faktor keselamatan ternyata ada pada diri sendiri. Karenanya, warga harus memiliki pengetahuan dan berlatih menghadapi bencana.
"Tapi hal itu tidak cukup karena biasanya ada faktor lain, 32 persen itu faktor keluarga. Jika di rumah ada lansia, balita atau difabel itu harus ditolong dengan latihan. Lalu 27 persennya adalah komunitas karena itu yang paling dekat membantu. Maka perlu ada sosialisasi dan edukasi di tingkat RT, RW, sampai desa," paparnya.
Dani menambahkan, sosialisasi kebencanaan rutin dilakukan oleh BPBD Jabar. Namun, selama pandemi melanda, sosialisasi lebih banyak dilakukan lewat webinar atau virtual.
"Kita bekerja sama dengan BMH, Bandung Mitigasi Hub. Setiap Senin-Jumat jam 11.00 ada diskusi mengenai berbagai isu dan topik kebencanaan. Tinggal buka instagram BMH atau BPBD Jabar nanti akan kita informasikan," katanya.
"Sampai ke hilir Bekasi juga ada komunitas-komunitas relawan yang menyediakan informasi tersebut melalui WA grup. Nanti masyarakat bisa menyebarluaskannya dengan kentongan, speaker masjid dan lainnya," sambung Dani.
Selain mitigasi bencana non-struktural yang dilakukan pihaknya, lanjut Dani, upaya lainnya yakni mitigasi struktural yang berkaitan dengan infrastruktur, seperti pembangunan check dam, normalisasi sungai, situ, dan embung yang dilaksanakannya oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum, contohnya Terowongan Nanjung, dan Floodway Cisangkuy.
"BBWS juga memasang telemetri untuk peringatan dini banjir di beberapa titik. Lalu di Subang ada Waduk Sadawarna, ini pembangunannya sudah 50 persen," katanya.
Dengan adanya upaya-upaya mitigasi tersebut, Dani meminta warga, khususnya warga di kawasan DAS Citarum tidak panik saat menghadapi bencana. Dani juga menekankan bahwa simulasi penanganan bencana harus dilakukan, sehingga warga terlatih dalam menghadapi bencana.
"Sebenarnya kalau panik pada saat bencana itu normal. Namun bagaimana caranya supaya tidak panik? Maka harus terlatih," ucapnya.
Menurut Dani, berdasarkan hasil survei saat peristiwa bencana gempa besar di Jepang, 35 persen faktor keselamatan ternyata ada pada diri sendiri. Karenanya, warga harus memiliki pengetahuan dan berlatih menghadapi bencana.
"Tapi hal itu tidak cukup karena biasanya ada faktor lain, 32 persen itu faktor keluarga. Jika di rumah ada lansia, balita atau difabel itu harus ditolong dengan latihan. Lalu 27 persennya adalah komunitas karena itu yang paling dekat membantu. Maka perlu ada sosialisasi dan edukasi di tingkat RT, RW, sampai desa," paparnya.
Dani menambahkan, sosialisasi kebencanaan rutin dilakukan oleh BPBD Jabar. Namun, selama pandemi melanda, sosialisasi lebih banyak dilakukan lewat webinar atau virtual.
"Kita bekerja sama dengan BMH, Bandung Mitigasi Hub. Setiap Senin-Jumat jam 11.00 ada diskusi mengenai berbagai isu dan topik kebencanaan. Tinggal buka instagram BMH atau BPBD Jabar nanti akan kita informasikan," katanya.