Outlook Wajah Industri Pariwisata di Masa Pandemi COVID-19

Sabtu, 12 Juni 2021 - 09:56 WIB
loading...
Outlook Wajah Industri Pariwisata di Masa Pandemi COVID-19
salah satu obyek wisata di Jawa Tengah.Foto/dok
A A A
SEMARANG - Meningkatnya angka kasus COVID-19 di Jawa Tengah akhir-akhir ini mengundang keprihatinan banyak pihak. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan (prokes) disinyalir menjadi penyebab virus corona tak segera sirna.

Beragam spekulasi muncul, di antaranya kasus COVID-19 bertambah setelah libur Lebaran Idul Fitri 1442 H. Tak hanya serbuan warga luar kota yang nekat mudik ke kampung halaman, namun juga padatnya lokasi wisata saat libur panjang.

Dosen Fakultas Pariwisata Universitas Stikubank (Unisbank) Semarang, Sri Yulianto Fajar Pradapa., A.Par., M.M Par., menilai, kesadaran masyarakat menerapkan prokes menjadi kunci utama mengatasi pandemi. Dengan prokes ketat, aktivitas masyarakat masih bisa berjalan meski dengan keterbatasan.

Baca juga: Hujan Deras Turut Padamkan Kebakaran Kilang Minyak Pertamina T39 Cilacap

“Pada masa pandemi, ada tiga sisi berbeda yang perlu diperhatikan. Pertama, industri pariwisata, kedua regulator atau pemerintah yang memberi izin dalam hal pengawasan dan sebagainya, yang ketiga dari sisi manusianya atau wisatawan,” kata Fajar, Sabtu (12/6/2021).

Dia menjelaskan, pada sisi industri pariwisata pemerintah telah memberikan aturan ketat yang mesti ditaati. Misalnya setiap hotel mesti lolos mengantongi Sertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability).

“Sekarang banyak hotel yang menerapkan satu kamar satu customer. Kalau dipaksakan dua, enggak boleh single bed, tapi harus twin,” cetusnya.

“Sisi industri pariwisata bukan hanya hotel saja, dan itu tetap harus hidup. Karena di dalam industri ada sekian puluh bahkan ratusan ribu sumber daya tenaga kerja yang mempunyai efek langsung industri pariwisata,” terangnya.

“Jadi intinya dari sisi industri kalau mau beroperasi silakan, tapi dengan mengikuti regulasi mengikuti salah satunya adalah mengikuti protokol yang telah ditentukan oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,” imbuh dia.

Menurutnya, pemerintah saat ini juga dalam posisi tak mudah untuk memberikan izin seluas-luasnya atau bahkan melakukan pelarangan beroperasi. Dua tindakan itu memiliki dampak serius di tengah masyarakat.

“Kemudian dari sisi regulator atau pemerintah. Kalau saya melihatnya seperti buah simalakama. Jika dibuka efeknya nanti penyebaran COVID-19 sulit dikontrol. Makanya dibutuhkan ketegasan pemerintah dalam menerapkan protokol kesehatan,” lanjut dia.

Dia mencontohkan, tindakan tegas pemerintah dilakukan ketika industri pariwisata mulai abai terhadap protokol kesehatan. Pengunjung berjubel tanpa jaga jarak. Untuk itu, pemerintah memberikan sanksi berupa penutupan sementara bagi industri pariwisata tersebut.

Baca juga: Takut Tertular, Warga di Gunungkidul Tolak Pemakaman Jenazah Positif COVID-19

“Kebetulan saya tinggal di Ungaran, Kabupaten Semarang. Destinasi wisata di Bawen Dusun Semilir itu beberapa kali ditutup pemerintah. Karena memang antusias wisata yang nanti pengen melakukan aktivitas (wisata) besar. Kebetulan baru booming, mereka datang ke sana, sampai saat itu jalan depan lokasi macet sampai pertigaan pintu Tol Bawen,” beber dia.

Selanjutnya, yang perlu mendapat perhatian adalah perilaku wisatawan. Masing-masing wisatawan mesti menerapkan prokes mulai dengan mengenakan masker, membawa hand sanitizer, serta perlengkapan pribadi selama di lokasi wisata.

“Yang terakhir adalah manusianya atau wisatawan. Umpama kita ingin berwisata itu sulit kalau hanya virtual. Misalnya ingin ke Candi Borobudur kita pengennya langsung datang melihat, dan tidak hanya melihat saja tapi secara langsung kita menyentuh, walaupun di beberapa artefak tidak boleh disentuh tapi ini kepuasan batinnya,” terangnya.

Dengan penerapan protokol kesehatan ketat, maka destinasi wisata akan bisa beroperasi meski bukan di daerah zona hijau. “Sehingga yang dibutuhkan agar pariwisata tetap berjalan pada masa pandemi adalah kesadaran dari semua pihak. Industri pariwisata jika jumlah pengunjung sudah melebihi batas ya hentikan, jangan terima pengunjung lagi. Wisatawan juga demikian, terapkan protokol kesehatan,” pungkasnya
(msd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1084 seconds (0.1#10.140)