Kisah Mistis Calon Arang dan Asal Muasal Leak Bali

Sabtu, 12 Juni 2021 - 05:00 WIB
loading...
Kisah Mistis Calon Arang...
Pementasan Calonarang di Bali yang hingga saat ini menjadi kesenian rakyat yang sangat populer dan masih sangat diminati. Foto/Ist
A A A
Calonarang menjadi kesenian rakyat yang sangat populer dan masih sangat diminati rakyat Bali. Calonarang dikenal makhluk jadi-jadian yang sangat menyeramkan, menguasai ilmu leak tingkat tinggi sehingga sangat ditakuti. Lalu bagaimana sejarahnya?

Baca juga: Kisah Aksi Heroik Cakradireja Kuasai Kewedanaan Karawang dan Tewaskan 47 Tentara Jepang

Pada zaman dahulu kala, ada sebuah kerajaan bernama Daha yang dipimpin oleh Raja Airlangga. Ia dikenal sebagai raja yang begitu adil dan bijaksana. Rakyatnya hidup tentram, aman, danbahagiadi bawah kepemimpinannya.

Baca juga: Legenda Buaya Putih di Keraton Kasepuhan, Anak Sultan Dikutuk Gegara Rebahan Usai Makan

Sayangnya, kedamaian tersebut cukup terusik dengan keberadaan seorang wanita paruh baya yang menjadi pengikut Betari Durga, sang Dewi Kesesatan. Ia tinggal di ujung Desa Girah dan tidak segan-segan untuk mencelakai orang lain menggunakan ilmu hitam.

Kisah Mistis Calon Arang dan Asal Muasal Leak Bali

Pementasan Calonarang di Bali yang hingga saat ini menjadi kesenian rakyat yang sangat populer dan masih sangat diminati. Foto/Ist

Namanya adalah Ki Rangda, tapi orang-orang menjulukinya sebagai Calonarang. Ia tinggal bersama dengananak perempuansemata wayangnya yang bernama Ratna Manggali

Ki Rangda adalah seorang wanita berwajah sinis yang selalu curiga dengan orang lain yang mendekat. Hal itu dikarenakan suaminya meninggal dan diduga karena terkena ilmu hitam. Kemudian, ia mempelajari ilmu hitam untuk menuntut balas akan kematian suaminya yang masih belum diketahui siapa dalangnya.

Sementara itu, Ratna Manggali merupakan seorang gadis berparas cantik dan beperangai baik. Sayangnya, orang-orang tidak mau mendekat karena takut dengan ibunya. Maka dari itu, ia merasa sangat kesepian.

Pada suatu hari, Ki Rangda memperhatikan anak gadisnya yang begitu cantik itu. Ia sebenarnya merasa prihatin karena tidak ada yang mendekatinya. Padahal, umurnya sudah pantas untukmenikah.

Sebenarnya, ada banyak sekali pemuda yang jatuh hati pada Ratna Manggali. Hanya saja, mereka takut akan terkena ilmu hitam ibunya.

“Ibu merasa prihatin dengan nasibmu, Anakku. Tak seorang pun pemuda yang berani mendekatimu. Kalau terus seperti ini, kapan jodohmu akan tiba,” katanya dengan dengan sedih dan penuhpenyesalan.

Meski seperti itu kenyataannya, Ratna Manggali hanya bisa menenangkan hati ibunya. Ia terus membesarkan hati ibunya supaya tidak sedih dan terlalu memikirkan keadaannya.

Tak berapa lama, ada seorang pemuda bernama Widiasta yang memberanikan diri untuk datang ke rumah Calonarang. Peemuda tersebut memang ingin berguru kepadanykepadanya

Dalam hati, Calonarang berpikir kalau pemuda ini sepertinya cocok bila dijadikan pendamping untuk Ratna Manggali. Terlebih lagi, ia memiliki aliran ilmu yang sama dengannya.

Saat dilihat lebih lanjut, sepertinya ia juga bisa mengambil hati anaknya. Padahal sebenarnya, Widiasta memiliki tabiat yang begitu buruk. Ia adalah laki-laki mata keranjang yang suka menggoda gadis desa dengan kasar.

Hingga pada suatumalam, Widiasta mengganggu seorang gadis dan melakukan hal yang kurang terpuji. Tindakan tersebut tentu saja membuat para pemuda desa marah lalu menghajarnya sampai babak belur tak sadarkan diri.

Anehnya, badannya yang penuh luka tersebut tiba-tiba kembali seperti semula. Hal itu tentu saja membuat para pemuda menjadi takut lalu memutuskan untuk membuangnya ke luar desa.

Awalnya, mereka bisa menutupi hal tersebut. Akan tetapi, berita tersebut sampai juga ke telinga Calonarang. Ia sangat marah mengetahui calon menantunya diperlakukan seperti itu.

Benar-benar tidak tahu diri. Tunggu saja pembalasanku dan rasakan ganasnya ilmuku. Ha.. ha.. ha..” ucapnya penuh amarah. Ia lalu mempersiapkan segala sesuatunya untuk melakukan penyembahan.

Ratna Manggali yang mengetahui kejadian sebenarnya berusaha menghentikan sangibu, tapi usahanya gagal. Ki Rangda kemudian berubah menjadi Calon Arang yang memiliki tubuh seperti raksasa dan berwajah mengerikan.

Setelah itu, wabah menyerang Desa Girah tak mengenal ampun. Semua panenan menjadi gagal. Anak-anak bayi pun banyak yang meninggal secara mendadak.

Berita wabah penyakit di Desa Girah akhirnya sampai juga ke telinga Raja Airlangga. Ia kemudian memutuskan untuk langsung menindaklanjuti hal tersebut setelah mengetahui penyebab yang sebenarnya.

Sang raja mengirim patih-patih terbaiknya untuk menyerang Ki Rangda di malam hari. Ia berpikir bahwa wanita tersebut akan lengah ketika sedang tidur.

Namun, kejadian yang sebenarnya justru sebaliknya. Dukun aliran ilmu hitam tersebut ternyata sudah mempersiapkan semuanya. Ia bahkan berhasil memukul mundur para prajurit kerajaan tanpa kesulitan yang berarti.

Penyerangan tersebut semakin memicukemarahannya. Ia lalu mengirim wabah lagi ke banyak desa sehingga keadaan menjadi lebih parah dari sebelumnya.

Kejadian tersebut membuat raja menjadi semakin kewalahan. Pasalnya, semakin hari semakin banyak orang yang berjatuhan. Tempat tinggal sementara yang disiapkan sudah semakin penuh dan bahan makanan semakin menipis.

Di tengah kekalutan tersebut, anak raja Airlangga yang bernama Jayabaya membawa angin segar. Di perpustakaan kerajaan, ia menemukan sebuah lontar yang di dalamnya tertulis kalau ilmu hitam Ki Rangda hanya bisa dikalahkan oleh seorang pendeta agung bernama Empu Baradah.

Tanpa membuang waktu lagi, sang raja kemudian menyuruhnya dan beberapa patih untuk pergi ke Lemah Tulis tempat di mana Empu Baradah tinggal. Setelah menempuh perjalanan selama berhari-hari, akhirnya tibalah mereka di padepokan milik Empu Baradah.

Kondisi di Lemah Tulis begitu jauh berbeda dari desa-desa di Kerajaan Daha. Desa ini sama sekali tak terpengaruh oleh ilmu hitam Calon Arang.

Sesampainya di tempat itu, kedatangan rombongan kerajaan diterima baik oleh Empu Baradah. Kemudian, Jayabaya menyampaikan maksud kedatangan mereka, yaitu meminta bantuan untuk mengatasi ilmu hitam milik Calonarang yang mengacaukan desa-desa.

Empu Baradah berpikir sebentar dan menemukan sebuah cara untuk mengatasi wabah tersebut. Ia kemudian memanggil murid kepercayaannya yang bernama Bahula.

Ia meminta bantuan pemuda tersebut untuk membantu mewujudkan rencananya dengan cara menikahi Ratna Manggali. Meskipun awalnya merasa ragu-ragu, Bahula pun menurutinya. Sebelum pergi, pemuda itu dibekali ilmu supaya dapat meluluhkan hati Calon Arang.

Beberapa hari kemudian, tibalah Bahula di kediaman Ki Rangda. Tanpa basa-basi, ia langsung mengutarakan maksud dan tujuan kedatangannya.

Mendengar hal tersebut, Calonarang tentu saja sangat gembira. Namun, sebelum menerimanya tentu saja ia menimbang bibit, bebet, dan bobot pemuda itu. Setelah melalui pertimbangan yang matang, ia kemudian menerimanya sebagai calon menantu.

Pernikahan Ratna Manggali dan Bahula diadakan sehari semalam dengan sangat meriah. Calonarang begitu bahagia dan terharu melihat putrinya menikah. Hal itu kemudian mendorongnya untuk menghentikan sementara wabah yang dikirimnya.

Sementara itu, pasangan yang baru saja menikah tersebut sedang dimabukcinta. Mereka menghabiskan waktu bersama berjalan-jalan berdua berkeliling desa.

Akan tetapi, melihat keadaan di sekitarnya yang begitu mengerikan membuat hati Ratna Manggali menjadisedih. Sang suami hanya bisa menenangkannya.

Beberapa waktu kemudian, datanglah Empu Baradah mengunjungi pasangan pengantin baru itu. Ia kemudian tinggal bersama selama beberapa waktu sambil memberikan petuah-petuah pada keduanya.

Ternyata, kedatangan Empu Baradah tersebut membawa perubahan positif untuk Ki Rangda. Ia sudah jarang sekali melakukan pemujaan dan sepertinya hatinya sudah mulai luluh.

Kemudian pada saat yang tepat, Ratna Manggali meluangkanwaktuuntuk bicara dari hati ke hati dengan ibunya. Ia memohon pada sang ibu untuk menghentikan dendamnya dan perbuatannya yang merugikan. Terlebih lagi, sekarang dirinya sudah menikah dan bahagia sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi.

Ki Rangda sepertinya mendengarkan permohonan anak semata wayangnya tersebut. Ia lalu pergi menemui Empu Baradah untuk melakukan penyucian. Mendengar hal tersebut, Ratna Manggali tentu saja merasa begitu bahagia.

Sang Pendeta Agung menyiapkan semua hal yang dibutuhkan untuk keperluan penyucian. Saat dirasa waktunya sudah tepat, ia kemudian memulai upacaranya.

Pada awalnya, kegiatan tersebut berjalan dengan baik. Namun, tak lama berselang, tiba-tiba tubuh Ki Rangga menjadi bergetar hebat hingga terpental cukup jauh.

Tak disangka, ia kemudian berubah menjadi raksasa Calonarang yang begitu mengerikan dan mengeluArkan api. Ternyata, roh kekuatan Calonarang tidak rela kalau tubuh yang menjadi tempat tinggalnya selama ini disucikan.

Perkelahian sengit antara Calon Arang dan Empu Baradah pun tak bisa dihindari. Raksasa tersebut semakin gencar menyerang saat api yang dikeluarkan tak mampu membakar sang empu. Keadaan di sekitar sudah begitu hancur

Melihat Calon Arang yang tidak menunjukkan tanda-tandamenyerah, Empu Baradah lalu mengeluarkan ajian pamungkasnya untuk menghentikan semua ini dan berhasil. Raksasa berwajah menyeramkan tersebut langsung hangus terbakar dan menjadi abu.

Empu Baradah lalu mengumpulkan abu tersebut dalam sebuah kain putih. Ia menghidupkannya kembali dan muncullah wujud Ki Rangda yang terlihat pucat.

“Aku merasa malu untuk terus hidup. Biarkan saja akumati. Aku harus menebus dosaku. Lagipula kalau mati, aku akan menuju kesucian,” ucapnya.

Sebenarnya, Empu Baradah tidak tega melenyapkan Ki Rangda. Walau bagaimana pun, ia adalah besannya.

Baiklah, demi ketentramanmu dan semua warga, aku akan melakukan penyucian ini,” katanya. Setelah itu, nyawa Ki Rangda meninggalkan raganya.

Seketika itu juga wabah penyakit hilang. Para warga pun bersukacita dan Kerajaan Daha kembali aman serta tentram.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2405 seconds (0.1#10.140)