Soal Tahu Tempe Menghilang di Pasaran, Satgas Pangan Polda Jabar Bilang Begini
loading...
A
A
A
BANDUNG - Kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu dan tempe telah memicu perajin berhenti berproduksi hingga menyebabkan kelangkaan di sejumlah pasar di wilayah Jabar.
Baca juga: Menyayat Hati, Curhat Pengantin Perempuan yang Pasangannya Tewas Loncat dari Lantai 7 Hotel
Satgas Pangan Polda Jabar pun angkat bicara mengenai persoalan tersebut. Berdasarkan hasil koordinasi dan pantauan di lapangan, kenaikan harga kedelai di Tanah Air murni dipicu murni oleh kenaikan harga kedelai di dunia.
Baca juga: Kenaikan Kedelai Tak Wajar, Perajin Tempe di Cimahi Stop Produksi Tiga Hari
Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Jabar yang juga Ketua Satgas Pangan Polda Jabar, Kombes Yaved Duma Parembang mengungkapkan, pihaknya sudah melakukan koordinasi ke paguyuban perajin hingga pengawasan di sejumlah pasar di Jabar dalam menyikapi persoalan tersebut.
Baca juga: Antisipasi Mogok Produksi, Jabar Usul Harga Tahu-Tempe Naik 30%
"Dari minggu lalu sudah kita rapatkan dan bergerak melakukan koordinasi sama asosiasi," ujar Yaved saat dikonfirmasi, Senin (31/5/2021).
Menurut dia, berdasarkan hasil koordinasi dan pengamatan di lapangan, kenaikan harga kedelai tahun ini murni dipicu kenaikan harga kedelai di tingkat produsen. Bahkan, kata Yaved, di awal tahun 2021, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Provinsi Jabar sudah menginformasikan akan adanya kenaikan kedelai.
"Ini direspons oleh Satgas Pangan Jabar untuk melakukan operasi pasar dan menghimbau puskop (pusat koperasi) produsen tempe tahu agar tidak meliburkan kegiatan produksi dan penjualan. Tapi, tanggal 28-30 Mei 2021, paguyuban tahu tempe Jabar tetap meliburkan kegiatan produksi dan penjualannya," ungkapnya.
Menurut Yaved, kenaikan harga kedelai di Indonesia dikarenakan Indonesia masih mengandalkan impor kedelai. Berdasarkan data Chicago Board of Trade, harga kedelai di dunia mengalami kenaikan hingga pertengahan Mei.
"Kenaikan di kisaran harga Rp10.084 per kilogram. Sehingga, harga di tingkat perajin juga mengalami kenaikan sampai Rp10.500 per kilogram," sebutnya.
Kendati demikian, Yaved memastikan bahwa stok kedelai nasional sebenarnya masih mencukupi. Artinya, kata Yaved, para perajin tahu tempe masih bisa memproduksi tahu tempe saat ini.
"Di sisi lain, stok kedelai nasional masih mencukupi untuk produsen tahu tempe di Indonesia," katanya.
Yaved juga memastikan, pengawasan di lapangan akan tetap dilakukan oleh Satgas Pangan Polda Jabar. Tim Satgas Pangan di tiap daerah di Jabar juga akan melakukan hal serupa. "Sudah dari minggu lalu (pengawasan ke lapangan)," katanya.
Baca juga: Menyayat Hati, Curhat Pengantin Perempuan yang Pasangannya Tewas Loncat dari Lantai 7 Hotel
Satgas Pangan Polda Jabar pun angkat bicara mengenai persoalan tersebut. Berdasarkan hasil koordinasi dan pantauan di lapangan, kenaikan harga kedelai di Tanah Air murni dipicu murni oleh kenaikan harga kedelai di dunia.
Baca juga: Kenaikan Kedelai Tak Wajar, Perajin Tempe di Cimahi Stop Produksi Tiga Hari
Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Jabar yang juga Ketua Satgas Pangan Polda Jabar, Kombes Yaved Duma Parembang mengungkapkan, pihaknya sudah melakukan koordinasi ke paguyuban perajin hingga pengawasan di sejumlah pasar di Jabar dalam menyikapi persoalan tersebut.
Baca juga: Antisipasi Mogok Produksi, Jabar Usul Harga Tahu-Tempe Naik 30%
"Dari minggu lalu sudah kita rapatkan dan bergerak melakukan koordinasi sama asosiasi," ujar Yaved saat dikonfirmasi, Senin (31/5/2021).
Menurut dia, berdasarkan hasil koordinasi dan pengamatan di lapangan, kenaikan harga kedelai tahun ini murni dipicu kenaikan harga kedelai di tingkat produsen. Bahkan, kata Yaved, di awal tahun 2021, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Provinsi Jabar sudah menginformasikan akan adanya kenaikan kedelai.
"Ini direspons oleh Satgas Pangan Jabar untuk melakukan operasi pasar dan menghimbau puskop (pusat koperasi) produsen tempe tahu agar tidak meliburkan kegiatan produksi dan penjualan. Tapi, tanggal 28-30 Mei 2021, paguyuban tahu tempe Jabar tetap meliburkan kegiatan produksi dan penjualannya," ungkapnya.
Menurut Yaved, kenaikan harga kedelai di Indonesia dikarenakan Indonesia masih mengandalkan impor kedelai. Berdasarkan data Chicago Board of Trade, harga kedelai di dunia mengalami kenaikan hingga pertengahan Mei.
"Kenaikan di kisaran harga Rp10.084 per kilogram. Sehingga, harga di tingkat perajin juga mengalami kenaikan sampai Rp10.500 per kilogram," sebutnya.
Kendati demikian, Yaved memastikan bahwa stok kedelai nasional sebenarnya masih mencukupi. Artinya, kata Yaved, para perajin tahu tempe masih bisa memproduksi tahu tempe saat ini.
"Di sisi lain, stok kedelai nasional masih mencukupi untuk produsen tahu tempe di Indonesia," katanya.
Yaved juga memastikan, pengawasan di lapangan akan tetap dilakukan oleh Satgas Pangan Polda Jabar. Tim Satgas Pangan di tiap daerah di Jabar juga akan melakukan hal serupa. "Sudah dari minggu lalu (pengawasan ke lapangan)," katanya.
(shf)