Antisipasi Mogok Produksi, Jabar Usul Harga Tahu-Tempe Naik 30%

Jum'at, 28 Mei 2021 - 04:05 WIB
loading...
Antisipasi Mogok Produksi, Jabar Usul Harga Tahu-Tempe Naik 30%
Pemprov Jabar meminta produsen tahu tempe tak mogok produksi dan menyarankan menaikkan harga jual tahu dan tempe sebagai solusi jangka pendek. Foto: Dok/SINDONews
A A A
BANDUNG - Pemprov Jawa Barat melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan ( Disperindag ) meminta para produsen tahu dan tempe di Jabar tidak melakukan mogok produksi sebagai imbas kenaikan harga kedelai.

Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Jabar,Eem Sujaemah mengatakan, pihaknya terus berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait ancaman mogok produksi dari para produsen tahu dan tempe di Jabar.



Menurut Eem, sejak Januari 2021 lalu, pihaknya bersama Satuan Tugas (Satgas) Pangan Jabar, Dinas Ketahan Pangan dan Peternakan Jabar, serta Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) menggelar operasi pasar sesuai arahan Kementerian Perdagangan dan Badan Ketahan Pangan Kementerian Pertanian.

Operasi pasar dilakukan mengingat harga jual kedelai di pasaran terus mengalami kenaikan sejak Desember 2020. Namun kata Eem, upaya tersebut tak mampu memenuhi kebutuhan produsen yang terus naik, sementara pasokan impor kedelai semakin susut. Menurutnya, tingginya kebutuhan kedelai dalam negeri tak bisa diimbangi pasokan kedelai dari importir.

“Berdasarkan keterangan Kementerian Perdagangan, importir lagi susah, Amerika sebagai importir lagi banyak permintaan. Kedelai di kita ada, tidak langka, namun harganya mencapai Rp10.500-Rp10.700 per kilogram," ungkap Eem di Bandung, Kamis (27/5/2021).



Eem mengakui, pasokan kedelai hingga saat ini masih mengandalkan impor. Kondisi tersebut kata Eem, terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Pihaknya kini menunggu arahan dan kebijakan teknis dari Kementerian Perdagangan dan Badan Ketahan Pangan Kementerian Pertanian untuk mengatasi persoalan tersebut.

Lebih lanjut Eem memastikan bahwa berdasarkan informasi yang diperoleh dari Gakoptindo, tidak ada perintah produsen tahu dan tempe melakukan mogok produksi. "Mungkin ada yang mogok, tapi tidak semuanya, pemerintah tidak tinggal diam kok," imbuhnya.

Ketimbang melakukan mogok produksi, Eem menyatakan bahwa Gakoptindo telah menyarankan agar produsen tahu dan tempe menaikkan harga jual tahu dan tempe maksimal 30%.

“Kalau tahu tempe naik 30%, itu tidak akan jadi masalah. Secara organisasi, Gakoptindo tidak menyarankan libur produksi, kalau dia mogok implikasinya malah akan lebih banyak," terangnya.



Eem menilai, menaikan harga jual tahu dan tempe dapat menjadi solusi jangka pendek yang bisa ditempuh oleh para produsen ketimbang mogok produksi. “Sambil kita menunggu kebijakan lebih lanjut dari Kementerian Perdagangan," katanya.

Sementara itu, melalui keterangan resminya, Ketua Paguyuban Tahu dan Tempe Jabar,Zamaludin menyatakan,mogok produksi akan dilakukan pada 28-30 Mei 2021. Mogok produksi kata dia, dilakukan untuk memprotes kenaikan harga kedelai.

Selain mengancam mogok produksi, Zamaludin menyatakan, para produsen tahu dan tempe di Jabar menyepakati kenaikan harga tahu dan tempe sebesar 15-20%. Rencana mogok produksi dan menaikkan harga tahu dan tempe itu sudah disosialisasikan melalui surat edaran yang disebar ke seluruh produsen tahu dan tempe di Jabar. “Surat edaran ini kami buat dan kami sampaikan agar diperhatikan dan dilaksanakan demi kebaikan bersama,” katanya.
(nic)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1676 seconds (0.1#10.140)