Jabar Siapkan Ribuan Ruang Isolasi bagi Pemudik
loading...
A
A
A
BANDUNG - Sebanyak 2.911 ruang isolasi atau karantina telah disiapkan oleh ribuan desa di Jawa Barat, mengantisipasi adanya pemudik yang membawa virus COVID-19 pada musim libur Lebaran tahun ini.
Jumlah ruang isolasi dipastikan akan terus bertambah, mengantisipasi pemudik yang lolos dari penyekatan. Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Jawa Barat Bambang Tirtoyuliono mengatakan, penambahan ruang karantina ini terus dilakukan sebagai antisipasi adanya pemudik yang lolos dari penyekatan.
Sebagai salah satu provinsi tujuan pemudik dengan jumlah penduduk yang banyak, menurutnya ruang karantina ini sangat diperlukan. Ruang untuk isolasi ini didirikan dengan memanfaatkan fasilitas yang ada. "Jadi bukan membangun baru," katanya dalam siaran persnya, Minggu (9/5/2021)
Dia menyebut, sejumlah bangunan mulai dari kantor pemerintahan hingga rumah warga difungsikan menjadi ruang karantina selama masa mudik Lebaran 2021 ini.
Nantinya, pemudik ilegal yang lolos dari penyekatan tidak bisa langsung menuju rumah keluarganya, tetapi harus dikarantina selama lima hari. Hal itu sesuai dengan amanat undang-undang
Meski begitu, menurut Bambang hingga saat ini tidak ada pemudik yang dikarantina. "Artinya larangan dan penyekatan pemudik ini efektif menahan laju pemudik," ujarnya.
Selain itu, menurut Bambang di desa-desa di wilayahnya pun sudah terdapat posko Satgas COVID-19. Dia menyebut, dari total 5.312 desa yang ada di Jawa Barat, sudah terdapat 11.056 posko. "Jadi ada setiap RW yang masing-masing punya posko," katanya. Sedangkan posko Satgas Covid-19 lainnya sudah terbentuk di 1.643 kelurahan. Baca: Demi Bisa Mudik, Belasan Orang di Langkat Menyelinap Dalam Bak Truk.
Bambang menyebut, satgas COVID-19 ini terdiri dari berbagai unsur mulai dari kepolisian, TNI, Satpol PP, aparatur desa dan RW, masyarakat sekitar, hingga petugas kesehatan. "Tugasnya memberikan edukasi terkait covid-19 dan protokol kesehatan, dan mencatat masyarakat yang keluar masuk dari dan ke desa, RW," ujarnya.
Lebih lanjut, Bambang mengatakan pihaknya akan terus memantau kondisi dan persiapan di desa dalam menyiapkan posko dan ruang karantina COVID-19. "Kita sudah kroscek di tiga titik, di Wanguraeja, Cikole, KBB. Juga di Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Sukabumi," katanya. Baca: Mobil Mewah Sengaja Ditabrakkan ke Polantas, Pelakunya Diduga Anggota DPRD.
Pemantauan dilakukan dengan melibatkan aparatur sipil negara di bawahnya. "Semua dari DPMDesa provinsi akan turun untuk memantau, bekerjasama dengan DPMD kabupaten/kota," pungkasnya.
Jumlah ruang isolasi dipastikan akan terus bertambah, mengantisipasi pemudik yang lolos dari penyekatan. Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Jawa Barat Bambang Tirtoyuliono mengatakan, penambahan ruang karantina ini terus dilakukan sebagai antisipasi adanya pemudik yang lolos dari penyekatan.
Sebagai salah satu provinsi tujuan pemudik dengan jumlah penduduk yang banyak, menurutnya ruang karantina ini sangat diperlukan. Ruang untuk isolasi ini didirikan dengan memanfaatkan fasilitas yang ada. "Jadi bukan membangun baru," katanya dalam siaran persnya, Minggu (9/5/2021)
Dia menyebut, sejumlah bangunan mulai dari kantor pemerintahan hingga rumah warga difungsikan menjadi ruang karantina selama masa mudik Lebaran 2021 ini.
Nantinya, pemudik ilegal yang lolos dari penyekatan tidak bisa langsung menuju rumah keluarganya, tetapi harus dikarantina selama lima hari. Hal itu sesuai dengan amanat undang-undang
Meski begitu, menurut Bambang hingga saat ini tidak ada pemudik yang dikarantina. "Artinya larangan dan penyekatan pemudik ini efektif menahan laju pemudik," ujarnya.
Selain itu, menurut Bambang di desa-desa di wilayahnya pun sudah terdapat posko Satgas COVID-19. Dia menyebut, dari total 5.312 desa yang ada di Jawa Barat, sudah terdapat 11.056 posko. "Jadi ada setiap RW yang masing-masing punya posko," katanya. Sedangkan posko Satgas Covid-19 lainnya sudah terbentuk di 1.643 kelurahan. Baca: Demi Bisa Mudik, Belasan Orang di Langkat Menyelinap Dalam Bak Truk.
Bambang menyebut, satgas COVID-19 ini terdiri dari berbagai unsur mulai dari kepolisian, TNI, Satpol PP, aparatur desa dan RW, masyarakat sekitar, hingga petugas kesehatan. "Tugasnya memberikan edukasi terkait covid-19 dan protokol kesehatan, dan mencatat masyarakat yang keluar masuk dari dan ke desa, RW," ujarnya.
Lebih lanjut, Bambang mengatakan pihaknya akan terus memantau kondisi dan persiapan di desa dalam menyiapkan posko dan ruang karantina COVID-19. "Kita sudah kroscek di tiga titik, di Wanguraeja, Cikole, KBB. Juga di Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Sukabumi," katanya. Baca: Mobil Mewah Sengaja Ditabrakkan ke Polantas, Pelakunya Diduga Anggota DPRD.
Pemantauan dilakukan dengan melibatkan aparatur sipil negara di bawahnya. "Semua dari DPMDesa provinsi akan turun untuk memantau, bekerjasama dengan DPMD kabupaten/kota," pungkasnya.
(nag)