Mengharukan, Ini Harapan Istri Korban Penembakan KKB Papua Usai Terima Santunan dari Mensos Risma
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Kunjungan Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini membawa angin segar bagi keluarga tiga korban penembakan Kelompok Kriminal Bersenjata ( KKB ) di Puncak, Papua .
Risma berkunjung sekaligus memberikan bantuan kepada tiga keluarga korban keberingasan KKB. Bantuan berupa uang tunai itu masing-masing Rp15 Juta.
Santunan tersebut diserahkan pada acara silaturahmi yang digelar di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Makassar, Selasa, (20/4/ 2021). Risma didampingi Pelaksana Tugas Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel), Andi Sudirman Sulaiman.
“Kepada keluarga korban, saya berharap mari kita bersama-sama ikhlaskan. Kita tidak usah dendam, meskipun itu sulit sekali. Supaya Tuhan menerima semua perbuatan baik yang sudah pernah dilakukan, baik oleh almarhum maupun kita semuanya,” kata Risma dalam sambutannya.
Dua guru yang ditembak KKB Papua yakni Oktovianus Rayo dan Yonathan Renden asal Kabupaten Toraja Utara. Penghargaan dan santunan diwakili istri almarhum. Nathalina Pamean, istri Oktovianus Rayo dan Dewi Cita Paliling, istri Yonathan Renden.
Nathalina mengaku bersyukur atas perhatian pemerintah, khususnya Mensos Tri Rismaharini. "Terimakasih untuk Ibu menteri, kami tidak bisa membalasnya, hanya bisa berdoa supaya diberikan kesehatan, dilancarkan rezeki,” ungkap wanita 45 tahun itu.
Dia mengaku trauma atas kejadian yang menimpa keluarganya. Ia harus kehilangan parner kerja sebagai guru di Papua. Lima buah hatinya bersama Oktovianus terus ditenangkan. "Mereka kehilangan seorang ayah yang baik dan penyabar," aku Nathalina.
Dia menceritakan selama hampir 11 tahun tinggal di Distrik Boega, suaminya amat dekat dengan siapa pun. "Tidak membeda-bedakan suku manapun. Baik sama semua orang," ujarnya.
Nathalina berharap pemerintah bisa menjamin masa depan kelima anak-anaknya. Dia meminta agar status honorernya dinaikkan jadi pegawai negeri sipil (PNS). “Kalau bisa saya diangkat jadi PNS, supaya bisa menafkahi anak-anak saya," paparnya.
Dia menceritakan anak pertamanya sudah hampir menyelesaikan masa studi SMA di Timika dan melangkah ke bangku kuliah. Anak keduanya duduk di bangku SMA kelas 1 di Timika.
“Yang ketiga ini kelas 1 SMP di Boega, keempat dan kelima itu SD Inpres Sam Ratulangi di Timika. Hanya satu yang kami bawa ke Distrik tempat kami mengabdi yang lain tinggal sama tantenya di Timika," ujarnya.
Nathalina belum berencana kembali ke Distrik Boega. "Rencana saya akan kembali ke Timika, karena anak-anak di sana semua. Iya (masih takut dan trauma)," tukasnya.
Tri Rismaharini menanggapi permintaan Nathalina. Dia bilang akan mengusulkan ke Kementrian Pendidikan ihwal pengangkatan status jadi PNS. Selain itu anak-anak korban KKB akan diberikan beasiswa.
"Nanti kita usulkan kementerian pendidikan, untuk jadi PNS. Karena kita tidak punya kewenangan. Termasuk soal beasiswa anak-anak korban ini, kita koordinasikan dan sampaikan ke bapak Presiden," tegasnya.
Risma berkunjung sekaligus memberikan bantuan kepada tiga keluarga korban keberingasan KKB. Bantuan berupa uang tunai itu masing-masing Rp15 Juta.
Santunan tersebut diserahkan pada acara silaturahmi yang digelar di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Makassar, Selasa, (20/4/ 2021). Risma didampingi Pelaksana Tugas Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel), Andi Sudirman Sulaiman.
“Kepada keluarga korban, saya berharap mari kita bersama-sama ikhlaskan. Kita tidak usah dendam, meskipun itu sulit sekali. Supaya Tuhan menerima semua perbuatan baik yang sudah pernah dilakukan, baik oleh almarhum maupun kita semuanya,” kata Risma dalam sambutannya.
Dua guru yang ditembak KKB Papua yakni Oktovianus Rayo dan Yonathan Renden asal Kabupaten Toraja Utara. Penghargaan dan santunan diwakili istri almarhum. Nathalina Pamean, istri Oktovianus Rayo dan Dewi Cita Paliling, istri Yonathan Renden.
Nathalina mengaku bersyukur atas perhatian pemerintah, khususnya Mensos Tri Rismaharini. "Terimakasih untuk Ibu menteri, kami tidak bisa membalasnya, hanya bisa berdoa supaya diberikan kesehatan, dilancarkan rezeki,” ungkap wanita 45 tahun itu.
Dia mengaku trauma atas kejadian yang menimpa keluarganya. Ia harus kehilangan parner kerja sebagai guru di Papua. Lima buah hatinya bersama Oktovianus terus ditenangkan. "Mereka kehilangan seorang ayah yang baik dan penyabar," aku Nathalina.
Dia menceritakan selama hampir 11 tahun tinggal di Distrik Boega, suaminya amat dekat dengan siapa pun. "Tidak membeda-bedakan suku manapun. Baik sama semua orang," ujarnya.
Nathalina berharap pemerintah bisa menjamin masa depan kelima anak-anaknya. Dia meminta agar status honorernya dinaikkan jadi pegawai negeri sipil (PNS). “Kalau bisa saya diangkat jadi PNS, supaya bisa menafkahi anak-anak saya," paparnya.
Dia menceritakan anak pertamanya sudah hampir menyelesaikan masa studi SMA di Timika dan melangkah ke bangku kuliah. Anak keduanya duduk di bangku SMA kelas 1 di Timika.
“Yang ketiga ini kelas 1 SMP di Boega, keempat dan kelima itu SD Inpres Sam Ratulangi di Timika. Hanya satu yang kami bawa ke Distrik tempat kami mengabdi yang lain tinggal sama tantenya di Timika," ujarnya.
Nathalina belum berencana kembali ke Distrik Boega. "Rencana saya akan kembali ke Timika, karena anak-anak di sana semua. Iya (masih takut dan trauma)," tukasnya.
Tri Rismaharini menanggapi permintaan Nathalina. Dia bilang akan mengusulkan ke Kementrian Pendidikan ihwal pengangkatan status jadi PNS. Selain itu anak-anak korban KKB akan diberikan beasiswa.
"Nanti kita usulkan kementerian pendidikan, untuk jadi PNS. Karena kita tidak punya kewenangan. Termasuk soal beasiswa anak-anak korban ini, kita koordinasikan dan sampaikan ke bapak Presiden," tegasnya.
(nic)