Tebus Dosa, Kakek 102 Tahun di Kuningan Pilih Tinggal di Gubuk Dekat Makam
loading...
A
A
A
KUNINGAN - Seorang kakek di Desa Lengkong, Kecamatan Garawangi, Kabupaten Kuningan , Jawa Barat, yakni Abah Sarji menjadi buah bibir belakangan ini menjadi buah bibir di desa tersebut.
Baca juga: Langgar Gipo, Tempat Diskusi Ulama NU hingga Soekarno
Pasalnya kakek berusia 102 tahun itu tinggal di sebuah gubuk dengan ukuran 2x2, di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Lengkong, Kecamatan Garawangi, Kuningan, Jawa Barat.
Baca juga: Masjid Besar Ujungberung, Pusat Syiar Islam Kota Bandung Tempo Dulu
Abah Sarji memilih hidup di TPU Lengkong, tak lain adalah untuk menebus dosa semasa hidupnya. Abah Sarji mengaku selama hidup di saung ini, tiap malam tidak lepas melaksanakan zikir dan minta pengampunan dosa selama hidup.
Baca juga: Masjid Cheng Ho, Seperti Pagoda dan Filosofi Kakbah serta Perjalanan Wali Songo
"Iya kalau tiap malam, dzikir membaca sebisa apa saja. Seperti Astagfirullah, La Ila Ha Illallah dan itu sekuatnya," kata Abah Sarji ketika ditemui wartawan, Selasa (20/4/2021).
Penebusan dosa itu, diakui Abah Sarji, baik dosa yang tak disengaja maupun disengaja saat masih muda dulu. Kakek bertubuh sedikit gumpal itu pun terlihat telanjang dada tanpa menggunakan kaus ataupun pakaian.
Abah Sarji mengungkap tidak bosen memberikan pesan kepada siapapun yang masih hidup untuk banyak beribadah, karena usia alam sudah tua dan banyak kerusakan alam oleh ulah tangan manusia.
"Siapa yang datang ke saung, Abah suka berpesan untuk meningkatkan ibadah. Kemudian yang sering datang itu pak Kesra kadang suka kasih Abah rokok," ujarnya.
Selama hidup di dekat makam, Abah Sarji mengaku tidak pernah masuk angin atau mengalami kesakitan pada raganya.
"Iya tidak pernah masuk angin dan biasa saja. Usia 102 tahun semua masih normal, tapi kaki saja merasa tak kuat jalan dan kalau mau ke air suka ngesot serta jalan juga pakai tongkat," ujarnya.
Ketika disinggung perihal tak menggunakan kaus, Abah Sarji mengaku selama tinggal di sini tak pernah mengenakan kaus atau sejenisnya. "Iya Abah gak pernah paka kaus dan gak merasa dingin," ungkap Abah Sarji lagi.
Menyinggung soal arwah gentayangan, kata dia, banyak ditemukan pada makam yang belum tujuh hari dan ketika ditemukan arwah muncul di luar pemakaman baru, itu biasanya memberikan isyarat alias mewanti-wanti kepada yang hidup.
"Abah melihat kepulan asap hitam pekat keluar dari makam dan seolah izin mau ke rumah keluarganya tersebut. Nah, anehnya pada pagi hari lubang di makam yang diketahui sebagi titik keluar asap tadi malam, malah tidak sama sekali," katanya.
Baca juga: Langgar Gipo, Tempat Diskusi Ulama NU hingga Soekarno
Pasalnya kakek berusia 102 tahun itu tinggal di sebuah gubuk dengan ukuran 2x2, di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Lengkong, Kecamatan Garawangi, Kuningan, Jawa Barat.
Baca juga: Masjid Besar Ujungberung, Pusat Syiar Islam Kota Bandung Tempo Dulu
Abah Sarji memilih hidup di TPU Lengkong, tak lain adalah untuk menebus dosa semasa hidupnya. Abah Sarji mengaku selama hidup di saung ini, tiap malam tidak lepas melaksanakan zikir dan minta pengampunan dosa selama hidup.
Baca juga: Masjid Cheng Ho, Seperti Pagoda dan Filosofi Kakbah serta Perjalanan Wali Songo
"Iya kalau tiap malam, dzikir membaca sebisa apa saja. Seperti Astagfirullah, La Ila Ha Illallah dan itu sekuatnya," kata Abah Sarji ketika ditemui wartawan, Selasa (20/4/2021).
Penebusan dosa itu, diakui Abah Sarji, baik dosa yang tak disengaja maupun disengaja saat masih muda dulu. Kakek bertubuh sedikit gumpal itu pun terlihat telanjang dada tanpa menggunakan kaus ataupun pakaian.
Abah Sarji mengungkap tidak bosen memberikan pesan kepada siapapun yang masih hidup untuk banyak beribadah, karena usia alam sudah tua dan banyak kerusakan alam oleh ulah tangan manusia.
"Siapa yang datang ke saung, Abah suka berpesan untuk meningkatkan ibadah. Kemudian yang sering datang itu pak Kesra kadang suka kasih Abah rokok," ujarnya.
Selama hidup di dekat makam, Abah Sarji mengaku tidak pernah masuk angin atau mengalami kesakitan pada raganya.
"Iya tidak pernah masuk angin dan biasa saja. Usia 102 tahun semua masih normal, tapi kaki saja merasa tak kuat jalan dan kalau mau ke air suka ngesot serta jalan juga pakai tongkat," ujarnya.
Ketika disinggung perihal tak menggunakan kaus, Abah Sarji mengaku selama tinggal di sini tak pernah mengenakan kaus atau sejenisnya. "Iya Abah gak pernah paka kaus dan gak merasa dingin," ungkap Abah Sarji lagi.
Menyinggung soal arwah gentayangan, kata dia, banyak ditemukan pada makam yang belum tujuh hari dan ketika ditemukan arwah muncul di luar pemakaman baru, itu biasanya memberikan isyarat alias mewanti-wanti kepada yang hidup.
"Abah melihat kepulan asap hitam pekat keluar dari makam dan seolah izin mau ke rumah keluarganya tersebut. Nah, anehnya pada pagi hari lubang di makam yang diketahui sebagi titik keluar asap tadi malam, malah tidak sama sekali," katanya.
(shf)