Semangat Itu Masih Menyala di Antara Puing Berserakan Sisa Guncangan Gempa Malang
loading...
A
A
A
LUMAJANG - Gempa besar yang berpusat di selatan Kabupaten Malang, pada Sabtu (10/4/2021) siang pukul 14.00 WIB, bermagnituo 6,1 menyisakan duka mendalam bagi warga di pesisir selatan Kabupaten Lumajang.
Wilayah Dusun Iburaja, Desa Laiuling, Kecamatan Tempursari, Kabupaten Lumajang, menjadi wilayah yang paling parah diterpa gempa bumi tersebut. Ratusan rumah hancur, dan tiga orang meninggal dunia akibat reruntuhan bangunan.
Warga desa tersebut masih trauma dengan gempa yang terjadi. Apalagi, pada Minggu (11/4/2021) pagi pukul 06.54 WIB kembali terjadi gempa, meskipun kekuatannya sudah tidak sebanding gempa hari pertama.
Baca Juga: Hanya Menyisakan Kubah, Masjid Ini Pun Tak Luput dari Amukan Gempa Malang
Liana (42) warga RT 2 RW 10 Desa Kaliuling, mengaku masih belum berani masuk ke dalam rumahnya sendiri. Kini rumahnya hancur berantakan. Hampir seluruh dindingnya retak , bahkan banyak yang roboh.
"Saat kejadian, saya sedang berada di dalam rumah menyaksikan televisi. Tiba-tiba tanah bergetar . Saya lari keluar rumah bersama. Saat di luar rumah saya melihat tanah bergelombang bergerak baik turun," ungkapnya.
Tatapan penuh kepanikan, masih terlihat dari sorot mata ibu rumah tangga ini. Dia mengaku masih bersyukur seluruh anggota keluarganya selamat, meskipun seluruh harta bendanya hancur tak bersisa.
Hal yang sama juga dirasakan Jumiko (54). Pada Minggu (11/4/2021) pagi, kandang kambingnya ikut roboh akibat gempa susulan. "Kandang kambing sama talud depan rumah hancur, setelah ada gempa susulan," ungkapnya.
Sementara, rumah tinggalnya sudah rata dengan tanah. Hingga kini puing-puingnya belum dibersihkan karena tenaganya belum mampu menangani sendirian. Hanya sebagian perabot dan pakaian yang berhasil dikeluarkan dari reruntuhan bangunan, untuk digunakan keluarganya.
Sepanjang jalan di Dusun Iburaja, hanya nampak pemandangan bangunan yang rusak berat akibat guncangan gempa. Warga yang rumahnya hancur, masih ada yang berusaha membersihkan puing-puing bangunan rumahnya.
Untuk tinggal sementara, warga lebih banyak memasang tenda seadanya di depan rumahnya yang hancur. Sementara, untuk kebutuhan makanan ada bantuan dari dapur umum yang setiap saat mengirimkan makanan siap santap.
Berbeda lagi warga di wilayah RW 4 Dusun Iburaja. Para ibu-ibu di RW 4 memilih untuk membuka dua dapur umum . Mereka memasak makanan siap santap yang dibagikan ke warga di empat RT yang ada di RW 4.
Bandi (41) koordinator relawan di RW 4 mengaku, sengaja membangun dapur umum sendiri untuk memenuhi kebutuhan makan warga di empat RT. "Kami gotong royong untuk memenuhi kebutuhan makanan. Namanya juga masih saudara semuanya, kondisinya juga susah semua," ungkapnya.
Ibu-ibu di RW 4 begitu semangat menyiapkan menu makan sore yang mereka bungkus dalam kertas bungkus warna cokelat. Di tengah trauma akibat bencana, mereka masih memiliki semangat untuk berbagi dan bergotongroyong bangkit dari segala kesulitan.
Wilayah Dusun Iburaja, Desa Laiuling, Kecamatan Tempursari, Kabupaten Lumajang, menjadi wilayah yang paling parah diterpa gempa bumi tersebut. Ratusan rumah hancur, dan tiga orang meninggal dunia akibat reruntuhan bangunan.
Warga desa tersebut masih trauma dengan gempa yang terjadi. Apalagi, pada Minggu (11/4/2021) pagi pukul 06.54 WIB kembali terjadi gempa, meskipun kekuatannya sudah tidak sebanding gempa hari pertama.
Baca Juga: Hanya Menyisakan Kubah, Masjid Ini Pun Tak Luput dari Amukan Gempa Malang
Liana (42) warga RT 2 RW 10 Desa Kaliuling, mengaku masih belum berani masuk ke dalam rumahnya sendiri. Kini rumahnya hancur berantakan. Hampir seluruh dindingnya retak , bahkan banyak yang roboh.
"Saat kejadian, saya sedang berada di dalam rumah menyaksikan televisi. Tiba-tiba tanah bergetar . Saya lari keluar rumah bersama. Saat di luar rumah saya melihat tanah bergelombang bergerak baik turun," ungkapnya.
Tatapan penuh kepanikan, masih terlihat dari sorot mata ibu rumah tangga ini. Dia mengaku masih bersyukur seluruh anggota keluarganya selamat, meskipun seluruh harta bendanya hancur tak bersisa.
Hal yang sama juga dirasakan Jumiko (54). Pada Minggu (11/4/2021) pagi, kandang kambingnya ikut roboh akibat gempa susulan. "Kandang kambing sama talud depan rumah hancur, setelah ada gempa susulan," ungkapnya.
Sementara, rumah tinggalnya sudah rata dengan tanah. Hingga kini puing-puingnya belum dibersihkan karena tenaganya belum mampu menangani sendirian. Hanya sebagian perabot dan pakaian yang berhasil dikeluarkan dari reruntuhan bangunan, untuk digunakan keluarganya.
Sepanjang jalan di Dusun Iburaja, hanya nampak pemandangan bangunan yang rusak berat akibat guncangan gempa. Warga yang rumahnya hancur, masih ada yang berusaha membersihkan puing-puing bangunan rumahnya.
Untuk tinggal sementara, warga lebih banyak memasang tenda seadanya di depan rumahnya yang hancur. Sementara, untuk kebutuhan makanan ada bantuan dari dapur umum yang setiap saat mengirimkan makanan siap santap.
Berbeda lagi warga di wilayah RW 4 Dusun Iburaja. Para ibu-ibu di RW 4 memilih untuk membuka dua dapur umum . Mereka memasak makanan siap santap yang dibagikan ke warga di empat RT yang ada di RW 4.
Bandi (41) koordinator relawan di RW 4 mengaku, sengaja membangun dapur umum sendiri untuk memenuhi kebutuhan makan warga di empat RT. "Kami gotong royong untuk memenuhi kebutuhan makanan. Namanya juga masih saudara semuanya, kondisinya juga susah semua," ungkapnya.
Ibu-ibu di RW 4 begitu semangat menyiapkan menu makan sore yang mereka bungkus dalam kertas bungkus warna cokelat. Di tengah trauma akibat bencana, mereka masih memiliki semangat untuk berbagi dan bergotongroyong bangkit dari segala kesulitan.
(eyt)