Pemprov Jatim Kembangkan Inovasi Budidaya Udang Vaname Skala Rumah Tangga
loading...
A
A
A
SURABAYA - Budidaya udang vaname yang biasa dilakukan dalam skala besar dan membutuhkan lahan berhektar-hektar kini bisa dikembangkan dalam skala rumah tangga.
Hal itu berhasil dibuktikan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Jatim dengan membuat inovasi budidaya udang vaname skala rumah tangga dengan luas kolam kurang dari 70 meter persegi.
Uji coba inovasi ini dilakukan DKP Jatim dengan memanfaatkan kolam yang berada di komplek rumah dinas di Jalan Ketintang, Surabaya. Selain hanya membutuhkan lahan yang minimalis, budidaya udang ternyata juga berhasil dilakukan di tengah kawasan perkotaan.
Baca juga: Dites Kejiwaan, Guru Ngaji Hiper Seks Asal Blitar yang Cabuli 6 Santrinya Terancam Kebiri
Kepala DKP Jatim Muhammad Gunawan Saleh menjelaskan, berbagai keuntungan dari budidaya udang vaname skala kecil ini. Sebab, inovasi ini mendukung upaya ketahanan pangan keluarga sekaligus dapat menjadi pendapatan tambahan yang cukup menjanjikan.
"Kalau yang banyak dikembangkan saat ini adalah ternak ikan lele skala kecil menggunakan tong. Dibandingkan lele, budidaya udang vaname jauh lebih menjanjikan. Apalagi sekarang bisa dilakukan di area pekarangan rumah," ujar Gunawan Saleh saat di temui di rumah dinasnya, Selasa (29/3/2021).
Gunawan menjelaskan, luas kolam yang digunakan untuk uji coba sebesar 6 x 11,5 meter persegi dengan kedalaman 1,2 meter. Dari kolam tersebut, pembenihan dapat dilakukan sebanyak 50 ekor per meter persegi atau sekitar 3.500 ekor.
"Bahkan untuk kolam terpal model bulat berdiameter 2 meter pembesaran udang vaname masih bisa dilakukan. Sehingga cocok untuk diterapkan di pekarangan rumah. Sementara di sini, kami menggunakan kolam yang sudah ada berukuran 11,5 x 6. Ada empat kolam, dengan ukuran yang sama. Sehingga total pembenihan sekitar 14.000 ekor udang vaname," ujar Gunawan.
Dengan perawatan yang baik, Gunawan menyebutkan hasil panen dari budidaya udang tersebut bisa mencapai 327 kilo dengan size 35 ekor per kilo. Harga udang vaname sendiri kini berada di kisaran antara Rp65.000 sampai Rp70.000. "Kalau budidaya lele kita hanya bisa jual Rp17.000 per kilo. Padahal kebutuhan pakannya bisa Rp14.000 per kilo. Kalau udang vaname, keuntungan bagi keluarga akan lebih besar," ujar Gunawan.
Karena digunakan untuk uji coba, maka hasil panen di rumah dinas tersebut tidak diperjual belikan. Tetapi dibagikan untuk masyarakat dan konsumsi sendiri. "Modalnya sangat kecil hanya sekitar Rp10 juta dan kebetulan tidak menggunakan APBD Jatim. Jadi kalau untuk komersial memang sangat menguntungkan bagi masyarakat yang mau budidaya udang vaname skala kecil," tutur pria asal Sumenep itu.
Keuntungan lain, kata Gunawan, budidaya skala kecil ini tidak membutuhkan izin amdal dan syarat lain yang rumit. Sebab, izin amdal hanya diwajibkan untuk budidaya dengan luasan lebih dari 100 hektar untuk skala intensif dan >50 hektar dengan teknologi super intensif. Hal ini tertuang dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor 38 tahun 2019.
"Kalau budidaya udang dengan hasil panen sekitar 3 ton, butuh luas lahan sekitar 3.000 meter persegi. Karena ini uji coba budidaya, maka kita cukup dengan membuat kolam kecil sehingga mudah direplikasi oleh masyarakat," tegas Gunawan.
Di sisi lain, budidaya udang vaname tidak menggunakan bahan-bahan berbahaya, melainkan hanya menggunakan probiotik. Probiotik ini bahkan dapat mereduksi limbah seperti amoniak dan bahan organik total. Limbah yang dibuang juga telah diendapkan untuk menghindari pencemaran lingkungan.
Baca juga: Ada Rencana Impor Garam 3,07 Juta Ton, Daya Saing Garam Lokal Dinilai Masih Rendah
"Tidak mungkin budidaya udang itu kemudian pakannya mengandung bahan formalin. Karena ini terkait keamanan pangan dan hasil produk perikanan tidak boleh menggunakan bahan berbahaya," tegas Gunawan.
Inovasi ini merupakan uji coba rekayasa teknologi tepat guna dalam budidaya udang vaname yang nantinya dapat dilakukan oleh masyarakat di perkotaan maupun dipedesaan dengan memanfaatkan lahan sempit. Sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan baru di era pandami COVID-19.
"Kita berharap untuk masyarakat di daerah pesisir bisa mereplikasi teknologi ini. Karena sumber daya air asin mereka melimpah. Kemudian, peluang pasar udang vaname juga sangat besar. Apalagi saat pandemi ini, supplier utama udang vaname dari India sedang lockdown. Sehingga suplai dari Indonesia sangat dibutuhkan untuk ekspor," pungkas Gunawan
Lihat Juga: Berhasil Bangun Ketangguhan Bencana, IRB Jatim Konsisten Turun 36,23 Poin di Lima Tahun Terakhir
Hal itu berhasil dibuktikan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Jatim dengan membuat inovasi budidaya udang vaname skala rumah tangga dengan luas kolam kurang dari 70 meter persegi.
Uji coba inovasi ini dilakukan DKP Jatim dengan memanfaatkan kolam yang berada di komplek rumah dinas di Jalan Ketintang, Surabaya. Selain hanya membutuhkan lahan yang minimalis, budidaya udang ternyata juga berhasil dilakukan di tengah kawasan perkotaan.
Baca juga: Dites Kejiwaan, Guru Ngaji Hiper Seks Asal Blitar yang Cabuli 6 Santrinya Terancam Kebiri
Kepala DKP Jatim Muhammad Gunawan Saleh menjelaskan, berbagai keuntungan dari budidaya udang vaname skala kecil ini. Sebab, inovasi ini mendukung upaya ketahanan pangan keluarga sekaligus dapat menjadi pendapatan tambahan yang cukup menjanjikan.
"Kalau yang banyak dikembangkan saat ini adalah ternak ikan lele skala kecil menggunakan tong. Dibandingkan lele, budidaya udang vaname jauh lebih menjanjikan. Apalagi sekarang bisa dilakukan di area pekarangan rumah," ujar Gunawan Saleh saat di temui di rumah dinasnya, Selasa (29/3/2021).
Gunawan menjelaskan, luas kolam yang digunakan untuk uji coba sebesar 6 x 11,5 meter persegi dengan kedalaman 1,2 meter. Dari kolam tersebut, pembenihan dapat dilakukan sebanyak 50 ekor per meter persegi atau sekitar 3.500 ekor.
"Bahkan untuk kolam terpal model bulat berdiameter 2 meter pembesaran udang vaname masih bisa dilakukan. Sehingga cocok untuk diterapkan di pekarangan rumah. Sementara di sini, kami menggunakan kolam yang sudah ada berukuran 11,5 x 6. Ada empat kolam, dengan ukuran yang sama. Sehingga total pembenihan sekitar 14.000 ekor udang vaname," ujar Gunawan.
Dengan perawatan yang baik, Gunawan menyebutkan hasil panen dari budidaya udang tersebut bisa mencapai 327 kilo dengan size 35 ekor per kilo. Harga udang vaname sendiri kini berada di kisaran antara Rp65.000 sampai Rp70.000. "Kalau budidaya lele kita hanya bisa jual Rp17.000 per kilo. Padahal kebutuhan pakannya bisa Rp14.000 per kilo. Kalau udang vaname, keuntungan bagi keluarga akan lebih besar," ujar Gunawan.
Karena digunakan untuk uji coba, maka hasil panen di rumah dinas tersebut tidak diperjual belikan. Tetapi dibagikan untuk masyarakat dan konsumsi sendiri. "Modalnya sangat kecil hanya sekitar Rp10 juta dan kebetulan tidak menggunakan APBD Jatim. Jadi kalau untuk komersial memang sangat menguntungkan bagi masyarakat yang mau budidaya udang vaname skala kecil," tutur pria asal Sumenep itu.
Keuntungan lain, kata Gunawan, budidaya skala kecil ini tidak membutuhkan izin amdal dan syarat lain yang rumit. Sebab, izin amdal hanya diwajibkan untuk budidaya dengan luasan lebih dari 100 hektar untuk skala intensif dan >50 hektar dengan teknologi super intensif. Hal ini tertuang dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor 38 tahun 2019.
"Kalau budidaya udang dengan hasil panen sekitar 3 ton, butuh luas lahan sekitar 3.000 meter persegi. Karena ini uji coba budidaya, maka kita cukup dengan membuat kolam kecil sehingga mudah direplikasi oleh masyarakat," tegas Gunawan.
Di sisi lain, budidaya udang vaname tidak menggunakan bahan-bahan berbahaya, melainkan hanya menggunakan probiotik. Probiotik ini bahkan dapat mereduksi limbah seperti amoniak dan bahan organik total. Limbah yang dibuang juga telah diendapkan untuk menghindari pencemaran lingkungan.
Baca juga: Ada Rencana Impor Garam 3,07 Juta Ton, Daya Saing Garam Lokal Dinilai Masih Rendah
"Tidak mungkin budidaya udang itu kemudian pakannya mengandung bahan formalin. Karena ini terkait keamanan pangan dan hasil produk perikanan tidak boleh menggunakan bahan berbahaya," tegas Gunawan.
Inovasi ini merupakan uji coba rekayasa teknologi tepat guna dalam budidaya udang vaname yang nantinya dapat dilakukan oleh masyarakat di perkotaan maupun dipedesaan dengan memanfaatkan lahan sempit. Sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan baru di era pandami COVID-19.
"Kita berharap untuk masyarakat di daerah pesisir bisa mereplikasi teknologi ini. Karena sumber daya air asin mereka melimpah. Kemudian, peluang pasar udang vaname juga sangat besar. Apalagi saat pandemi ini, supplier utama udang vaname dari India sedang lockdown. Sehingga suplai dari Indonesia sangat dibutuhkan untuk ekspor," pungkas Gunawan
Lihat Juga: Berhasil Bangun Ketangguhan Bencana, IRB Jatim Konsisten Turun 36,23 Poin di Lima Tahun Terakhir
(msd)