BKKBN Usulkan Konsep Baru Percepat Atasi Stunting
loading...
A
A
A
BOGOR - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN ) akan mengusulkan kepada DPR dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) agar bantuan sembako kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dan Program Keluarga Harapan (PKH) diberikan langsung kepada aparat desa.
Hal itu untuk mencegah kebosanan masyarakat untuk mengonsumsi sembako yang terkesan isinya cenderung tidak ada variasinya. Seperti diketahui, isi dari bantuan makanan yang disebut formula 100 dan formula 75 itu salah satunya adalah biskuit. (Baca juga: BKKBN Gandeng Ulama untuk Wujudkan Keluarga Berkualitas)
“Saya paham bahwa kelebihan biskuit yang diberikan dalam bantuan sembako kemarin itu di antaranya kemasannya cukup bisa bertahan lama kadar kandungan nutrisi, mineral, protein, baik mikro maupun makronya, dan itu sudah terukur dengan baik,” kata Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, pada acara webinar bertajuk Kecukupan Gizi Bagi Milenial Untuk Melahirkan Generasi Emas 2045, Kamis (18/3/2021). (Baca juga: Kepala BKKBN: Surabaya Jadi Pilot Project Zero Stunting di Indonesia )
Tapi, kata Hasto, bantuan sembako memiliki kelemahan. Pertama adalah kebosanan terhadap makanan yang ada di dalam sembako itu. “Masyarakat itu kalau dikasih biskuit terus menerus itu kan bosan. Kesannya itu, biskuit itu adalah roti,” kata dia.
Selain itu, kata Hasto, pembagian sembako dengan cara-cara lama itu seringkali terlambat sampai ke masyarakat. “Itu pengalaman saya waktu menjadi Bupati di Kulonprogo. Jadi seperti mendistribusikan barang, jalurnya panjang sekali,” ujar dia.
Karenanya, Hasto berencana mengusulkan konsep pendistribusian baru untuk bantuan sembako kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dan Program Keluarga Harapan (PKH) ini.
“Saya usulkan dan mudah-mudahan disetujui oleh DPR dan juga Kementerian Keuangan karena ini penting, agar bantuan sembako itu langsung disalurkan kepada aparat desa. Di desa itu kan ada PKK, bidan, kader bisa dari Aisyah dan organisasi-organisasi profesi yang lainnya yang menjadi tim pendamping,” kata Hasto.
Artinya, kata dia, makanan bergizi bisa diolah langsung oleh ibu-ibu PKK di desa, dan itu bisa bervariasi makananya, sehingga masyarakat tidak menjadi bosan mengkonsumsinya.
Sementara itu, Ketua Pokja Antropometri Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi & Penyakit Metabolik RSCM Prof Damayanti R Syarif mengatakan, untuk mencegah stunting diperlukan pemantauan status gizi yang benar, tata laksana rujukan berjenjang hingga intervensi gizi.
Kemenkes telah mengesahkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 29 Tahun 2019 tentang Penanggulangan Masalah Gizi pada Anak Akibat Penyakit. Permenkes ini mengatur mengenai Pangan Olahan untuk Kondisi Medis Khusus (PKMK) yang diprioritaskan untuk anak dengan resiko tinggi gagal tumbuh seperi gizi kurang, gizi buruk, prematur, alergi, hingga kelainan metabolik lainnya untuk mencegah stunting.
Hal itu untuk mencegah kebosanan masyarakat untuk mengonsumsi sembako yang terkesan isinya cenderung tidak ada variasinya. Seperti diketahui, isi dari bantuan makanan yang disebut formula 100 dan formula 75 itu salah satunya adalah biskuit. (Baca juga: BKKBN Gandeng Ulama untuk Wujudkan Keluarga Berkualitas)
“Saya paham bahwa kelebihan biskuit yang diberikan dalam bantuan sembako kemarin itu di antaranya kemasannya cukup bisa bertahan lama kadar kandungan nutrisi, mineral, protein, baik mikro maupun makronya, dan itu sudah terukur dengan baik,” kata Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, pada acara webinar bertajuk Kecukupan Gizi Bagi Milenial Untuk Melahirkan Generasi Emas 2045, Kamis (18/3/2021). (Baca juga: Kepala BKKBN: Surabaya Jadi Pilot Project Zero Stunting di Indonesia )
Tapi, kata Hasto, bantuan sembako memiliki kelemahan. Pertama adalah kebosanan terhadap makanan yang ada di dalam sembako itu. “Masyarakat itu kalau dikasih biskuit terus menerus itu kan bosan. Kesannya itu, biskuit itu adalah roti,” kata dia.
Selain itu, kata Hasto, pembagian sembako dengan cara-cara lama itu seringkali terlambat sampai ke masyarakat. “Itu pengalaman saya waktu menjadi Bupati di Kulonprogo. Jadi seperti mendistribusikan barang, jalurnya panjang sekali,” ujar dia.
Karenanya, Hasto berencana mengusulkan konsep pendistribusian baru untuk bantuan sembako kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dan Program Keluarga Harapan (PKH) ini.
“Saya usulkan dan mudah-mudahan disetujui oleh DPR dan juga Kementerian Keuangan karena ini penting, agar bantuan sembako itu langsung disalurkan kepada aparat desa. Di desa itu kan ada PKK, bidan, kader bisa dari Aisyah dan organisasi-organisasi profesi yang lainnya yang menjadi tim pendamping,” kata Hasto.
Artinya, kata dia, makanan bergizi bisa diolah langsung oleh ibu-ibu PKK di desa, dan itu bisa bervariasi makananya, sehingga masyarakat tidak menjadi bosan mengkonsumsinya.
Sementara itu, Ketua Pokja Antropometri Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi & Penyakit Metabolik RSCM Prof Damayanti R Syarif mengatakan, untuk mencegah stunting diperlukan pemantauan status gizi yang benar, tata laksana rujukan berjenjang hingga intervensi gizi.
Kemenkes telah mengesahkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 29 Tahun 2019 tentang Penanggulangan Masalah Gizi pada Anak Akibat Penyakit. Permenkes ini mengatur mengenai Pangan Olahan untuk Kondisi Medis Khusus (PKMK) yang diprioritaskan untuk anak dengan resiko tinggi gagal tumbuh seperi gizi kurang, gizi buruk, prematur, alergi, hingga kelainan metabolik lainnya untuk mencegah stunting.