MUI Banten Sebut Aliran Sesat Hakekok Tersebar di Beberapa Daerah

Jum'at, 12 Maret 2021 - 15:32 WIB
loading...
MUI Banten Sebut Aliran...
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Banten, AM Romly menyebutkan, aliran Hakekok yang menggemparkan masyarakat Pandeglang telah lama ada. Foto/Ist
A A A
SERANG - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Banten, AM Romly menyebutkan, aliran Hakekok yang menggemparkan masyarakat Kabupaten Pandeglang telah lama adanya. Bahkan telah tersebar di beberapa daerah.

Baca juga: Sedang Mandi Telanjang Bersama, 16 Pengikut Aliran Sesat Diamankan

"Itu bukan sekarang saja, dari dulu ada. Di setiap daerah ada. Baru muncul, dari dulu sudah ada di daerah. Hakekok itu sudah dulu ada, cuma timbul tenggelam, tidak banyak pengikutnya. Itu timbul tenggelam, kadang ada di Lebak, Tangerang, Serang," katanya saat dihubungi, Jumat (12/3/2021).

Baca juga: Aliran Sesat Gemparkan Pandeglang, Polisi Selidiki 16 Laki-laki dan Wanita Telanjang Bersama

Ia menegaskan, ritual aliran Hakekok tidak sesuai ajaran agama yang ada di Indonesia. Secara syariat, agama tidak mengajarkan melaksanakan ibadah dengan cara tanpa busana berjamaah.

"Jelas kalau mandi ramai-ramai, telanjang kalau di ajaran agama sesat sudah. Kecuali sendiri, di kamar mandi juga telanjang. Kalau ramai-ramai di tempat pemandian sudah di luar syariah," tegasnya.

AM Romly menduga, ritual itu disebabkan karena himpitan hidup yang susah. Di tambah, para pengikut aliran itu minim pengetahuan terhadap ilmu agama. Sehingga, ritual itu digelar untuk meminta petunjuk kemudahan dalam hidup.

"Berbagai tekanan hidup ya, bagaimana dia keluar dari himpitan kesulitan hidup, intinya cari jalan. Sementara tuntunan agama mereka, kurang paham," terangnya.

Ia berujar, tidak mengetahui secara pasti jumlah warga yang telah mengikuti aliran Hakekok. Namun yang pasti, aliran itu diwariskan secara turun-temurun.

"Orang yang berkeyakinan pada ajaran itu berbagai cara untuk cari pengikut dengan iming-iming apa gitu. Mungkin dia sendiri, tapi ada keluarga lain. Soal berapa keluarga saya belum dapat info juga. Tapi keluarga keturunan dapat mencari pengikut," ujarnya.

Ia menjelaskan, MUI akan melakukan pembinaan terhadap warga yang mengikuti aliran Hakekok. Agar, tidak ada lagi keresahan yang dikeluhkan masyarakat.

"Kalau dia pulang ke rumahnya nggak perlu ke Pesantren, kan ada MUI kecamatan, ada para kiyai tinggal di koordinasikan aja. Biarkan hidup sehari-hari biar tenang sesuai garapan masing-masing, petani, pedang. Artinya pembinaan khusus kepada mereka harus dilakukan. Sudah MUI sampai kecamatan sudah bergerak. Pokoknya sudah kondusif, nggak ada apa-apa lagi," jelasnya.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1967 seconds (0.1#10.140)