Angka Stunting di Luwu Utara Turun, Kini Hanya 19,65 Persen
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Stunting adalah salah satu masalah kesehatan yang mendapat perhatian dari pemerintah, baik pusat maupun daerah. Secara nasional, angka stunting terbilang cukup tinggi, masih di atas 20%.
Angka tersebut masih di atas dari target WHO yang menginginkan prevalensi di bawah 20%. Pemerintah pusat pun menargetkan prevalensi stunting 14% di tahun 2024.
Dari data laporan e-PPGBM (Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat melalui sistem elektronik), Luwu Utara menjadi daerah yeng menunjukkan tren penurunan angka stunting yang menggembirakan.
Tahun 2018, angka stunting di Luwu Utara tercatat 31,1% dan turun menjadi 19,65% pada tahun 2020. Capaian yang luar biasa ini akan terus didorong agar semakin mendekati target nasional, yaitu 14%.
“Untuk mencapai target nasional tahun 2024, maka kita perlu melakukan penajaman analisis situasi yang lengkap, sehingga kegiatan yang menjadi prioritas kita nantinya adalah kegiatan yang tepat sasaran, baik di Perangkat Daerah Kabupaten sampai kecamatan dan desa,” kata Plh Bupati Luwu Utara , Armiadi saat membuka Workshop Analisis Situasi Program Penurunan Stunting di Aula Hotel Bukit Indah Masamba, Kamis (18/2/2021).
Armiadi mengatakan, upaya percepatan pencegahan stunting tentu akan lebih efektif apabila intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif dilakukan secara konvergen di tingkat kabupaten sampai desa. Upaya ini, kata dia, terbukti efektif menurunkan angka stunting di Luwu Utara .
Baca Juga: Anggaran Besar, Perlu Perbaikan Manajemen Tekan Angka Stunting
“Coba kita lihat, hasil riset pada tahun 2013. Persentase stunting kita ada di angka 43,2%, kemudian tahun 2018 menjadi 31,1%. Puncaknya 2020, angka stunting kita menjadi 19,65%,” terang dia.
Untuk itu, Armiadi, berharap kegiatan workshop tersebut dapat menghasilkan analisis data yang lengkap, sehingga dapat digunakan sebagai bahan penyusunan perencanaan untuk tahun 2022 mendatang.
“Kita memang perlu menyusun strategi yang tepat dalam rangka mengakselerasi pencegahan stunting , yang nantinya diharapkan bisa menjadi acuan bersama, mulai dari tingkat pusat, sampai ke tingkat desa,” pungkasnya.
Sementara Kabid Kesmas Syahruni, menyebutkan tujuan kegiatan ini untuk memeroleh alokasi sumber daya yang dikelola kabupaten/kota bagi peningkatan cakupan layanan intervensi gizi terintegrasi.
Workshop ini juga memprioritaskan upaya perbaikan manajemen layanan dan peningkatan akses rumah tangga 1.000 HPK terhadap intervensi gizi terintegrasi. Workshop diikuti 40 peserta, terdiri dari Kepala PD, Camat, Tim Ahli P3MD, para Kabid Lingkup Dinkes serta para Kepala UPT Puskesmas.
Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini menghadirkan narasumber dari Tim Tenaga Ahli Kebijakan Publik Program Stunting Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Bangda Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia (Kemendagri), yaitu Lukman Nurhakim dan Besse Kuti. Hadir pula Plt Kepala Dinas kesehatan Luwu Utara Marhani Katma, serta Camat Malangke Tasman.
Angka tersebut masih di atas dari target WHO yang menginginkan prevalensi di bawah 20%. Pemerintah pusat pun menargetkan prevalensi stunting 14% di tahun 2024.
Dari data laporan e-PPGBM (Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat melalui sistem elektronik), Luwu Utara menjadi daerah yeng menunjukkan tren penurunan angka stunting yang menggembirakan.
Tahun 2018, angka stunting di Luwu Utara tercatat 31,1% dan turun menjadi 19,65% pada tahun 2020. Capaian yang luar biasa ini akan terus didorong agar semakin mendekati target nasional, yaitu 14%.
“Untuk mencapai target nasional tahun 2024, maka kita perlu melakukan penajaman analisis situasi yang lengkap, sehingga kegiatan yang menjadi prioritas kita nantinya adalah kegiatan yang tepat sasaran, baik di Perangkat Daerah Kabupaten sampai kecamatan dan desa,” kata Plh Bupati Luwu Utara , Armiadi saat membuka Workshop Analisis Situasi Program Penurunan Stunting di Aula Hotel Bukit Indah Masamba, Kamis (18/2/2021).
Armiadi mengatakan, upaya percepatan pencegahan stunting tentu akan lebih efektif apabila intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif dilakukan secara konvergen di tingkat kabupaten sampai desa. Upaya ini, kata dia, terbukti efektif menurunkan angka stunting di Luwu Utara .
Baca Juga: Anggaran Besar, Perlu Perbaikan Manajemen Tekan Angka Stunting
“Coba kita lihat, hasil riset pada tahun 2013. Persentase stunting kita ada di angka 43,2%, kemudian tahun 2018 menjadi 31,1%. Puncaknya 2020, angka stunting kita menjadi 19,65%,” terang dia.
Untuk itu, Armiadi, berharap kegiatan workshop tersebut dapat menghasilkan analisis data yang lengkap, sehingga dapat digunakan sebagai bahan penyusunan perencanaan untuk tahun 2022 mendatang.
“Kita memang perlu menyusun strategi yang tepat dalam rangka mengakselerasi pencegahan stunting , yang nantinya diharapkan bisa menjadi acuan bersama, mulai dari tingkat pusat, sampai ke tingkat desa,” pungkasnya.
Sementara Kabid Kesmas Syahruni, menyebutkan tujuan kegiatan ini untuk memeroleh alokasi sumber daya yang dikelola kabupaten/kota bagi peningkatan cakupan layanan intervensi gizi terintegrasi.
Workshop ini juga memprioritaskan upaya perbaikan manajemen layanan dan peningkatan akses rumah tangga 1.000 HPK terhadap intervensi gizi terintegrasi. Workshop diikuti 40 peserta, terdiri dari Kepala PD, Camat, Tim Ahli P3MD, para Kabid Lingkup Dinkes serta para Kepala UPT Puskesmas.
Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini menghadirkan narasumber dari Tim Tenaga Ahli Kebijakan Publik Program Stunting Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Bangda Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia (Kemendagri), yaitu Lukman Nurhakim dan Besse Kuti. Hadir pula Plt Kepala Dinas kesehatan Luwu Utara Marhani Katma, serta Camat Malangke Tasman.
(agn)