Ada Guguran Awan Panas Dari Puncak Semeru, Warga Diminta Waspada
loading...
A
A
A
Saat ini material vulkanik yang terbentuk sejak tahun 2010 tersebut, diperkirakan telah mencapai lebih dari 100 juta meter kubik. "Pada awal pemantauan yang kami lakukan tahun 2010, baru terbentuk kubah lava sekitar 5 meter kubik. Kubah lava tersebut terus tumbuh, dan tahun 2017 kami amati sudah mencapai sekitar 100 juta meter kubik," tuturnya.
Material vulkanik ini kondisinya labil, sehingga ketika terjadi dorongan energi dari dalam kawah gunung, atau terkena gerusan air hujan dengan intensitas tinggi, bisa runtuh dan meluncur ke bawah menjadi lahar hujan.
Selain lahar hujan, bahaya bencana skunder yang perlu diwaspadai dari Gunung Semeru, menurut Liswanto adalah semburan material vulkanik yang dipicu oleh dorongan energi dari dalam kawah.
"Material vulkanik ini bisa mengganggu jalur penerbangan pesawat dari Bandara Abdulrachman Saleh Malang, karena sebaran material vulkaniknya berada di kawasan jalur penerbangan. Ini yang selalu kami pantau dan waspadai, demi keselamatan penerbangan," ungkapnya.
Pria yang sudah 25 tahun bertugas mengamati gunung api tersebut menjelaskan, keberadaan tumpukan material vulkanik di sekitar kawah tersebut bisa juga menimbulkan sumbatan pada saluran magma dari dalam kawah.
"Apabila terjadi sumbatan dan ada dorongan energi yang besar dari dalam kawah, dikawatirkan akan memicu munculnya pergerakan magma menembus celah batuan yang lebih muda di sekitar kawah," terang pria asli Pronojiwo, Kabupaten Lumajang.
Dia menyebutkan, dalam sejarahnya kawah Gunung Semeru terus berpindah-pindah. Pada awalnya, kawah berada di wilayah Ayeg-ayeg, lalu Kalimati, terus berpindah ke Mahameru, dan saat ini berada di Jonggring Seloko.
Periode perpindahannya, diakuinya belum pernah diketahui berapa ratus tahun terjadinya. Yang pasti, kawah Jonggring Salaka sebagai kawah termuda usianya sudah mencapai ratusan tahun.
Pada tahun 1941, dia menyebutkan, sempat terjadi letusan magma di kawah baru, yang dikenal masyarakat sebagai Kawah Kemerling. Letusan magma ini terjadi di bawah Kawah Jonggring Seloko, dan berjarak sekitar 4 km dari permukiman warga.
Material vulkanik ini kondisinya labil, sehingga ketika terjadi dorongan energi dari dalam kawah gunung, atau terkena gerusan air hujan dengan intensitas tinggi, bisa runtuh dan meluncur ke bawah menjadi lahar hujan.
Selain lahar hujan, bahaya bencana skunder yang perlu diwaspadai dari Gunung Semeru, menurut Liswanto adalah semburan material vulkanik yang dipicu oleh dorongan energi dari dalam kawah.
"Material vulkanik ini bisa mengganggu jalur penerbangan pesawat dari Bandara Abdulrachman Saleh Malang, karena sebaran material vulkaniknya berada di kawasan jalur penerbangan. Ini yang selalu kami pantau dan waspadai, demi keselamatan penerbangan," ungkapnya.
Pria yang sudah 25 tahun bertugas mengamati gunung api tersebut menjelaskan, keberadaan tumpukan material vulkanik di sekitar kawah tersebut bisa juga menimbulkan sumbatan pada saluran magma dari dalam kawah.
"Apabila terjadi sumbatan dan ada dorongan energi yang besar dari dalam kawah, dikawatirkan akan memicu munculnya pergerakan magma menembus celah batuan yang lebih muda di sekitar kawah," terang pria asli Pronojiwo, Kabupaten Lumajang.
Dia menyebutkan, dalam sejarahnya kawah Gunung Semeru terus berpindah-pindah. Pada awalnya, kawah berada di wilayah Ayeg-ayeg, lalu Kalimati, terus berpindah ke Mahameru, dan saat ini berada di Jonggring Seloko.
Periode perpindahannya, diakuinya belum pernah diketahui berapa ratus tahun terjadinya. Yang pasti, kawah Jonggring Salaka sebagai kawah termuda usianya sudah mencapai ratusan tahun.
Pada tahun 1941, dia menyebutkan, sempat terjadi letusan magma di kawah baru, yang dikenal masyarakat sebagai Kawah Kemerling. Letusan magma ini terjadi di bawah Kawah Jonggring Seloko, dan berjarak sekitar 4 km dari permukiman warga.