Pandemi Covid-19, Physical Distancing Jadi Momen Rekatkan Hubungan Keluarga
loading...
A
A
A
JAKARTA - Virus corona masih menjadi kabar buruk bagi masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Pandemi ini berdampak besar, pemerintah pun memberlakukan physical distancing sebagai solusi menekan angka penyebaran.
Meski begitu, ada banyak hikmah positif di balik fenomena ini. Walau hanya bersifat imbauan, keefektifan kebijakan ini amat tergantung dari peran masyarakat yang sadar dan peduli akan pentingnya kesehatan satu sama lain.
Pengamat kebijakan publik, Agus Pambagio mengatakan, arahan pemerintah terkait pemberlakuan physical distancing harus dijadikan momentum sebagai gerakan sosial bersama dan juga bisa menjadi ajang mendekatkan hubungan antara anggota keluarga.
"Harus ada gerakan sosial bersama dari masyarakat bahwa kita saat ini sedang menghadapi bencana," ujar Agus saat dihubungi KORAN SINDO.
Agus menambahkan, berdasarkan pengamatannya hingga saat ini belum semua masyarakat memahami betul pentingnya melakukan physical distancing memerangi korona. Jika dilihat dengan baik, cara ini sangat efektif dan memiliki sisi positif.
Physical distancing atau jaga jarak tidak hanya efektif mencegah penularan virus korona atau Covid-19. Jika diamati, kebijakan ini bisa menjadi sarana tepat untuk merekatkan kembali hubungan antara anggota keluarga.
Hal ini pun ditegaskan child protection specialis Unicef Indonesia, Astrid Gonzaga Dionia. Dia menilai tiga cara physical distancing, yakni bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah dapat menjadi cara mendekatkan sesama anggota keluarga yang lain.
Baginya, banyak cara untuk membunuh waktu selama menjalani jaga jarak sosial dengan berdiam diri di rumah. Seperti berbincang bersama tanpa dibatasi dengan gawai, makan bersama, hingga beribadah bersama.
"Hal yang selama ini sulit dilakukan terutama bagi keluarga di perkotaan, misalnya di Jakarta, bapak dan ibunya harus berangkat bekerja pagi hari, pulang malam hari ketika anak sudah tidur. Jadi, waktu lebih intim dengan keluarga berkurang. Namun sejak work from home (WFH) mereka bisa merasakan momen kedekatan bersama keluarga," jelasnya.
Untuk itu, berdiam diri di rumah menjadi waktu yang tepat merajut hubungan lebih dekat antara anggota keluarga. "Hikmahnya, stay at home saat ini merupakan kesempatan merajut kembali komunikasi yang baik dengan anak dan keluarga," katanya.
Meski begitu, ada banyak hikmah positif di balik fenomena ini. Walau hanya bersifat imbauan, keefektifan kebijakan ini amat tergantung dari peran masyarakat yang sadar dan peduli akan pentingnya kesehatan satu sama lain.
Pengamat kebijakan publik, Agus Pambagio mengatakan, arahan pemerintah terkait pemberlakuan physical distancing harus dijadikan momentum sebagai gerakan sosial bersama dan juga bisa menjadi ajang mendekatkan hubungan antara anggota keluarga.
"Harus ada gerakan sosial bersama dari masyarakat bahwa kita saat ini sedang menghadapi bencana," ujar Agus saat dihubungi KORAN SINDO.
Agus menambahkan, berdasarkan pengamatannya hingga saat ini belum semua masyarakat memahami betul pentingnya melakukan physical distancing memerangi korona. Jika dilihat dengan baik, cara ini sangat efektif dan memiliki sisi positif.
Physical distancing atau jaga jarak tidak hanya efektif mencegah penularan virus korona atau Covid-19. Jika diamati, kebijakan ini bisa menjadi sarana tepat untuk merekatkan kembali hubungan antara anggota keluarga.
Hal ini pun ditegaskan child protection specialis Unicef Indonesia, Astrid Gonzaga Dionia. Dia menilai tiga cara physical distancing, yakni bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah dapat menjadi cara mendekatkan sesama anggota keluarga yang lain.
Baginya, banyak cara untuk membunuh waktu selama menjalani jaga jarak sosial dengan berdiam diri di rumah. Seperti berbincang bersama tanpa dibatasi dengan gawai, makan bersama, hingga beribadah bersama.
"Hal yang selama ini sulit dilakukan terutama bagi keluarga di perkotaan, misalnya di Jakarta, bapak dan ibunya harus berangkat bekerja pagi hari, pulang malam hari ketika anak sudah tidur. Jadi, waktu lebih intim dengan keluarga berkurang. Namun sejak work from home (WFH) mereka bisa merasakan momen kedekatan bersama keluarga," jelasnya.
Untuk itu, berdiam diri di rumah menjadi waktu yang tepat merajut hubungan lebih dekat antara anggota keluarga. "Hikmahnya, stay at home saat ini merupakan kesempatan merajut kembali komunikasi yang baik dengan anak dan keluarga," katanya.