Jadi Tradisi Jaga Lingkungan, Hatabosi Marancar di Tapsel Menuju Warisan Dunia
loading...
A
A
A
TAPANULI SELATAN - Komunitas Hatabosi menuju warisan dunia sebagai simbol lingkungan . Sebab, komunitas tersebut sudah mendapatkan pengakuan dari negara melalui penghargaan Kalpataru.
"Saya yakin, apabila tradisi menjaga lingkungan (Hatabosi) di Kecamatan Marancar (Desa Hatabosi) ini bisa terjaga, maka akan menjadi warisan dunia," ujar Komunitas Orangutan Indonesia, Fahrian Siregar ketika menghadiri acara peresmian tugu Kalpataru di Tanjung Dolok, Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumut.
Menurutnya, selain Hatabosi, ada dua tradisi lagi di dunia yang mirip dengan yang ada di Haunatas yaitu di Subang, Bali, dan Satoyama, Jepang. Dijelaskannya, Hatabosi merupakan budaya kearifan lokal masyarakat untuk menjaga lingkungan dengan menjaga kualitas air.
Yang paling menarik lagi kata Fahrian, seluruh lapisan masyarakat terlibat langsung untuk menjaga lingkungan terutama kualitas air. Para petani diberikan air sesuai dengan luas lahan yang dimilikinya. Selanjutnya, petani memiliki kewajiban membayar upah sesuai dengan penghasilan yang didapatnya.
Bahkan, untuk mendapatkan tali air, seluruh warga yang ada di Desa Hatabosi bekerjasama untuk memahat batu cadas agar ketersediaan air tetap terjaga berkelanjutan "Saya yakin, apabila ini dijaga terus, maka Komunitas Hatabosi akan menjadi warisan dunia," tandasnya.
"Saya yakin, apabila tradisi menjaga lingkungan (Hatabosi) di Kecamatan Marancar (Desa Hatabosi) ini bisa terjaga, maka akan menjadi warisan dunia," ujar Komunitas Orangutan Indonesia, Fahrian Siregar ketika menghadiri acara peresmian tugu Kalpataru di Tanjung Dolok, Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumut.
Menurutnya, selain Hatabosi, ada dua tradisi lagi di dunia yang mirip dengan yang ada di Haunatas yaitu di Subang, Bali, dan Satoyama, Jepang. Dijelaskannya, Hatabosi merupakan budaya kearifan lokal masyarakat untuk menjaga lingkungan dengan menjaga kualitas air.
Yang paling menarik lagi kata Fahrian, seluruh lapisan masyarakat terlibat langsung untuk menjaga lingkungan terutama kualitas air. Para petani diberikan air sesuai dengan luas lahan yang dimilikinya. Selanjutnya, petani memiliki kewajiban membayar upah sesuai dengan penghasilan yang didapatnya.
Bahkan, untuk mendapatkan tali air, seluruh warga yang ada di Desa Hatabosi bekerjasama untuk memahat batu cadas agar ketersediaan air tetap terjaga berkelanjutan "Saya yakin, apabila ini dijaga terus, maka Komunitas Hatabosi akan menjadi warisan dunia," tandasnya.
(eyt)