Jabar Kebanjiran Hoax Vaksinasi COVID-19, Warga Diminta Teliti dan Kritis

Kamis, 21 Januari 2021 - 06:07 WIB
loading...
A A A
"Beredar video santri yang pingsan setelah disuntik vaksin COVID-19. Padahal, video tersebut sudah ada sejak 2018. Saat itu, santri disuntik vaksin difteri. Hoaks yang menyesatkan seperti itu banyak ditemukan," ungkapnya.

Pihaknya berharap, masyarakat lebih teliti dan kritis saat mengakses informasi, terutama terkait vaksinasi COVID-19. Jika ragu terhadap informasi yang didapatkan, masyarakat dapat mengonfirmasi ke JSH sebelum memercayai informasi tersebut.

Sementara itu, Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung (Unisba) Santi Indra Astuti menyatakan, hoaks vaksinasi COVID-19 dapat memicu kebingungan di tengah masyarakat. Sebab, masyarakat sulit membedakan infomasi yang benar dan bohong.

"Tentu saja yang paling utama adalah menghambat upaya mengatasi pandemi. Publik dibingungkan dengan banjir hoaks vaksinasi, sehingga (masyarakat) mengambil keputusan yang keliru," kata Santi.

"Bukan hanya mendorong pada keputusan yang salah, hoaks vaksinasi juga menimbulkan penolakan terhadap vaksin-vaksin lainnya yang sudah lebih lama beredar dan sangat diperlukan untuk kesehatan masyarakat," imbuhnya.

Disinggung soal hoaks vaksinasi COVID-19 yang beredar melalui beragam saluran. Santi menilai, hoaks yang tersebar di grup aplikasi percakapan akan sulit dilacak. Selain itu, hoax tersebut akan mudah dipercayai oleh anggota grup.

"Karakter grup aplikasi percakapan juga unik. Dalam grup, selalu ada opinion maker yang posisi sosialnya di grup sangat terhormat. Misalnya, yang sepuh-sepuh, yang senior, yang dianggap sangat berilmu, sangat beragama," katanya.

"Opinion leader justru pihak yang sangat rentan terpapar oleh hoaks. Maka, ketika hoaks beredar di grup aplikasi percakapan, anggota lain tidak berani mengklarifikasi karena takut dianggap 'cari perkara'," tambahnya.

Santi menyatakan, hoaks vaksinasi COVID-19 selalu dikemas dengan bahasa dan pendekatan emosional. Hoax pun selalu berisi informasi yang menakutkan di tengah masyarakat.

"Yang ditonjolkan adalah fear atau ketakutan, dan ini nyambung pisan (sangat berkaitan) dengan psikologi publik saat berhadapan dengan ketidakpastian, ketidaktahuan, dan kecemasan di tengah situasi pandemi," terangnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0996 seconds (0.1#10.140)