Belasan Calon Bintara Polri Kena Covid-19, SPN Batua Gelar Pendidikan Daring
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Sekolah Polisi Negara (SPN) Batua Polda Sulsel , terpaksa menerapkan pendidikan virtual atau daring terhadap ratusan siswa calon anggota polri. Perubahan pola pendidikan tersebut disebabkan alasan kesehatan.
Kepala SPN Polda Sulsel , Kombes Pol Joko Pitoyo menyatakan, penerapan pendidikan daring sudah dilakukan sejak Kamis 10 Desember 2020 lalu. Alasanya 11 siswa dan lima anggota polisi sempat terpapar Covid-19 pertengahan November lalu.
Belasan orang itu kata Joko dinyatakan positif, setelah melaksanakan tes swab pada 20 hingga 21 November. Mereka kemudian langsung dirawat di ruang isolasi Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Beberapa hari dirawat, 14 orang dari mereka dinyatakan sembuh. Dua diantaranya masih dirawat hingga saat ini.
"Empat hari lalu ada perintah Kapolri untuk mengembalikan siswa ke rumah masing-masing. Sehingga semua pengajaran dilakukan secara daring atau virtual. Pengawasan tetap kita lakukan, untuk dua bulan pertama pendidikan kejuangan dan kepribadian," kata Joko kepada Sindonews, Selasa (15/12/2020).
Dia memaparkan, 11 siswa yang terpapar, merupakan bagian dari 700 calon bintara Polri yang dinyatakan lulus pada 13 November lalu. Mereka terbagi dari dua provinsi berbeda. Sulawesi Selatan 401 siswa dan Sulawesi Barat berjumlah 299 siswa.
Joko mengatakan, pimpinan sempat memberikan dua pilihan untuk melanjutkan proses pendidikan siswa di tengah pandemi COVID-19. Pertama, seluruh siswa dikembalikan ke satuan jajaran polres masing-masing. Namun karena momentum pilkada saat itu, pilihan tersebut tidak diambil.
"Apalagi tenaga pendidik, tidak semua polres punya. Jadi kita pilih alternatif kedua untuk siswa dikembalikan ke rumah dan melaksanakan pembelajaran pendidikan virtual," ungkap mantan Tutor Utama Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Lemdiklat) Polri ini.
Dia menyampaikan, pola pendidikan daring di rumah, tetap menyesuaikan dengan proses pendidikan yang ada di SPN Polda Sulsel . Mulai dari pola makanan, hingga latihan dan olah fisik. Pola pendidikan kata Joko, melibatkan orang tua masing-masing siswa yang bertindak sebagai pengawas.
"Sudah kita buatkan surat pernyataan orang tuanya," imbuh Joko.
Surat pernyataan ditekankan, agar siswa bersedia diawasi langsung oleh orang tua dan keluarganya selama menjalani pendidikan dari rumah. Aktivitas pendidikan mencakup latihan fisik seperti push up, lari hingga apel pagi. Teknisnya dijelaskan Joko, setiap siswa harus menyiarkan langsung pendidikan fisiknya kepada pelatih via virtual setiap hari.
"Jadi ini selama dua bulan pertama siswa ini menjalani pembinaan fisik, pembinaan mental. Kita gembleng agar memahami bahwa mereka adalah seorang bhayangkara. Supaya tahan mental. Setelah dua bulan baru diterapkan teori," ucapnya.
Meski begitu, disebutkan Joko, selama empat hari menjalani pendidikan virtual untuk siswa, sejumlah kendala juga mulai ditemukan. Antara lain siswa yang rumahnya tidak begitu terjangkau jaringan internet.
"Untuk itu, kita taktisi dengan siswa ini, dokumentasi video, foto dan lain-lain dikirim ke WhatsApp pribadi pelatih. Tugas dan arahannya lewat WhatsApp, berikut koordinasinya," tegas perwira polisi tiga bunga ini.
Mulai dari kesiapan apel pagi hari, dibarengi dengan latihan fisik seperti biasanya. Joko memperkirakan, pendidikan virtual ini akan berjalan hingga beberapa bulan ke depan. Tepatnya, hingga seluruh siswa telah menerima vaksin sebelumnya dikembalikan ke SPN Batua untuk menjalani sisa pendidikan selama tujuh bulan.
Joko menegaskan, tetap memantau dan mengawasi ketat seluruh kegiatan siswanya selama menjalani pendidikan virtual dari rumah.
"Mungkin Februari (2021) mereka swab kembali juga, dan akhir Februarinya akan masuk kembali ke sini (SPN Batua). Intinya kita akan menyesuaikan," tukasnya.
Kepala SPN Polda Sulsel , Kombes Pol Joko Pitoyo menyatakan, penerapan pendidikan daring sudah dilakukan sejak Kamis 10 Desember 2020 lalu. Alasanya 11 siswa dan lima anggota polisi sempat terpapar Covid-19 pertengahan November lalu.
Belasan orang itu kata Joko dinyatakan positif, setelah melaksanakan tes swab pada 20 hingga 21 November. Mereka kemudian langsung dirawat di ruang isolasi Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Beberapa hari dirawat, 14 orang dari mereka dinyatakan sembuh. Dua diantaranya masih dirawat hingga saat ini.
"Empat hari lalu ada perintah Kapolri untuk mengembalikan siswa ke rumah masing-masing. Sehingga semua pengajaran dilakukan secara daring atau virtual. Pengawasan tetap kita lakukan, untuk dua bulan pertama pendidikan kejuangan dan kepribadian," kata Joko kepada Sindonews, Selasa (15/12/2020).
Dia memaparkan, 11 siswa yang terpapar, merupakan bagian dari 700 calon bintara Polri yang dinyatakan lulus pada 13 November lalu. Mereka terbagi dari dua provinsi berbeda. Sulawesi Selatan 401 siswa dan Sulawesi Barat berjumlah 299 siswa.
Joko mengatakan, pimpinan sempat memberikan dua pilihan untuk melanjutkan proses pendidikan siswa di tengah pandemi COVID-19. Pertama, seluruh siswa dikembalikan ke satuan jajaran polres masing-masing. Namun karena momentum pilkada saat itu, pilihan tersebut tidak diambil.
"Apalagi tenaga pendidik, tidak semua polres punya. Jadi kita pilih alternatif kedua untuk siswa dikembalikan ke rumah dan melaksanakan pembelajaran pendidikan virtual," ungkap mantan Tutor Utama Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Lemdiklat) Polri ini.
Dia menyampaikan, pola pendidikan daring di rumah, tetap menyesuaikan dengan proses pendidikan yang ada di SPN Polda Sulsel . Mulai dari pola makanan, hingga latihan dan olah fisik. Pola pendidikan kata Joko, melibatkan orang tua masing-masing siswa yang bertindak sebagai pengawas.
"Sudah kita buatkan surat pernyataan orang tuanya," imbuh Joko.
Surat pernyataan ditekankan, agar siswa bersedia diawasi langsung oleh orang tua dan keluarganya selama menjalani pendidikan dari rumah. Aktivitas pendidikan mencakup latihan fisik seperti push up, lari hingga apel pagi. Teknisnya dijelaskan Joko, setiap siswa harus menyiarkan langsung pendidikan fisiknya kepada pelatih via virtual setiap hari.
"Jadi ini selama dua bulan pertama siswa ini menjalani pembinaan fisik, pembinaan mental. Kita gembleng agar memahami bahwa mereka adalah seorang bhayangkara. Supaya tahan mental. Setelah dua bulan baru diterapkan teori," ucapnya.
Meski begitu, disebutkan Joko, selama empat hari menjalani pendidikan virtual untuk siswa, sejumlah kendala juga mulai ditemukan. Antara lain siswa yang rumahnya tidak begitu terjangkau jaringan internet.
"Untuk itu, kita taktisi dengan siswa ini, dokumentasi video, foto dan lain-lain dikirim ke WhatsApp pribadi pelatih. Tugas dan arahannya lewat WhatsApp, berikut koordinasinya," tegas perwira polisi tiga bunga ini.
Mulai dari kesiapan apel pagi hari, dibarengi dengan latihan fisik seperti biasanya. Joko memperkirakan, pendidikan virtual ini akan berjalan hingga beberapa bulan ke depan. Tepatnya, hingga seluruh siswa telah menerima vaksin sebelumnya dikembalikan ke SPN Batua untuk menjalani sisa pendidikan selama tujuh bulan.
Joko menegaskan, tetap memantau dan mengawasi ketat seluruh kegiatan siswanya selama menjalani pendidikan virtual dari rumah.
"Mungkin Februari (2021) mereka swab kembali juga, dan akhir Februarinya akan masuk kembali ke sini (SPN Batua). Intinya kita akan menyesuaikan," tukasnya.
(agn)