Konsumsi Rendah, BI Akui Banyak Dana Mengendap di Bank
loading...
A
A
A
BANDUNG - Bank Indonesia Jawa Barat mengakui banyak dana masyarakat masih mengendap di perbankan, baik dalam bentuk deposito atau giro. Banyaknya dana mengendap di perbankan mengakibatkan konsumsi masyarakat di Jabar rendah dan mengakibatkan resesi.
"Benar memang konsumsi banyak didorong kalangan menengah bawah. Mereka ada uang langsung dipakai belanja. Semantara kalau menengah atas, mereka akan sangat tergantung kondisi ekonomi. Kalau tidak pasti, mereka akan menyimpan uangnya di bank," jelas Senior Regional Economist Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jawa Barat Taufik Saleh di Bandung, Kamis (12/11/2020). (Baca juga: Pulihkan Ekonomi, Kebijakan Moneter Dibikin Longgar )
Menurut dia, dana mengendap kalangan menengah atas banyak dalam bentuk deposito dan giro. Secara nominal, jumlahnya sangat tinggi. Sebagai acuan, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan di Jabar hingga Sepetember 2020 mencapai Rp558 triliun. Data Desember 2019 hingga September 2020, DPK perbankan di Jabar tercatat naik 7,5%. Begitupun simpanan dana mayarakat di perbankan syariah di Jabar tinggi 12%.
Lain halnya dengan kalangan menengah bawah. Mereka banyak menggunakan uang tabungan selama ppendemi. Bank Indonesia mencatat porsi tabungan yang digunakan meningkat dari 60% menjadi 66%. "Artinya, mereka sudah menggunakan uangnya untuk berbagai keperluan," katanya. (Baca juga: Industri Mulai Menggeliat, BI Optimistis Ekonomi Jabar Bakal Membaik )
Kendati begitu, Taufik menjelaskan, tingginya DPK perbankan di Jabar bukan hanya menunjukkan mengendapnya dana mayarakat, tetapi juga ada dana lainnya. Diantaranya apakah ada dana pemerintah yang belum terserap.
"Benar memang konsumsi banyak didorong kalangan menengah bawah. Mereka ada uang langsung dipakai belanja. Semantara kalau menengah atas, mereka akan sangat tergantung kondisi ekonomi. Kalau tidak pasti, mereka akan menyimpan uangnya di bank," jelas Senior Regional Economist Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jawa Barat Taufik Saleh di Bandung, Kamis (12/11/2020). (Baca juga: Pulihkan Ekonomi, Kebijakan Moneter Dibikin Longgar )
Menurut dia, dana mengendap kalangan menengah atas banyak dalam bentuk deposito dan giro. Secara nominal, jumlahnya sangat tinggi. Sebagai acuan, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan di Jabar hingga Sepetember 2020 mencapai Rp558 triliun. Data Desember 2019 hingga September 2020, DPK perbankan di Jabar tercatat naik 7,5%. Begitupun simpanan dana mayarakat di perbankan syariah di Jabar tinggi 12%.
Lain halnya dengan kalangan menengah bawah. Mereka banyak menggunakan uang tabungan selama ppendemi. Bank Indonesia mencatat porsi tabungan yang digunakan meningkat dari 60% menjadi 66%. "Artinya, mereka sudah menggunakan uangnya untuk berbagai keperluan," katanya. (Baca juga: Industri Mulai Menggeliat, BI Optimistis Ekonomi Jabar Bakal Membaik )
Kendati begitu, Taufik menjelaskan, tingginya DPK perbankan di Jabar bukan hanya menunjukkan mengendapnya dana mayarakat, tetapi juga ada dana lainnya. Diantaranya apakah ada dana pemerintah yang belum terserap.
(don)