Cerita Kakek Lumpuh Hidup Memprihatinkan di Gubuk Bambu Reyot

Kamis, 07 Mei 2020 - 08:08 WIB
loading...
Cerita Kakek Lumpuh Hidup Memprihatinkan di Gubuk Bambu Reyot
Di usia senja memasuki 77 tahun, Mbah Slamet tinggal sendirian dalam gubuk reyot yang dipenuhi tumpukan plastik dan sampah. FOTO/iNews
A A A
BLORA - Mbah Slamet menyimpan cerita getir perjalanan cinta dan kisah hidupnya. Di usia senja memasuki 77 tahun, dia harus berpuas diri tinggal dalam gubuk reyot yang dipenuhi tumpukan plastik dan sampah.

Pria tua itu tinggal di Desa Getas RT 1/RW 3, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora. Hari-harinya dihabiskan dalam gubuk, karenanya tidak bisa bepergian. Dia lumpuh, tidak bisa berjalan, dan hanya bisa merangkak.

Dia hanya seorang diri, dalam sebuah bangunan anyaman bambu yang jauh dari standar layak. Bukan hanya tak layak dari kesehatan tapi juga keamanan karena rawan roboh.

Banyak plastik, karung, yang bergelantugan di atap. Sementara di lantai tak kalah penuh, karena terdapat aneka ragam barang. Botol-botol bekas air mineral tampak berserakan bersama ember dan panci. Di antara tumpukan barang itu, terlihat satu gelas kopi hitam lengkap dengan tutupnya.

Sementara Mbah Slamet, hanya duduk di antara onggokan barang-barang. Pria yang wajahya sudah dipenuhi keriput itu mengenakan sarung lusuh. Di kepalanya terdapat kain sebagai penutup untuk melindungi dari hawa dingin. Terlebih pada musim hujan saat ini.

Salah seorang kerabat, Karis menceritakan, Mbah Slamet sejak muda kerja serabutan. Pria itu pernah ikut kerja seorang pemborong di Padangan, Bojonegoro, Jawa Timur. Mbah Slamet juga pernah menikah hingga memiliki anak.

"Mbah Slamet sempat menikah dan memiliki satu anak. Namun ketika anaknya berusia satu bulan, istrinya kabur dan tidak kembali," ujar Kasir, Rabu (6/5/2020).

"Anak semata wayangnya itu kini juga sudah meninggal. Sebelum meninggal pernah menikah dan memiliki satu anak (cucu Mbah Slamet). Setelah ayahnya meninggal, cucu Mbah Slamet ini ikut ibunya di Kediri. Sehingga kini Mbah Slamet hanya sendirian di sini," ungkapnya.

Kondisi Mbah Slamet itu mengetuk hati warga sekitar. Pernah ditawari untuk tinggal di rumah warga, tapi Mbah Slamet menolak. Dia lebih memilih tinggal sendiri di gubuk. Warga pun bergiliran mengirimkan makanan bagi Mbah Slamet.

"Makan kita yang ngasih, kadang tetangga juga. Dulu sempat saya buatkan kamar di rumah saya agar bisa ditempati. Namun Mbah Slamet tidak mau, dan memilih tetap di rumahnya yang kondisinya seperti itu. Saya tidak berani memaksa," ujarnya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1312 seconds (0.1#10.140)