Pengembangan Holistik Gangguan Jiwa Dibutuhkan di Tengah Pandemi

Senin, 12 Oktober 2020 - 08:27 WIB
loading...
Pengembangan Holistik Gangguan Jiwa Dibutuhkan di Tengah Pandemi
Guru Besar Fakultas Keperawatan (FKp) Universitas Airlangga Prof. Dr. Ahmad Yusuf Saiun, S.Kp., M.Kes menjelaskan tentang pengembangan holistik para penderita gangguan jiwa.Foto/ist
A A A
SURABAYA - Kesehatan mental menjadi perhatian penting di tengah pandemi COVID-19. Tekanan kehidupan yang semakin tinggi menjadikan kesehatan mental seseorang lebih berat.

Guru Besar Fakultas Keperawatan (FKp) Universitas Airlangga Prof. Dr. Ahmad Yusuf Saiun, S.Kp., M.Kes menuturkan, dalam orasi ilmiahnya ia menguraikan hasil risetnya mengenai pengembangan model holistik dalam perawatan pasien gangguan jiwa. Pengembangan metode ini bisa diterapkan di berbagai daerah di Indonesia.

Ia menuturkan, gangguan jiwa yang paling menonjol adalah gangguan perilaku, gangguan pikiran, gangguan perasaan yang kemudian diikuti oleh gejala-gejala fisik. Ketika gejala-gejala fisik seperti gangguan tidur, gangguan makan dan lain-lain menyebabkan gangguan fungsi pekerjaan maka dapat memunculkan gangguan jiwa pada seseorang.

“Rata-rata orang mengalami gangguan jiwa setelah mereka mengalami gangguan fungsi pekerjaan,” kata Prof Yusuf, Senin (12/10/2020).

(Baca juga: Gubernur Khofifah Berikan Anugerah Satya Lancana Karya Satya untuk 400 ASN )

Guru Besar kelahiran 1967 itu melanjutkan, terdapat dua kelompok gangguan jiwa yakni gangguan mental emosional dan gangguan jiwa berat. Gangguan jiwa itu sendiri sangat berdampak pada bidang ekonomi. Pasalnya, orang dengan gangguan jiwa tidak dapat melakukan kegiatan secara produktif.

Untuk mengatasi gangguan mental emosional, lanjutnya, tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan menguatkan meaning of life agar orang tidak mudah cemas, tidak mudah marah, dan tekanan emosi lainnya.

“Perlu mengembangkan penguatan spiritual, adapun nilai-nilai spiritualitas yang telah kami teliti adalah syukur, sabar dan ikhlas,” jelasnya.

(Baca juga: Uniknya Tempat Wisata Pintu Langit, Ada Pemakaman Umum )

Prof. Yusuf menambahkan, dalam lingkungan masyarakat masih terdapat stigma yang melekat pada orang dengan gangguan jiwa. Masalah lainnya mengenai penerimaan keluarga terhadap orang dengan gangguan jiwa di mana masih banyak keluarga yang menelantarkan orang dengan gangguan jiwa tersebut.

Sehingga dari permasalahan itu, Prof. Yusuf menyatakan jika masalah kesehatan jiwa bukan hanya masalah pasien, tetapi juga masalah keluarga, kelompok, dan masyarakat. Makanya perlu pengembangan model holistik yang tidak hanya memandang urusan fisik, tetapi juga urusan psikologis, sosial, spiritual, dan kultural.

“Dapat disimpulkan penanganan masalah gangguan jiwa harus komprehensif, melibatkan semua pihak, lintas sektor dan lintas program,” jelasnya.

Terakhir, Prof. Yusuf berharap agar semua masyarakat dapat mewujudkan kesehatan jiwa, di mana individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga dia menyadari dengan kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan dapat berkontribusi bagi komunitasnya.
(msd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2304 seconds (0.1#10.140)