Kang Emil Berbagi Cerita Disuntik Calon Vaksin COVID-19 ke Dokter Cantik Reisa
loading...
A
A
A
BANDUNG - Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil berbagi cerita kepada dokter Reisa Brotoasmoro tentang pengalamannya menjadi relawan uji klinis calon vaksin COVID-19 kepada dokter cantik, Reisa Brotoasmoro.
Cerita tentang pengalamannya itu disampaikan Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, kepada dokter Reisa yang juga Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 dalam sesi wawancara yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (9/10/2020). (Baca: Jadi Relawan Vaksin, Ridwan Kamil Cerita Efek yang Dirasakan)
Kepada dokter Reisa, Kang Emil mengaku, meski dirinya menjadi bagian dari pemerintah yang menangani langsung pandemi COVID-19, namun Kang Emil rela menjadi salah satu dari 1.620 relawan uji klinis vaksin yang diproduksi Sinovac, China itu.
Menurut Kang Emil, uji klinis vaksin yang dilaksanakan Universitas Padjajaran (Unpad) bekerja sama dengan Bip Farma itu dilaksanakan melalui tiga tahapan. "Tahap satu vaksin disuntikkan pada relawan yang jumlahnya di bawah 100 orang. Tahap dua, disuntikkan pada relawan dengan jumlah antara 100 hingga 1.000 orang, dan tahap tiga untuk relawan di atas 1.000 orang, tepatnya 1.620 relawan," tutur Kang Emil kepada dokter Reisa.
Kang Emil juga mengatakan, syarat untuk menjadi relawan uji klinis, yakni harus menjalani lima kunjungan. Pertama, melakukan tes PCR, rapid test dan sejenisnya untuk pengkondisian. Kedua, menerima suntikan vaksin tahap satu. Ketiga, menerima suntikan vaksin tahap kedua. Sedangkan kunjungan keempat serta kelima, yakni pengambilan darah untuk kemudian dicek reaksi dari vaksin yang disuntikkan.
"Apakah setelah disuntik vaksin di dalam tubuh saya ini antibody berlimpah atau tidak. Nah, kalau berlimpahnya sampai 90%, berarti badan saya siap melawan virus COVID-19 yang akan menyerang tubuh saya. Pengambilan darah kedua akan dilakukan Desember 2020 sekaligus melihat hasilnya," katanya.
Kang Emil menjelaskan, jika hasil uji darah pada Desember nanti dinilai berhasil, maka vaksin bakal diproduksi massal dan dilanjutkan vaksinasi massal kepada masyarakat. Diakui Kang Emil, upaya pemerintah untuk menghadirkan vaksin COVID-19 tidaklah mudah. Selain itu, masih ada kelompok masyarakat yang meragukan keamanan vaksin.
Bahkan, kata Kang Emil, dirinya sempat dituding hanya berpura-pura saat foto pengambilan darahnya menyebar luas di media sosial. "Persepsi publik, orang-orang yang tidak paham menyangka saya bohong. Menurut yang tidak paham, jarum suntik itu masih seperti model yang lama, padahal dalam tes vaksin menggunakan jarum suntik modern yang disebut vacutainer," sebutnya. (Baca: Ridwan Kamil Tercatat dalam Daftar Relawan Uji Klinis Vaksin Sinovac)
Oleh karenanya, Kang Emil meminta masyarakat yang tidak paham tentang prosesnya jangan memberikan komentar provokasi. Dia menyarankan warga untuk bertanya, agar memahami prosesnya. "Sejauh ini, tidak ada dampak medis yang dirasakan pasca disuntik penyuntikan vaksin," tandas Kang Emil.
Diketahui, selain vaksin Sinovac , terdapat beberapa kandidat vaksin COVID-19 yang akan digunakan di Indonesia, di antaranya vaksin Merah Putih yang dikembangkan oleh Kementerian Riset dan Teknologi Badan Riset dan Inovasi Nasional serta Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, vaksin G42 dari Uni Emirat Arab, dan vaksin Genexine dari Korea Selatan.
Cerita tentang pengalamannya itu disampaikan Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, kepada dokter Reisa yang juga Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 dalam sesi wawancara yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (9/10/2020). (Baca: Jadi Relawan Vaksin, Ridwan Kamil Cerita Efek yang Dirasakan)
Kepada dokter Reisa, Kang Emil mengaku, meski dirinya menjadi bagian dari pemerintah yang menangani langsung pandemi COVID-19, namun Kang Emil rela menjadi salah satu dari 1.620 relawan uji klinis vaksin yang diproduksi Sinovac, China itu.
Menurut Kang Emil, uji klinis vaksin yang dilaksanakan Universitas Padjajaran (Unpad) bekerja sama dengan Bip Farma itu dilaksanakan melalui tiga tahapan. "Tahap satu vaksin disuntikkan pada relawan yang jumlahnya di bawah 100 orang. Tahap dua, disuntikkan pada relawan dengan jumlah antara 100 hingga 1.000 orang, dan tahap tiga untuk relawan di atas 1.000 orang, tepatnya 1.620 relawan," tutur Kang Emil kepada dokter Reisa.
Kang Emil juga mengatakan, syarat untuk menjadi relawan uji klinis, yakni harus menjalani lima kunjungan. Pertama, melakukan tes PCR, rapid test dan sejenisnya untuk pengkondisian. Kedua, menerima suntikan vaksin tahap satu. Ketiga, menerima suntikan vaksin tahap kedua. Sedangkan kunjungan keempat serta kelima, yakni pengambilan darah untuk kemudian dicek reaksi dari vaksin yang disuntikkan.
"Apakah setelah disuntik vaksin di dalam tubuh saya ini antibody berlimpah atau tidak. Nah, kalau berlimpahnya sampai 90%, berarti badan saya siap melawan virus COVID-19 yang akan menyerang tubuh saya. Pengambilan darah kedua akan dilakukan Desember 2020 sekaligus melihat hasilnya," katanya.
Kang Emil menjelaskan, jika hasil uji darah pada Desember nanti dinilai berhasil, maka vaksin bakal diproduksi massal dan dilanjutkan vaksinasi massal kepada masyarakat. Diakui Kang Emil, upaya pemerintah untuk menghadirkan vaksin COVID-19 tidaklah mudah. Selain itu, masih ada kelompok masyarakat yang meragukan keamanan vaksin.
Bahkan, kata Kang Emil, dirinya sempat dituding hanya berpura-pura saat foto pengambilan darahnya menyebar luas di media sosial. "Persepsi publik, orang-orang yang tidak paham menyangka saya bohong. Menurut yang tidak paham, jarum suntik itu masih seperti model yang lama, padahal dalam tes vaksin menggunakan jarum suntik modern yang disebut vacutainer," sebutnya. (Baca: Ridwan Kamil Tercatat dalam Daftar Relawan Uji Klinis Vaksin Sinovac)
Oleh karenanya, Kang Emil meminta masyarakat yang tidak paham tentang prosesnya jangan memberikan komentar provokasi. Dia menyarankan warga untuk bertanya, agar memahami prosesnya. "Sejauh ini, tidak ada dampak medis yang dirasakan pasca disuntik penyuntikan vaksin," tandas Kang Emil.
Diketahui, selain vaksin Sinovac , terdapat beberapa kandidat vaksin COVID-19 yang akan digunakan di Indonesia, di antaranya vaksin Merah Putih yang dikembangkan oleh Kementerian Riset dan Teknologi Badan Riset dan Inovasi Nasional serta Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, vaksin G42 dari Uni Emirat Arab, dan vaksin Genexine dari Korea Selatan.
(don)