Kisah Pertarungan Sengit Santri Tebu Ireng Melawan Dukun Sakti Kebo Ireng
loading...
A
A
A
Namun Hasyim yang terkenal anti kekerasan itu melarang keras anak buahnya membalas provokasi tersebut. Bahkan kepada anak buahnya Hasyim selalu menyarankan agar selalu bersikap sopan terhadap semua orang, terutama masyarakat luar.
Beberapa kali santri padepokan di provokasi oleh anak buah Wiro saat belanja di Pasar Cukir, hingga diajak berkelahi, tapi para santri tidak pernah terpancing. Sikap para santri semakin menarik simpati masyarakat dan membuat Wiro kian berang. Sehingga Wiro terus mengganggu padepokan dengan berbagai cara licik.
Sikap licik Wiro yang terus menggangu padepokan lewat provokasi, akhirnya membuat Kiai Sakiban mengambil langkah untuk segera mengakhiri kekuasaan Wiro dan menyalamatkan warga dari kemaksiatan Kebo Ireng.
Kiai Sakiban mengambali keputusan untuk menantang Wiro bertarung secara jantan dengan santri padepokan, karena Kiai Sakiban yakin santri padepokan mampu mengalahkan Wiro.
Sebelum menjalankan rencananya, Kiai Sakiban terlebih dulu mengutarakan maksudnya kepada KH Hasyim. Meski awalnya sempat menolak rencana Kiai Sakiban karena dinilai membahayakan.
Namun atas dukungan para santri yang bermaksud ingin menyelamatkan warga dari Kebo Ireng pimpinan Wiro, KH Hasyim akhirnya menyetujui rencana tersebut.
Keputusan mengundang Wiro uji tanding sengaja diambil untuk menghindari hukum Belanda saat itu. Karena jika pertarungan dilakukan di luar padepokan, Belanda akan menangkap para santri serta menutup padepokan dengan tuduhan penyerangan.
Dan diutuslah dua santri oleh Kiai Sakiban untuk menemui Wiro. Setelah menemui Wiro di warung kopi Pasar Cukir tempat dirinya biasa duduk mengawasi anak buahnya, dua Santri utusan Kiai Sakiban langsung mengutarakan maksudnya.
"Kami menyampaikan salam dari Kiai Sakiban untuk kang Wiro," ujar salah satu santri. Mendengar itu, Wiro hanya menanggapi sinis." Ada apa Kiai Sakiban menyampaikan salam kepadaku," jawabnya sinis.
Kemudian salah satu santri kembali menyampaikan maksudnya." Kiai Sakiban minta kang Wiro beserta anak buahnya tidak menggangu padepokan kami. Kalau memang bersedia sebaiknya diadakan tanding terbuka saja, jangan mengganggu dengan cara pengecut seperti perempuan," sebut Santri itu.
Beberapa kali santri padepokan di provokasi oleh anak buah Wiro saat belanja di Pasar Cukir, hingga diajak berkelahi, tapi para santri tidak pernah terpancing. Sikap para santri semakin menarik simpati masyarakat dan membuat Wiro kian berang. Sehingga Wiro terus mengganggu padepokan dengan berbagai cara licik.
Sikap licik Wiro yang terus menggangu padepokan lewat provokasi, akhirnya membuat Kiai Sakiban mengambil langkah untuk segera mengakhiri kekuasaan Wiro dan menyalamatkan warga dari kemaksiatan Kebo Ireng.
Kiai Sakiban mengambali keputusan untuk menantang Wiro bertarung secara jantan dengan santri padepokan, karena Kiai Sakiban yakin santri padepokan mampu mengalahkan Wiro.
Sebelum menjalankan rencananya, Kiai Sakiban terlebih dulu mengutarakan maksudnya kepada KH Hasyim. Meski awalnya sempat menolak rencana Kiai Sakiban karena dinilai membahayakan.
Namun atas dukungan para santri yang bermaksud ingin menyelamatkan warga dari Kebo Ireng pimpinan Wiro, KH Hasyim akhirnya menyetujui rencana tersebut.
Keputusan mengundang Wiro uji tanding sengaja diambil untuk menghindari hukum Belanda saat itu. Karena jika pertarungan dilakukan di luar padepokan, Belanda akan menangkap para santri serta menutup padepokan dengan tuduhan penyerangan.
Dan diutuslah dua santri oleh Kiai Sakiban untuk menemui Wiro. Setelah menemui Wiro di warung kopi Pasar Cukir tempat dirinya biasa duduk mengawasi anak buahnya, dua Santri utusan Kiai Sakiban langsung mengutarakan maksudnya.
"Kami menyampaikan salam dari Kiai Sakiban untuk kang Wiro," ujar salah satu santri. Mendengar itu, Wiro hanya menanggapi sinis." Ada apa Kiai Sakiban menyampaikan salam kepadaku," jawabnya sinis.
Kemudian salah satu santri kembali menyampaikan maksudnya." Kiai Sakiban minta kang Wiro beserta anak buahnya tidak menggangu padepokan kami. Kalau memang bersedia sebaiknya diadakan tanding terbuka saja, jangan mengganggu dengan cara pengecut seperti perempuan," sebut Santri itu.