Dominasi Sepeda Masih Terjal

Sabtu, 26 September 2020 - 07:01 WIB
loading...
Dominasi Sepeda Masih Terjal
Sejumlah anak muda bersepeda di sudut-sudut Kota Surabaya, Jawa Timur. Sejak musim pandemi Covid-19 gairah bersepeda di banyak kalangan masyarakat kian meningkat. Foto/Koran SINDO/Aan Haryono
A A A
SURABAYA - Kebiasaan warga yang kini banyak bersepeda di tengah pandemi Covid-19 mengubah lanskap transportasi di Indonesia. Bersepeda pun tak hanya menjadi hobi, tapi juga gaya hidup yang dapat bonus sehat dan mengurai kemacetan kota.

Bicycle bicycle bicycle; I want to ride my bicycle bicycle bicycle; I want to ride my bicycle; I want to ride my bike; I want to ride my bicycle; I want to ride it where I like...sepenggal lirik lagu Bicycle Race yang dibawakan grup band legendaris Inggris Queen merayap di permukaan jalanan kota. (Baca: Jaksa Agung Klaim Rombak dan Proses Pidana Oknum Jaksa Nakal)

Sebuah lagu rock dalam album "A Night At The Opera" yang mempunyai struktur chord aneh dan susah dimainkan dengan gitar, namun sebetulnya kaya harmonisasi ini memiliki andil besar dalam kampanye bersepeda di beberapa negara. Freddie Mercury, sang vokalis, menulis lagu Bicycle ini tepatnya di Prancis, ketika event Tour de France sedang berlangsung. Freddie tertarik membuat lagu Bicycle setelah mencoba menunggangi salah satu sepeda balap. Ada banyak misteri dan harapan ketika seseorang naik sepeda.

Berada di jalanan dengan menunggangi sepeda sejenak melupakan Covid-19. Napas yang melaju cepat dan detak jantung mengikuti irama ritmik di sepanjang mengayuh sepeda. Tak hanya kegembiraan, ancaman di jalan juga harus bisa dihindari.

Wahyu Triatmojo sudah keluar dari rumahnya pukul 06.00 WIB dengan sepeda MTB berwarna merah. Jalanan masih sepi ketika roda sepedanya melibas aspal. Sebuah helm berwarna hitam sudah menempel erat di kepala yang dipadu baju sepeda balap berwarna hijau dan celana hitam.

Dominasi Sepeda Masih Terjal


Di punggungnya, Wahyu mengikat sebuah tas yang berisi baju kerja dan sepatu. “Sudah tak lagi pakai sepeda motor atau mobil ketika ke tempat kerja,” kata Wahyu, Jumat (25/9/2020).

Sekali perjalanan, Wahyu harus melibas 15 kilometer ke tempat kerjanya yang berada di Jalan Jimerto, Surabaya. Waktu 30-40 menit pun biasanya ditempuh dengan kecepatan rendah sambil menikmati udara pagi dan suasana kota yang sempurna sebagai lajur sepedanya. (Baca juga: Pentingnya Mengajarkan Adab Makan kepada Anak)

“Bisa irit juga sih, pengeluaran tak lagi banyak. Sekalian juga menjaga imunitas tubuh selama pandemi Covid-19,” ungkapnya.

Jalanan dari Sidarjo menuju Surabaya sudah ramai dengan sepeda yang menjejali jalur paling kiri jalan utama. Selepas subuh, ketika fajar belum benar-benar menampakkan diri mereka sudah beredar.

Langit-langit Surabaya masih berwarna jingga ketika para pesepeda ini menempuh perjalanan dengan riang. Tak lagi menungu akhir pekan, setiap hari sepeda-sepada itu memenuhi jalanan kota tanpa ada henti. Baik pagi mauppun malam hari juga menjadi waktu favorit warga untuk mengayuh sepeda.

“Kalau pulang kerja biasanya selepas pukul 18.00 WIB, kalau sore macetnya parah. Lebih baik pulang agak malam, lebih santai dan aman,” ucapnya.

Maraknya para pesepeda di berbagai kota besar memunculkan efek domino adanya keselamatan yang harus dijaga. Jalan khusus sepeda serta rambu-rambu yang bisa memastikan para pesepeda tetap aman di jalanan yang ramai kendaraan bermotor. (Baca juga: 5 Tips Jaga Daya Tahan Tubuh saat Banjir)

Film Premium Rush besutan David Koepp yang mengambarkan kehidupan bersepeda di New York menjadi secuil kisah. Kota maju yang padat kendaraan dan kemacetan di mana-mana harus bisa menata kotanya dengan baik.

Jalanan Kota New York bagi Gordon-Levitt yang berperan sebagai Wilee, seorang pria yang bekerja sebagai kurir yang memakai sepeda, begitu menakutkan. Kendaraan bermotor melaju cepat dan tak peduli dengan aturan. Pesepeda sendiri kerap terancam dengan kendaraan bermotor yang tak memberikan kesempatan untuk sepeda melaju.

Pada masa pandemi Covid-19, warga Kota Pahlawan dan sekitarnya juga memiliki kebiasaan baru dengan bersepeda saat malam hari. Mereka membanjiri jalanan di kota dan memakan sampai separuh jalan. Butuh kewaspadaan lebih untuk bersepeda pada malam hari.

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Surabaya Irvan Wahyudrajat menuturkan, untuk menertibkan dan melindungi para pesepeda dari kendaraan bermotor, pihaknya telah menambah lebar lajur khusus pop up bike lane. Penambahan lajur khusus sepeda ini disiapkan di sepanjang Jalan Tunjungan menuju ke jantung Kota Pahlawan.

“Kita koordinasi dengan Satlantas Polrestabes Surabaya di Jalan Tunjungan. Sedangkan Minggu pagi, disiapkan di Jalan Raya Darmo,” kata Irvan.

Ia melanjutkan, penambahan lebar lajur khusus sepeda ini disiapkan agar pesepeda bisa lebih tertib dan aman saat berkendara. Sebab, melihat fenomena saat ini, bersepeda pada Sabtu malam dan Minggu pagi menjadi gaya hidup baru di Kota Surabaya. (Baca juga: Penjelasan BMKG Mengenai Hujan Es)

“Biasanya Sabtu malam dan Minggu pagi ini volume bersepeda meningkat. Nah, supaya mereka aman, kita buat traffic cone agar mereka terlindungi dan terpisah dari kendaraan bermotor,” ucapnya.

Meski sebelumnya lajur khusus sepeda ini telah disediakan, namun volume pesepeda meningkat saat Sabtu malam dan Minggu pagi. Makanya, Dishub bersama Polrestabes Surabaya menambah lebar lajur khusus bersepeda ini khusus Sabtu malam di sepanjang Jalan Raya Tunjungan dan Minggu pagi di Jalan Raya Darmo.

Berdasarkan data Dishub Surabaya, sebelumnya lajur khusus sepeda ini telah dibuat dengan panjang ruas jalan mencapai 15.029 meter. Meliputi, Jalan Darmo (Masjid Al Falah - Pandegiling), Utara-Selatan dengan panjang ruas 4.080 meter, Jalan Basuki Rahmat dua sisi 1.100 meter, Jalan Gubernur Suryo dua sisi 450 meter, Jalan Panglima Sudirman dua sisi 1.000 meter, Jalan Yos Sudarso dua sisi 409 meter, Jalan Pemuda dua sisi 465 meter, Jalan Gubeng (Sulawesi Taman Lansia) dua sisi 678 meter, Jalan Walikota Mustajab 303 meter, Jalan Wijaya Kusuma 330 meter dan frontage A Yani Sisi Barat 4.240 meter.

Bahkan, lajur sepeda ini sebelumnya juga telah disiapkan di Jalan Sumatera 518 meter, Jalan Sulawesi dua sisi 458 meter, flyover Gubeng Pojok 130 meter, Jalan Prof Dr Moestopo 280 meter, serta Jalan Dr Soetomo sisi selatan 588 meter. (Baca juga: Ini yang Akan Terjadi Jika Suatu Negara Masuk Jurang Resesi)

Sayangnya, ada beberapa pesepeda yang diketahui masih belum disiplin menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker. Bagi mereka yang tidak memakai masker, petugas Satpol PP Surabaya memberikan sanksi.

“Hasil evaluasi beberapa tidak memakai masker, dari Satpol PP kita berikan punishment ada yang push-up. Karena ditambah lajurnya sehingga mereka lebih luas (tertib), jadi jaga jarak, kanan kirinya lebih lebar,” jelasnya.

Dishub juga menyediakan layanan bike sharing gowes sebagai alternatif sarana transportasi jarak pendek. Layanan berbasis aplikasi itu diharapkan semakin mendorong minat warga untuk memakai sepeda. Termasuk juga untuk menciptakan iklim lingkungan yang sehat.

Irvan membeberkan, pada tahap awal, pihaknya bakal menyediakan sebanyak 100 unit sepeda angin. “Layanan bike sharing beroperasi mulai pukul 06.00 hingga pukul 20.00 WIB,” kata Irvan.

Irvan melanjutkan, layanan bike sharing gowes ini berupa sepeda angin dan bukan sepeda listrik. Sarana sepeda juga dilengkapi dengan alat pelacak (GPS) serta menggunakan scan QR code untuk membuka gembok sepeda. Namun, sepeda ini juga dilengkapi dengan kunci manual setelah selesai pemakaian. “Sepeda menggunakan ban mati dan terdapat keranjang untuk tempat barang,” ucapnya. (Baca juga: Viral, Tentara China Menangis di Perbatasan India dan Jadi Bahan Olok-olok)

Bahkan, katanya, Dishub Surabaya juga melengkapi dengan fasilitas lokasi parkir sepeda. Lokasinya pun berada pada beberapa titik strategis di Kota Surabaya. Di antaranya, simpul transportasi dan terintegrasi dengan angkutan umum lainnya, kantor pemerintahan, taman, gedung parkir, terminal, halte, dan fasilitas umum.

Selain itu, fasilitas lokasi parkir sepeda juga disiapkan tidak terlalu jauh dengan halte bus serta tidak menghalangi lalu lintas pejalan kaki dan pengguna trotoar lainnya. Bahkan, lokasinya juga berada di rute jalur sepeda di Kota Pahlawan.

Bagi masyarakat yang ingin menggunakan layanan ini, wajib mengikuti beberapa ketentuan yang ditetapkan. Pertama, penggunaan dan pengembalian sepeda harus berada di lokasi parkir sepeda yang telah ditentukan. Kedua, penyewaan sepeda berbasis aplikasi dengan menggunakan scan QR code untuk membuka gembok sepeda. “Ketiga, pengguna harus memiliki saldo awal minimal Rp50.000 pada aplikasi gowes,” jelasnya.

Untuk tahap awal, Dishub menyiapkan 25 lokasi parkir sepeda yang tersebar di beberapa titik Kota Surabaya. Yakni, Jl Tunjungan dekat Halte Siola, Gedung Parkir Genteng Kali, Jl Wijaya Kusuma, Jl Jimerto, Depan Taman Surya, Depan Grahadi atau Balai Pemuda, Jl Basuki Rahmat dekat Halte Tunjungan Plaza, akses samping KFC basuki Rahmat, Jl Basuki Rahmat dekat Halte Basuki Rahmat (Hotel Bumi), Taman Bungkul, Terminal Intermoda Joyoboyo (TIJ), serta depan Kebun Binatang Surabaya (KBS). (Lihat videonya: Fenomena Hujan Deras Disertai Butiran Es Landa Cimahi)

Di samping itu, terdapat pula di Taman Bambu Runcing Sisi Timur, depan Delta Plaza, dekat Halte Dukuh Menanggal, dekat Halte Graha Pena, dekat Halte Royal Plaza, Jl Mayjend Sungkono dekat Halte Vida, Gedung Park & Ride Mayjend Sungkono, Jl Mayjend Jonosewojo dekat Perkantoran/Ruko, Tempat Parkir Adityawarman, Jl Gubeng dekat Taman Lansia, Jl Sulawesi dekat Taman Persahabatan, Tempat Parkir Lapangan Hoki dan depan Stasiun Gubeng Lama. (Aan Haryono)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1423 seconds (0.1#10.140)