Berharap Bantuan, Puluhan Rumah Mewah di Pekalongan Ditempel Stiker Miskin

Selasa, 05 Mei 2020 - 09:51 WIB
loading...
Berharap Bantuan, Puluhan Rumah Mewah di Pekalongan Ditempel Stiker Miskin
Salah satu rumah mewah yang ditempel stiker warga miskin agar dapat bantuan pemerintah di Kabupaten Pekalongan. FOTO/iNews TV/Suryono Sukarno
A A A
PEKALONGAN - Puluhan rumah yang masuk kategori mewah dan bagus di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah ditempel stiker bertuliskan warga miskin. Mereka tetap menjadi bagian dari penerima program keluarga harapan ( PKH ) dan bantuan pemerintah non tunai ( BPNT ).

Sebagian pemilik rumah mengaku malu dan meminta mundur dari program bantuan untuk warga miskin tersebut. Namun, banyak juga yang tetap tidak peduli.

Rumah- rumah mewah dan bagus itu terlihat masih baru lengkap dengan tanaman hias, serta berbagai perabot mahal yang tidak sepatutnya dikategorikan miskin. Stiker yang ditempel pada rumah-rumah di Desa Ketintang Lor, Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan itu bertuliskan “ Demi Allah, Kami Warga Miskin Penerima PKH – BPNT ”. (Baca juga: Sembuh, Seorang Pasien Positif COVID-19 di Wajo Diperbolehkan Pulang)

Ada puluhan rumah dengan kondisi bagus bahkan mewah yang tetap menerima bantuan sebagai warga program keluaga harapan dan bantuan pemerintah non tunai . Mereka setiap bulan selalu menerima bantuan paket sembako untuk warga miskin.

“Di desa ini ada 74 rumah keluarga penerima PKH dan BPNT, namun sebagian ternyata kondisi rumah sudah tidak sesuai lagi dalam kategori miskin. Pihak desa sengaja menempel tulisan besar ini setelah sebelumnya rembug warga dan disepakati seluruh warga,” jelas Nur Hendriyanto Kadus 1, Desa Ketintang Lor, Selasa (5/5).

Tujuan penempelan agar keluarga yang sebetulnya mampu menjadi malu dan bersedia mengembalikan bantuan. “ Dengan ditempel seperti itu, harapannya bantuan benar -benar sampai pada warga miskin yang berhak menerima,” ujarnya.

Peraturan desa ini guna mengantisipasi salah sasaran dalam penyaluran bantuan sosial. “ Untuk warga yang sebenarnya kaya namun nekat menerima, maka akan dilakukan pendekatan serta diminta mundur,” jelasnya.

Sejumlah warga tetap memasang dan tidak mencopotnya bahkan penghuni cenderung cuek saja di lebeli sebagai warga miskin. Namun ada pula yang merasa malu dan siap mengembalikan, karena sudah sebagai warga yang mampu.

“Saya sudah sejak tahun 2015 menerima bantuan sosial ini, karena waktu itu memang kondisi ekonomi benar- benar terpuruk. Namun saat ini kami sudah lumayan bagus, sehingga ketika ditempel sebagai warga miskin saya rasanya malu dan ingin mengembalikan,” ungkap Murdiyanti, salah satu pemilik rumah penerima PKH dan BNPT.

Warga yang kondisinya sudah mampu ini jumlahnya sekitar 10% di setiap desa di seluruh Kabupaten Pekalongan. “ Setiap desa ada sekitar 10% yang tidak tepat sasaran, karena kurang update data. Mereka seharusnya sudah tidak berhak menerima dana PKH dan BPNT serta harus segera dikeluarkan dari daftar warga miskin, dengan intervensi desa juga dari Dinas Sosial,” jelas Purwo Aji, koordinator petugas TKSK Kabupaten Pekalongan.

Dari data yang ada, jumlah penerima bantuan PKH dan BNPT ada lebih dari 36.000 KK di Kabupaten Pekalongan. Pendataan dilakukan sejak beberapa tahun dan update data belum seluruhnya dilakukan sehingga ada yang terlihat salah sasaran.
(nbs)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3088 seconds (0.1#10.140)