Apel Putsa Tumbuh Subur di Nimbokrang Jayapura
loading...
A
A
A
JAYAPURA - Pohon apel biasanya hanya mampu tumbuh subur dan berbuah di wilayah dataran tinggi, atau daerah dengan suhu yang cukup dingin. Di Indonesia, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur adalah salah satu penghasil apel yang sangat terkenal di nusantara, Kamis (17/9/2020).
Lalu, bagaimana dengan wilayah dataran rendah atau dengan suhu relatif panas, seperti di wilayah Papua , khususnya di Kabupaten Jayapura, apakah pohon apel bisa tumbuh dan berbuah? (BACA JUGA: Manisnya Mangga Agrimania asal Indramayu Tembus Eropa dan Timur Tengah )
Ya, jawabannya bisa, bahkan sangat subur dengan buah yang menjuntai di beberapa lokasi tanam warga. SINDOnewsmencoba menguak buah apel yang bisa tumbuh dan berbuah manis di Kabupaten Jayapura, khusunya di Kampung Nimbokrang. (BACA JUGA: Kendari Rusuh, Ratusan Massa Mengamuk dan Rusak Sejumlah Tempat )
Petani yang ditemui adalah Bapak Sugiono, Kamis (17/9/2020). Petani binaan Babinkamtibmas Kampung Nimbokrang Brigpol Yoyong Kuncoro ini berhasil menanam pohon apel di lahan garapannya. Usia tanam baru mencapai 2 bulan namun buah apel ini suangguh banyak. (BACA JUGA: Rentetan Pembunuhan Sadis, Bupati Intan Jaya Kecam Aksi Brutal KKSB )
Apel ini diberi nama apel Putsa atau sering disebut apel Indiayang memiliki nama latin Ziziphus Maritiana Lam. Jika diperhatikan, pohon apel jenis ini nampak tidak seperti pohon apel kebanyakan. Namun lebih mirip pohon Bidara. Nampak dari daunnya, hanya berbeda pohon apel ini tidak memiliki duri layaknya bidara yang banyak duri dibagian ranting.
Benar saja, Sugiono mengaku jika apel Putsa adalah hasil perkawinan silang antara pohon apel dengan pohon Bidara sehingga bisa ditanami dan subur didaerah panas. Beberapa artikel terkait Putsa, menyebut apel ini adalah apel asli India yang dibudidayakan sejak 2006 silam di Indonesia.
Di daerah asalnya, India, pohon apel ini mampu hidup meski hanya menyisakan seutas akar. Sugiono mengaku, bibit apel Putsa yang ditanamnya dibeli dari seorang distributor bibit di Arso 4 Kabupaten Keerom. Dibeli dalam kondisi bibit sudah siap tanam.
"Ini Apel kawin silang. Ya mirip Bidara, namun berbuah sangat manis dan gurih. Saya belinya dari rekan di Arso 4. Bibit sudah dalam polybek dan siap tanam," kata Sugiono.
Terkait perawatan, diakuinya apel Putsa tidak terlalu butuh perawtaan ekstra. Hanya dilakukan pemupukan organik dan penyemprotan buah saat berbuah.
"Kendala utama apel ini adalah serangan lalat buah. Jadi kalau sudah buah baru dilakukan penyompratan. Memang ada pupuk-pupuk yang diberikan selain pupuk organik. Semisal KCL (Kalium Clorida), KNO (Kalium Nitrogen) termasuk TSP (Triple Super Phospat) dan NPK (Nitrogen, Phospat, Kalium) itu biasa kita gunakan, itupun tidak harus rutin," ujar dia.
Menurut Sugiono, apel Putsa bisa menjadi salah satu terobosan unggul Agrowisata Kampung Nimbokrang bila serius dibudidayakan oleh warga, selain bauh-buahan lain dan tanaman holtikultura lain.
"Apel ini bagus dibudidaya, progresnya bagus saya rasa untuk Nimbokrang. Ini bisa jadi buah unggulan selain jeruk Nimbokrang," tutur Sugiono.
Dia mengungkapkan, untuk usia panen, pohon apel Putsa tergolong cepat. Usia tanam 6 (enam) bulan pohon telah mampu berbuah dan beberapa bahkan bisa dipanen. Pemberian pupuk buah berpengaruh pada besaran buah apel, dari standar sekitar diameter telur ayam kampung mampu hingga seukuran apel malang.
"Saya ini tanam sudah 8 (delapan) bulan usinya. Tinggi sekitar 1.5 meter, ini diusia 6 (enam) bulan kemarin sudah panen. Dan pemberian pupuk cukup berpengaruh pada besaran buah dan rasa buah. Tanaman ini bisa ditanami dengan media tanam kecil, seperti pot," ungkap dia.
Sugiono berharap bantuan pemerintah Kabupaten Jayapura terkait pemasaran hasil panen warga, karena diakui hingga saat ini penjualan hasil panen masih berkisar di warga Nimbokrang dan sekitarnya, meski kadang panen melimpah namun akibat mahalnya biaya distribusi hingga penjualan tidak sampai ke Kota.
Dia juga meminta bantuan pengairan untuk pertanian warga. Pasalnya di Nimbokrang pertanian hanya mengandalkan tadah hujan. "Kendala kami itu, pemasaran dan pengairan. Ya harapan kami pemerintah bisa turut memikirkan ini," ungkap dia.
Babinkamtibmas Kampung Nimbokrang Brigpol Yoyong Kuncoro meminta bantuan pemerintah untuk pembuatan embung (tampungan air) di sekitar lokasi tanam warga.
"Kalau ada embung maka akan lebih bagus lagi. Jadi pengairan tidak tergantung pada air hujan saja. Saat tidak musim hujan pun, pertanian warga aman. Tanaman yang ada ini bisa disiram dengab air itu," kata Brigpol Yoyong.
Dia mengemukakan, geliat pertanian warga di Nimbokrang mulai nampak beberapa tahun terkahir. Hal ini tentu menjadi angin segar bangkitnya Nimbokrang sebagai kampung lumbung pangan. Konsep agro wisata menjadi agenda yang harus terus diperjuangkan semua pihak agar bisa terwujud.
"Semua harus mendukung. Termasuk pihak adat, dengan begitu keinginan kita untuk membangkitkan pertanian di kampung ini bisa terwujud. Kami dari Polsek Nimbokrang bersama Babinsa Nimboran siap mengawal pertanian semampu kami. Agro wisata Nimbokrang harus bisa terwujud," ujar dia.
Lalu, bagaimana dengan wilayah dataran rendah atau dengan suhu relatif panas, seperti di wilayah Papua , khususnya di Kabupaten Jayapura, apakah pohon apel bisa tumbuh dan berbuah? (BACA JUGA: Manisnya Mangga Agrimania asal Indramayu Tembus Eropa dan Timur Tengah )
Ya, jawabannya bisa, bahkan sangat subur dengan buah yang menjuntai di beberapa lokasi tanam warga. SINDOnewsmencoba menguak buah apel yang bisa tumbuh dan berbuah manis di Kabupaten Jayapura, khusunya di Kampung Nimbokrang. (BACA JUGA: Kendari Rusuh, Ratusan Massa Mengamuk dan Rusak Sejumlah Tempat )
Petani yang ditemui adalah Bapak Sugiono, Kamis (17/9/2020). Petani binaan Babinkamtibmas Kampung Nimbokrang Brigpol Yoyong Kuncoro ini berhasil menanam pohon apel di lahan garapannya. Usia tanam baru mencapai 2 bulan namun buah apel ini suangguh banyak. (BACA JUGA: Rentetan Pembunuhan Sadis, Bupati Intan Jaya Kecam Aksi Brutal KKSB )
Apel ini diberi nama apel Putsa atau sering disebut apel Indiayang memiliki nama latin Ziziphus Maritiana Lam. Jika diperhatikan, pohon apel jenis ini nampak tidak seperti pohon apel kebanyakan. Namun lebih mirip pohon Bidara. Nampak dari daunnya, hanya berbeda pohon apel ini tidak memiliki duri layaknya bidara yang banyak duri dibagian ranting.
Benar saja, Sugiono mengaku jika apel Putsa adalah hasil perkawinan silang antara pohon apel dengan pohon Bidara sehingga bisa ditanami dan subur didaerah panas. Beberapa artikel terkait Putsa, menyebut apel ini adalah apel asli India yang dibudidayakan sejak 2006 silam di Indonesia.
Di daerah asalnya, India, pohon apel ini mampu hidup meski hanya menyisakan seutas akar. Sugiono mengaku, bibit apel Putsa yang ditanamnya dibeli dari seorang distributor bibit di Arso 4 Kabupaten Keerom. Dibeli dalam kondisi bibit sudah siap tanam.
"Ini Apel kawin silang. Ya mirip Bidara, namun berbuah sangat manis dan gurih. Saya belinya dari rekan di Arso 4. Bibit sudah dalam polybek dan siap tanam," kata Sugiono.
Terkait perawatan, diakuinya apel Putsa tidak terlalu butuh perawtaan ekstra. Hanya dilakukan pemupukan organik dan penyemprotan buah saat berbuah.
"Kendala utama apel ini adalah serangan lalat buah. Jadi kalau sudah buah baru dilakukan penyompratan. Memang ada pupuk-pupuk yang diberikan selain pupuk organik. Semisal KCL (Kalium Clorida), KNO (Kalium Nitrogen) termasuk TSP (Triple Super Phospat) dan NPK (Nitrogen, Phospat, Kalium) itu biasa kita gunakan, itupun tidak harus rutin," ujar dia.
Menurut Sugiono, apel Putsa bisa menjadi salah satu terobosan unggul Agrowisata Kampung Nimbokrang bila serius dibudidayakan oleh warga, selain bauh-buahan lain dan tanaman holtikultura lain.
"Apel ini bagus dibudidaya, progresnya bagus saya rasa untuk Nimbokrang. Ini bisa jadi buah unggulan selain jeruk Nimbokrang," tutur Sugiono.
Dia mengungkapkan, untuk usia panen, pohon apel Putsa tergolong cepat. Usia tanam 6 (enam) bulan pohon telah mampu berbuah dan beberapa bahkan bisa dipanen. Pemberian pupuk buah berpengaruh pada besaran buah apel, dari standar sekitar diameter telur ayam kampung mampu hingga seukuran apel malang.
"Saya ini tanam sudah 8 (delapan) bulan usinya. Tinggi sekitar 1.5 meter, ini diusia 6 (enam) bulan kemarin sudah panen. Dan pemberian pupuk cukup berpengaruh pada besaran buah dan rasa buah. Tanaman ini bisa ditanami dengan media tanam kecil, seperti pot," ungkap dia.
Sugiono berharap bantuan pemerintah Kabupaten Jayapura terkait pemasaran hasil panen warga, karena diakui hingga saat ini penjualan hasil panen masih berkisar di warga Nimbokrang dan sekitarnya, meski kadang panen melimpah namun akibat mahalnya biaya distribusi hingga penjualan tidak sampai ke Kota.
Dia juga meminta bantuan pengairan untuk pertanian warga. Pasalnya di Nimbokrang pertanian hanya mengandalkan tadah hujan. "Kendala kami itu, pemasaran dan pengairan. Ya harapan kami pemerintah bisa turut memikirkan ini," ungkap dia.
Babinkamtibmas Kampung Nimbokrang Brigpol Yoyong Kuncoro meminta bantuan pemerintah untuk pembuatan embung (tampungan air) di sekitar lokasi tanam warga.
"Kalau ada embung maka akan lebih bagus lagi. Jadi pengairan tidak tergantung pada air hujan saja. Saat tidak musim hujan pun, pertanian warga aman. Tanaman yang ada ini bisa disiram dengab air itu," kata Brigpol Yoyong.
Dia mengemukakan, geliat pertanian warga di Nimbokrang mulai nampak beberapa tahun terkahir. Hal ini tentu menjadi angin segar bangkitnya Nimbokrang sebagai kampung lumbung pangan. Konsep agro wisata menjadi agenda yang harus terus diperjuangkan semua pihak agar bisa terwujud.
"Semua harus mendukung. Termasuk pihak adat, dengan begitu keinginan kita untuk membangkitkan pertanian di kampung ini bisa terwujud. Kami dari Polsek Nimbokrang bersama Babinsa Nimboran siap mengawal pertanian semampu kami. Agro wisata Nimbokrang harus bisa terwujud," ujar dia.
(awd)