Kisah Sukses Lilis Bangun Usaha Ternak Cacing, Kini Beromset 100 Juta Per Bulan
loading...
A
A
A
Selama bertahun-tahun menjalankan usaha, Lilis melakukan pengeringan menggunakan oven berukuran sedang, yang membuat proses pengerjaan menjadi memakan banyak waktu dan berdampak pada kualitas yang dihasilkan.
Ia pun mengajukan pembiayaan ke lembaga keuangan terdekat di desa. Akan tetapi ia tidak puas karena modal yang diterima tidak utuh. Ia harus menanggung potongan biaya administrasi yang lumayan besar.
Pada 2023, Lilis diajak oleh tetangganya untuk bergabung dengan Amartha, sebuah perusahaan teknologi keuangan yang fokus menyalurkan akses permodalan kepada UMKM di Indonesia. Modal senilai Rp4 juta yang didapatkan tanpa potongan itu dimanfaatkan untuk membeli oven berkapasitas besar. Dengan begitu, kuantitas produksi Lilis meningkat dan ia perlu merekrut dua karyawan tambahan guna memenuhi permintaan pelanggannya. Sekarang ia memiliki empat karyawan.
Begitu cacing kering sempurna, cacing dipisahkan berdasarkan ukuran. Cacing berukuran kecil atau jenis lumbricus rubellus dikirim ke pabrik farmasi. Per kilogram dihargai Rp200.000.
Sayangnya setelah pengiriman, Lilis tidak bisa langsung mendapatkan pembayaran. Ia perlu menunggu 1-2 minggu sampai pembayaran cacingnya cair karena pabrik perlu memeriksa kualitas cacing yang dikirimkan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri baginya.
Sementara cacing berukuran besar atau jenis perionyx excavates diolah menjadi bubuk cacing. Sebagian bubuk cacing dikirim ke produsen jamu di Jawa Tengah dan sebagian lainnya dijual di e-commerce . Satu kilogram bubuk cacing dihargai Rp250.000.
Sejak mendapatkan permodalan dari Amartha, Lilis juga mendapatkan pendampingan bisnis dan pelatihan keuangan digital dari tim Business Partner. Berkat pendampingan dan pelatihan, Lilis menjadi lebih percaya diri dalam menggunakan ponsel pintar sebagai sarana mengembangkan usaha dengan memanfaatkan e-commerce untuk menjangkau pembeli yang lebih luas.
“Ibu juga jualan di online buat yang bubuk cacing. Kalau online yang beli dari mana-mana. Pernah kirim ke Jawa Tengah. Ke Flores juga pernah. Ada yang pesan sekilo pun tetap Ibu layanin,” tuturnya.
Tahun ini adalah tahun ketiga Lilis menjadi pengusaha UMKM binaan Amartha. Ia bercita-cita memperdalam pengetahuannya di bidang teknologi digital agar usahanya dapat berkembang dan bisa memberdayakan lebih banyak masyarakat di sekitar tempat tinggalnya.
Ia pun mengajukan pembiayaan ke lembaga keuangan terdekat di desa. Akan tetapi ia tidak puas karena modal yang diterima tidak utuh. Ia harus menanggung potongan biaya administrasi yang lumayan besar.
Pada 2023, Lilis diajak oleh tetangganya untuk bergabung dengan Amartha, sebuah perusahaan teknologi keuangan yang fokus menyalurkan akses permodalan kepada UMKM di Indonesia. Modal senilai Rp4 juta yang didapatkan tanpa potongan itu dimanfaatkan untuk membeli oven berkapasitas besar. Dengan begitu, kuantitas produksi Lilis meningkat dan ia perlu merekrut dua karyawan tambahan guna memenuhi permintaan pelanggannya. Sekarang ia memiliki empat karyawan.
Begitu cacing kering sempurna, cacing dipisahkan berdasarkan ukuran. Cacing berukuran kecil atau jenis lumbricus rubellus dikirim ke pabrik farmasi. Per kilogram dihargai Rp200.000.
Sayangnya setelah pengiriman, Lilis tidak bisa langsung mendapatkan pembayaran. Ia perlu menunggu 1-2 minggu sampai pembayaran cacingnya cair karena pabrik perlu memeriksa kualitas cacing yang dikirimkan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri baginya.
Sementara cacing berukuran besar atau jenis perionyx excavates diolah menjadi bubuk cacing. Sebagian bubuk cacing dikirim ke produsen jamu di Jawa Tengah dan sebagian lainnya dijual di e-commerce . Satu kilogram bubuk cacing dihargai Rp250.000.
Sejak mendapatkan permodalan dari Amartha, Lilis juga mendapatkan pendampingan bisnis dan pelatihan keuangan digital dari tim Business Partner. Berkat pendampingan dan pelatihan, Lilis menjadi lebih percaya diri dalam menggunakan ponsel pintar sebagai sarana mengembangkan usaha dengan memanfaatkan e-commerce untuk menjangkau pembeli yang lebih luas.
“Ibu juga jualan di online buat yang bubuk cacing. Kalau online yang beli dari mana-mana. Pernah kirim ke Jawa Tengah. Ke Flores juga pernah. Ada yang pesan sekilo pun tetap Ibu layanin,” tuturnya.
Tahun ini adalah tahun ketiga Lilis menjadi pengusaha UMKM binaan Amartha. Ia bercita-cita memperdalam pengetahuannya di bidang teknologi digital agar usahanya dapat berkembang dan bisa memberdayakan lebih banyak masyarakat di sekitar tempat tinggalnya.
(poe)
Lihat Juga :