Kisah Sukses Lilis Bangun Usaha Ternak Cacing, Kini Beromset 100 Juta Per Bulan

Jum'at, 21 Maret 2025 - 17:20 WIB
loading...
Kisah Sukses Lilis Bangun...
Lilis Suhartini bersama Hendi Rustandi berhasil melakukan budi daya cacing dan kini beromset Rp100 juta per bulan. Foto/Dok. SindoNews
A A A
BANDUNG - Senyum Lilis Suhartini merekah dan matanya yang berbinar. Lilis merupakan perempuan tangguh asal Pangalengan, Kabupaten Bandung, yang menjalankan usaha budi daya cacing dan pemasok bubuk cacing.

Setiap pagi, perempuan berusia 36 tahun ini memulai hari dengan memanen cacing yang dikembangbiakkan ladang yang ada di halaman belakang rumahnya. Lahan yang ia miliki memang tidak luas, tetapi cukup untuk menghidupi keluarga, bahkan menghasilkan omset mencapai Rp100 juta rupiah setiap bulan. ”Usaha ini menjanjikan. Ibu punya rumah sama kendaraan juga hasil dari sini,” katanya.

Beruntung Lilis tinggal di Desa Margamekar yang dikelilingi perbukitan dan pegunungan dengan udara sejuk dan tanah kaya unsur hara. Di mana mayoritas masyarakatnya secara tidak langsung membentuk ekosistem yang saling mendukung dari kegiatan bertani dan beternak.

Usaha ternak cacing yang dikelola Lilis pun menjadi bagian dari rantai alami. Cacing menjaga ekosistem dengan menyuburkan tanah sementara limbah organik dari peternakan diserap oleh cacing sebagai pakan. Siklus ini menjadikan budi daya cacing sebagai usaha yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Lilis tidak sendiri saat memanen cacing tanah. Suaminya, Hendi Rustandi, ikut membantu kedua karyawannya sekaligus melakukan pengendalian mutu sejak tahap awal. Hasil panen kemudian dibawa ke rumah produksi yang terletak hanya beberapa langkah dari ladang.

Prosedur berikutnya adalah memisahkan cacing dari tanah. Prosedur ini membutuhkan kesabaran dan ketelitian karena proses pengerjaan dilakukan dengan cara yang tradisional yaitu memilah dengan tangan.

Pertama-tama, hasil panen ditumpuk menjadi seperti gunungan kecil. Kemudian dipisahkan pakai kedua telapak tangan yang bergerak bersamaan ke arah belakang.

Di tengah proses pemilahan, Lilis bercerita mengenai alasan ia memilih dan menekuni usaha yang telah digeluti selama 13 tahun. Awalnya Lilis hanya menjual cacing hidup ke kenalannya yang bekerja di suatu pabrik farmasi. Namun, kenalannya menawarkan agar Lilis dan suami mengembangkan variasi produk seperti cacing kering dan bubuk cacing.

“Pertamanya Ibu cuma kirim cacing hidup. Terus kenalan Ibu nanyain, ‘Ibu bisa gak buat yang kering? Ibu jawab, ‘enggak bisa’ Akhirnya, Ibu ditawari ikut penyuluhan. Setelah ikut penyuluhan selama satu bulan, Ibu langsung praktik dan ternyata hasilnya bagus. Dari situ, Ibu buat produk cacing kering sama yang bubuk,” jelas ibu dari dua anak ini.

Setelah cacing dipilah dengan telaten, Lilis mencucinya di air mengalir secara berulang kali hingga benar-benar bersih. Ia selalu memastikan cacing tetap segar sebelum direbus dalam air mendidih. Kata Lilis, cacing segar merupakan kunci utama agar cacing dapat tahan lama.

Selama bertahun-tahun menjalankan usaha, Lilis melakukan pengeringan menggunakan oven berukuran sedang, yang membuat proses pengerjaan menjadi memakan banyak waktu dan berdampak pada kualitas yang dihasilkan.

Ia pun mengajukan pembiayaan ke lembaga keuangan terdekat di desa. Akan tetapi ia tidak puas karena modal yang diterima tidak utuh. Ia harus menanggung potongan biaya administrasi yang lumayan besar.

Pada 2023, Lilis diajak oleh tetangganya untuk bergabung dengan Amartha, sebuah perusahaan teknologi keuangan yang fokus menyalurkan akses permodalan kepada UMKM di Indonesia. Modal senilai Rp4 juta yang didapatkan tanpa potongan itu dimanfaatkan untuk membeli oven berkapasitas besar. Dengan begitu, kuantitas produksi Lilis meningkat dan ia perlu merekrut dua karyawan tambahan guna memenuhi permintaan pelanggannya. Sekarang ia memiliki empat karyawan.

Begitu cacing kering sempurna, cacing dipisahkan berdasarkan ukuran. Cacing berukuran kecil atau jenis lumbricus rubellus dikirim ke pabrik farmasi. Per kilogram dihargai Rp200.000.

Sayangnya setelah pengiriman, Lilis tidak bisa langsung mendapatkan pembayaran. Ia perlu menunggu 1-2 minggu sampai pembayaran cacingnya cair karena pabrik perlu memeriksa kualitas cacing yang dikirimkan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri baginya.

Sementara cacing berukuran besar atau jenis perionyx excavates diolah menjadi bubuk cacing. Sebagian bubuk cacing dikirim ke produsen jamu di Jawa Tengah dan sebagian lainnya dijual di e-commerce . Satu kilogram bubuk cacing dihargai Rp250.000.

Sejak mendapatkan permodalan dari Amartha, Lilis juga mendapatkan pendampingan bisnis dan pelatihan keuangan digital dari tim Business Partner. Berkat pendampingan dan pelatihan, Lilis menjadi lebih percaya diri dalam menggunakan ponsel pintar sebagai sarana mengembangkan usaha dengan memanfaatkan e-commerce untuk menjangkau pembeli yang lebih luas.

“Ibu juga jualan di online buat yang bubuk cacing. Kalau online yang beli dari mana-mana. Pernah kirim ke Jawa Tengah. Ke Flores juga pernah. Ada yang pesan sekilo pun tetap Ibu layanin,” tuturnya.

Tahun ini adalah tahun ketiga Lilis menjadi pengusaha UMKM binaan Amartha. Ia bercita-cita memperdalam pengetahuannya di bidang teknologi digital agar usahanya dapat berkembang dan bisa memberdayakan lebih banyak masyarakat di sekitar tempat tinggalnya.
(poe)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Kabupaten Bandung Kembali...
Kabupaten Bandung Kembali Dilanda Banjir, 4 Kecamatan Terendam dan Ratusan Warga Mengungsi
Parah! Ini Penampakan...
Parah! Ini Penampakan Sungai Citarum Lama di Oxbow Cicukang Jadi Lautan Sampah
Hendy Setiono Resmi...
Hendy Setiono Resmi Dilantik sebagai Pengurus KORMI Nasional
Sungai Citarum Meluap,...
Sungai Citarum Meluap, Ribuan Orang di 2 Kecamatan di Kabupaten Bandung Terdampak Banjir
Konflik Ojol-Opang di...
Konflik Ojol-Opang di Cileunyi, Pangkalan Dibakar dan Satu Penumpang Luka
Lalu Lintas ke Tempat...
Lalu Lintas ke Tempat Wisata di Bandung Mulai Padat, Polisi Siapkan Skema Rekayasa Lalin
Viral! Anak Berkebutuhan...
Viral! Anak Berkebutuhan Khusus Disuruh Makan Diduga Daging Musang
1 Petugas KPPS di Kabupaten...
1 Petugas KPPS di Kabupaten Bandung Meninggal sebelum Pencoblosan
Banjir Kepung 8 Desa...
Banjir Kepung 8 Desa di Kabupaten Bandung, 11.082 Jiwa Terdampak
Rekomendasi
Dukung Kesehatan dan...
Dukung Kesehatan dan Kecantikan Holistik, Wellness Journey Hadirkan Solusi Menyeluruh
Aneh Tapi Nyata! Gurita...
Aneh Tapi Nyata! Gurita Berdiri di Badan Hiu
Februari 2025, Bank...
Februari 2025, Bank Mandiri Salurkan KUR Rp9,01 Triliun ke 77.500 UMKM
Berita Terkini
Demo Tolak UU TNI Rusuh,...
Demo Tolak UU TNI Rusuh, Massa Bakar Gedung DPRD Malang
6 menit yang lalu
Kereta Api Sri Bilah...
Kereta Api Sri Bilah Tabrak Minibus di Asahan, Satu Keluarga Tewas
28 menit yang lalu
MNC Licensing Bareng...
MNC Licensing Bareng The Park Sawangan Hadirkan Entong Sapa Anak-anak Yatim di Depok
39 menit yang lalu
HIPAKAD Jakbar Bagi-bagi...
HIPAKAD Jakbar Bagi-bagi Ratusan Paket Sembako dan Santunan Yatim Piatu
1 jam yang lalu
TNI-Polri Evakuasi 8...
TNI-Polri Evakuasi 8 Korban Serangan KKB di Distrik Anggruk ke RSAD Marthen Indey
2 jam yang lalu
TNI Evakuasi 42 Tenaga...
TNI Evakuasi 42 Tenaga Pengajar dan Kesehatan usai Serangan KKB di Distrik Anggruk Yahukimo
2 jam yang lalu
Infografis
Biaya Minimal Hidup...
Biaya Minimal Hidup Layak di Jakarta Rp15 Juta per Bulan
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved