BNPB Berupaya Tempatkan Indonesia sebagai Pusat Solusi Kebencanaan

Selasa, 25 Februari 2020 - 08:13 WIB
BNPB Berupaya Tempatkan Indonesia sebagai Pusat Solusi Kebencanaan
BNPB Berupaya Tempatkan Indonesia sebagai Pusat Solusi Kebencanaan
A A A
JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama Expoindo Kayanna Mandiri menggelar Seminar Nasional bertajuk Penerapan Inovasi Teknologi dan Pendekatan Ekosistem dalam Penanggulangan Bencana Berbasis Kearifan Lokal. Seminar tersebut merupakan rangkaian acara Asia Disaster Management & Civil Protection Expo & Conference (ADEXCO) yang berlangsung pada 20-22 Oktober 2020 di JIExpo Kemayoran, Jakarta.

Seminar Nasional tersebut diharapkan mampu meningkatkan kesadaran dan wawasan seluruh elemen bangsa terkait pemanfaatan teknologi, dan menjaga ekosistem berbasis kearifan lokal dalam penanganan bencana. "ADEXCO sebagai pameran dan konferensi terbesar di dunia terkait kebencanaan, merupakan upaya untuk menempatkan Indonesia sebagai pusat solusi kebencanaan di kawasan Asia," ujar Ketua BNPB, Doni Monardo dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin (24/2).

Mengusung tagline "Kita Jaga Alam, Alam Jaga Kita", ADEXCO akan diikuti 300 exhibitor yang memamerkan hulu dan hilir industri kebencanaan, mulai dari Disaster Alarm & Warning System, Fire Protection Equipment, Power Device, CCTV, hingga Emergency & Rescue Equipment. Dengan berbagai agenda kegiatannya, penyelenggara pun menargetkan jumlah pengunjung potensial sebanyak 10.000.

Pada sesi konferensi, ADEXCO menyajikan 20 pembicara yang akan memaparkan kebencanaan dari berbagai perpekstif, dari sisi politik, regulasi, ekonomi, sosial, budaya, teknologi, dan juga kesehatan. Beberapa tema yang dibahas di antaranya tentang Pemulihan Ekonomi Pasca Bencana, Pengaplikasian Inovasi Teknologi Dalam Manajemen Bencana, serta topik terkait dengan Evaluasi Bencana Sebagai Bahan Analisa Risiko Bencana yang Akan Datang.

Dalam rangkaian ADEXCO juga terdapat beberapa workshop sebagai sarana para exhibitor untuk memperkenalkan produk dan inovasi dalam memberikan solusi perihal kebencanaan. Selain itu, guna meningkatkan wawasan dan kepedulian masyarakat terhadap bencana, penyelenggara juga akan menyajikan serangkaian program edukasi untuk masyarakat.

Sementara itu, berdasarkan analisis para ahli diketahui bahwa bencana yang disebabkan fenomena alam di seluruh dunia sekitar 45% terjadi di kawasan Asia. Berada di kawasan cincin api atau ring of fire, Indonesia mengoleksi 500 gunung api dengan 127 di antaranya merupakan gunung api aktif. Indonesia juga berada di titik pertemuan tiga lempeng bumi, yakni lempeng Pasifik, Eurasia, dan Indo-Australia, yang itu tidak luput dari ancaman bencana. Dengan kondisi demikian, Indonesia pun layaknya sebuah 'laboratorium' bencana di kawasan Asia.

Kelalaian manusia dalam menjaga ekosistem pun kerap menimbulkan petaka, semisal banjir dan tanah longsor yang melanda sejumlah daerah menjelang pergantian tahun 2020. Bencana yang datang silih berganti itu sejatinya dapat menjadi pembelajaran bagi Indonesia dan juga negara lainnya di Asia, terkait mitigasi dan penanganan bencana.

"Untuk mengurai problematika terkait kebencanaan tersebut bukanlah tugas pemerintah semata, melainkan juga peran serta aktif seluruh elemen masyarakat. Partisipasi aktif dari kelima unsur Pentahelix, yakni pemerintah, akademisi, industri, komunitas, dan media, pun menjadi faktor kunci terkait dengan manajemen bencana di Indonesia," tutur Doni Monardo.

Terkait perihal banjir dan longsor, dibutuhkan kesadaran masyarakat untuk mendisiplinkan diri tak membuang sampah di sembarang tempat, atau meningkatkan kesadaran masyarakat untuk turut menjaga ekosistem dan kelestarian lingkungan. Demikian juga dengan pemerintah yang diharapkan mampu mengeluarkan regulasi dan kebijakan yang berpihak pada mitigasi dan penanganan kebencanaan.
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 3.0021 seconds (0.1#10.140)