Kisah Mistis Kedung Maya Sungai Bengawan Solo yang Sering Makan Tumbal

Jum'at, 29 November 2024 - 08:38 WIB
loading...
Kisah Mistis Kedung...
Sungai Bengawan Solo yang mengalir ke wilayah 16 kabupaten dan kota di Jawa Tengah hingga Jawa Timur menyimpan banyak kisah misteri, keramat dan cerita mistis. Foto/Avirista Midaada
A A A
NGAWI - Sungai Bengawan Solo yang mengalir ke wilayah 16 kabupaten dan kota di Jawa Tengah hingga Jawa Timur menyimpan banyak kisah misteri, keramat dan cerita mistis.

Salah satu lokasi yang konon dikeramatkan dari Sungai Bengawan Solo berada di utara Ngawi. Lokasinya dinamakan Kerek. Dinamakan demikian karena apabila ada perahu datang ke situ konon dikerek atau dituntun.



Menariknya di kawasan Kerek aliran Sungai Bengawan Solo yang merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa ada kedung yang dianggap keramat.

Banyak perahu yang konon mendapat kesulitan disitu, dikarenakan berada di tikungan dan arus airnya cukup deras di kedung bernama Maya, sebagaimana dinukil dari "Bunga Rampai Sejarah Bojonegoro" dari R Soeparmo.



Konon kedung di sungai itu dikeramatkan sebab di dalam kedung ada seorang putri yang tenggelam bernama Dewi Maya. Ia merupakan putri dari salah satu pejabat setempat bernama Ki Ageng Kuwung di masa Kerajaan Pajang.

Pada suatu hari sang penguasa wilayah itu tengah berjalan-jalan di Kuwung yang berbatasan langsung dengan Sungai Bengawan Solo.



Tiba-tiba ia mengetahui ada seorang anak yang terseret arus dan tersangkut di sebuah pepohonan. Ia lantas segera memberi pertolongan.

Anak itu lantas diangkat menjadi anak dan diberi nama Djaka Sangsang, yang sebenarnya merupakan anak dari seorang janda di Jambe yang sangat cantik.

Singkat cerita Djaka Sangsang bertemu dengan Dewi Maya yang merupakan anak kandung dari Djaka Sangsang.

Tetapi pernikahan ini konon membuat sang ayah Djaka Sangsang merasa malu karena anak kandungnya menikah dengan anak angkatnya yang ditemukan di Sungai Bengawan Solo.

Ki Ageng Kuwung akhirnya mencari cara agar anaknya bisa berpisah dengan Djaka Sangsang. Djaka lantas diminta untuk menyampaikan surat kepada Kerajaan Pajang di ibu kota kerajaan.

Isi suratnya agar Djaka Sangsang bisa dijadikan abdi selamanya, sang anak tiri itu lantas tak menolak lalu berangkat menyampaikan surat ke Pajang.

Djaka Sangsang lantas diterima menjadi abdi atau pembantu oleh karena Djaka juga memiliki wajah yang cakap membuat putri Pajang pun jatuh cinta padanya. Akhirnya sang putri Kerajaan Pajang itu pun kawin dengan Djaka Sangsang.

Di sisi lain, Dewi Maya istri Djaka Sangsang yang tinggal di Desa Kuwung telah menunggu begitu lama sang suami, namun tak kunjung pulang.

Istrinya lantas berupaya menjemput suaminya di Pajang, akan tetapi saat menyeberang Sungai Bengawan Solo inilah Dewi Maya hanyut dan hilang di Kedung. Sejak saat itulah kedung itu dinamakan Kedung Maya.

Djaka Sangsang yang berada di Pajang agak lama teringat memeninggalkan istrinya di Desa Kuwung. Ia lantas meminta untuk berkunjung untuk datang ke Desa Kuwung sebentar. Permintaan itu disetujui oleh putri Pajang tadi.

Setibanya di Desa Kuwung ada seseorang yang memberitahu Djaka Sangsang bahwa istrinya hanyut dan hilang di Sungai Bengawan Solo tak lama, saat hendak menyusulnya ke Pajang. Djaka Sangsang pun cukup sedih dan tampak murung.

Ia kemudian melihat ke arah Sungai Bengawan Solo tempat di mana istrinya hilang. Tiba-tiba Dewi Maya seolah-olah menampakkan wujudnya, hingga membuat Djaka Sangsang tak tahan dan dia melompat juga ke dalam kedung. Ia pun akhirnya turut hilang di situ.

Putri Pajang yang resah karena suaminya Djaka Sangsang tak kunjung kembali, mencoba mencari tahu keberadaannya.

Sang putri Pajang itu pun menerima informasi suaminya bunuh diri melompat ke kedung di aliran Sungai Bengawan Solo. Ia pun turut melompat ke kedung dan turut hilang di situ.

Tak ayal hingga sekarang Kedung Maya di Sungai Bengawan Solo itu menjadi tempat keramat. Sejumlah perahu yang melintas kerap mendapat halangan dan seperti jadi tumbal.

Dari sanalah apabila ada orang-orang yang menjalankan perahu disitu harus berhati-hati.

Dipercaya mereka yang melintas tidak boleh bicara yang tidak baik. Akan tetapi konon sejumlah kecelakaan yang ada di sekitar wilayah tersebut tak selamanya karena penyebab mistis.

Selain itu arus airnya di sekitar lokasi cukup deras yang membuat banyak perahu terbalik.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1588 seconds (0.1#10.140)