Atasi Kelangkaan, Warga Desa Boba di NTT Produksi Minyak Kelapa Mandiri
loading...
A
A
A
NGADA - Kelangkaan minyak goreng kerap dihadapi masyarakat Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT). Peluang ini ditangkap kaum ibu di Desa Boba, Golewa Selatan, Kabupaten Ngada untuk memproduksi minyak goreng dari kelapa secara mandiri.
"Kami sering kesulitan memperoleh minyak pada bulan Maret hingga Juni. Dengan memproduksi sendiri, kami tidak perlu khawatir lagi," kata Imelda Mange Ketua Kelompok Penerima Bantuan (KPB) Desa Boba, Jumat (12/10/2024).
Upaya ini mendapat dukungan Program Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu (TEKAD).
Imelda menceritakan para ibu yang tergabung dalam KPB Desa Boba mengolah minyak kelapa melalui proses tradisional dengan memasak perasan santan kelapa di atas tungku.
Sisa ampas kemudian diperas dengan alat sederhana dari kayu yang dimodifikasi untuk mendapatkan minyak tambahan. Hasil produksi minyak ini lalu dijual kepada warga desa yang membutuhkan minyak goreng untuk kebutuhan sehari-hari.
"Proses produksi dilakukan dua kali seminggu dengan metode tradisional, memanfaatkan ampas kelapa untuk memaksimalkan hasil minyak. Setiap kali produksi, kelompok ini mampu mengolah 40 butir kelapa dan menghasilkan sekitar lima liter minyak yang langsung diserap oleh masyarakat lokal," katanya.
Untuk memperluas kapasitas usaha, KPB telah menerima bantuan demplot dari Program Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu (TEKAD) sebesar Rp100 juta. Bantuan dana tersebut digunakan untuk pengadaan bahan baku dan mesin pengolahan minyak.
"Mesin pengolah minyak yang masih dalam proses pengadaan diharapkan bisa meningkatkan produktivitas kelompok dalam waktu dekat," tambahnya.
Imelda berharap, ketika mesin pengolahan minyak telah tersedia, produktivitas kelompoknya dapat meningkat, sehingga seluruh warga Desa Boba bisa terpenuhi kebutuhannya. Ia optimis langkah ini akan memperkuat kemandirian ekonomi desa dan menjadikan perempuan lebih berdaya dalam peran ekonomi serta ketahanan pangan lokal.
"Saya yakin, jika kami lebih maksimal dalam memproduksi, seluruh masyarakat Desa Boba akan terpenuhi kebutuhannya, ujar Imelda.
"Kami sering kesulitan memperoleh minyak pada bulan Maret hingga Juni. Dengan memproduksi sendiri, kami tidak perlu khawatir lagi," kata Imelda Mange Ketua Kelompok Penerima Bantuan (KPB) Desa Boba, Jumat (12/10/2024).
Upaya ini mendapat dukungan Program Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu (TEKAD).
Imelda menceritakan para ibu yang tergabung dalam KPB Desa Boba mengolah minyak kelapa melalui proses tradisional dengan memasak perasan santan kelapa di atas tungku.
Sisa ampas kemudian diperas dengan alat sederhana dari kayu yang dimodifikasi untuk mendapatkan minyak tambahan. Hasil produksi minyak ini lalu dijual kepada warga desa yang membutuhkan minyak goreng untuk kebutuhan sehari-hari.
"Proses produksi dilakukan dua kali seminggu dengan metode tradisional, memanfaatkan ampas kelapa untuk memaksimalkan hasil minyak. Setiap kali produksi, kelompok ini mampu mengolah 40 butir kelapa dan menghasilkan sekitar lima liter minyak yang langsung diserap oleh masyarakat lokal," katanya.
Untuk memperluas kapasitas usaha, KPB telah menerima bantuan demplot dari Program Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu (TEKAD) sebesar Rp100 juta. Bantuan dana tersebut digunakan untuk pengadaan bahan baku dan mesin pengolahan minyak.
"Mesin pengolah minyak yang masih dalam proses pengadaan diharapkan bisa meningkatkan produktivitas kelompok dalam waktu dekat," tambahnya.
Imelda berharap, ketika mesin pengolahan minyak telah tersedia, produktivitas kelompoknya dapat meningkat, sehingga seluruh warga Desa Boba bisa terpenuhi kebutuhannya. Ia optimis langkah ini akan memperkuat kemandirian ekonomi desa dan menjadikan perempuan lebih berdaya dalam peran ekonomi serta ketahanan pangan lokal.
"Saya yakin, jika kami lebih maksimal dalam memproduksi, seluruh masyarakat Desa Boba akan terpenuhi kebutuhannya, ujar Imelda.
(shf)