Kisah Bhre Wirabhumi, Anak Selir Hayam Wuruk Pemecah Majapahit Timur dan Barat
loading...
A
A
A
PRABU Hayam Wuruk turun dari takhta, Kerajaan Majapahit mengalami perpecahan. Sebelumnya dikenal sebagai kerajaan yang kuat dan bersatu, Majapahit terbagi menjadi dua bagian: Majapahit Barat dan Majapahit Timur.
Perpecahan ini dipicu oleh konflik internal dan perselisihan di antara para anggota keluarga kerajaan, yang memuncak pada tahun 1406 setelah terjadinya Perang Paregreg, sebagaimana diriwayatkan dalam Kakawin Pararaton.
Kerajaan Majapahit Timur dipimpin Bhre Wirabhumi, yang naik tahta usai Perang Paregreg. Sebelumnya, wilayah tersebut berada di bawah kekuasaan Wikramawardhana, yang memerintah setelah wafatnya Hayam Wuruk.
Namun, konflik perebutan kekuasaan terjadi dan menyebabkan perpecahan yang mengakibatkan munculnya Majapahit Timur sebagai entitas terpisah. Bhre Wirabhumi, putra Hayam Wuruk dari seorang selir bernama Bhre Kahuripan, menjadi sosok kunci di wilayah timur ini.
Konflik yang memicu perpecahan ini berakar dari hubungan yang kompleks di dalam keluarga kerajaan. Hayam Wuruk memiliki dua saudara perempuan, yaitu Bhre Lasem dan Bhre Pajang. Bhre Lasem menikah dengan Bhre Matahun.
Namun pernikahan ini tidak menghasilkan keturunan. Sementara itu, Bhre Pajang menikah dengan Sri Singawardhana dari Paguhan, yang kemudian memiliki seorang putra bernama Raden Gagak Sali alias Wikramawardhana, yang di kemudian hari dikenal sebagai Bhre Mataram.
Menurut Kakawin Nagarakretagama, Bhre Lasem adalah putri tunggal dari pasangan Bhre Daha Dyah Wiyat Sri Rajadewi Maharajasa dan Bhre Wengker Hyang Parameswara, yang dikenal sebagai Wijayarajasa.
Bhre Lasem memiliki nama asli Rajasaduhitendudewi dan memiliki hak untuk menggantikan ibunya sebagai Bhre Daha. Hal ini menunjukkan bahwa Bhre Lasem merupakan saudara sepupu dari Hayam Wuruk, yang semakin memperumit struktur keluarga kerajaan saat itu.
Bhre Wirabhumi menikah dengan Nagarawardhani, yang dalam beberapa catatan lain disebut sebagai Bhre Lasem Sang Alemu. Pernikahan ini memperkuat posisi politik Bhre Wirabhumi dalam keluarga kerajaan.
Namun hal itu juga menjadi salah satu penyebab persaingan dengan Wikramawardhana, suami dari Kusumawardhani, putri Hayam Wuruk yang sah dari istri permaisuri. Wikramawardhana dan Kusumawardhani merupakan pewaris resmi Majapahit setelah Hayam Wuruk.
Namun dengan posisi kuat yang dimiliki Bhre Wirabhumi sebagai putra Hayam Wuruk dari selir, persaingan antara kedua pihak ini tidak dapat dihindari. Perang Paregreg pun terjadi sebagai akibat dari konflik tersebut.
Sehingga berakhir kekalahan Bhre Wirabhumi, meskipun posisinya penguasa di Majapahit Timur tetap diakui untuk beberapa waktu. Menurut sumber-sumber China, Bhre Wirabhumi dikenal sebagai Put-ling-ta-ha, yang merupakan transliterasi dari "Putreng Daha" atau Bhre Daha.
Pada tahun 1403, Bhre Wirabhumi mengirim utusan ke China untuk meminta pengakuan resmi dari Kaisar Yunglo. Langkah ini menunjukkan bahwa Bhre Wirabhumi berusaha memperkuat legitimasinya sebagai penguasa Majapahit Timur melalui dukungan dari kekaisaran Cina.
Sejak tahun 1388, Bhre Wirabhumi yang menjadi Bhre Daha, secara resmi telah menguasai wilayah timur Majapahit yang sebelumnya dikuasai oleh leluhurnya, Hyang Parameswara Wijayarajasa, sejak tahun 1377.
Bhre Daha, yang dalam sejarah dikenal sebagai Put-ling-ta-ha, menggunakan posisi politik dan aliansinya untuk mempertahankan kekuasaan di Majapahit Timur. Namun, ketegangan antara dua faksi keluarga kerajaan ini tetap mengakar.
Akhirnya, Perang Paregreg yang pecah pada awal abad ke-15, menjadi simbol konflik internal yang melemahkan Majapahit, hingga akhirnya menyebabkan fragmentasi politik dan berkurangnya pengaruh kerajaan di Nusantara.
Konflik tersebut juga menjadi pertanda melemahnya kekuatan Majapahit secara keseluruhan. Meskipun Wikramawardhana memenangkan Perang Paregreg, kerusakan yang ditimbulkan oleh konflik internal ini membuat Majapahit tidak lagi sekuat sebelumnya.
Di bawah tekanan konflik keluarga, keretakan kekuasaan, serta tantangan dari luar, kejayaan Majapahit perlahan meredup setelah abad ke-15. Perpecahan Majapahit menjadi barat dan timur menandai fase baru dalam sejarah kerajaan besar ini.
Di mana Bhre Wirabhumi menjadi tokoh sentral di wilayah timur. Pertikaian internal, perebutan takhta, dan aliansi politik yang rumit di dalam keluarga kerajaan Majapahit menunjukkan betapa kompleksnya dinamika kekuasaan pada masa itu.
Bhre Wirabhumi penguasa Majapahit Timur memanfaatkan hubungan politiknya, termasuk hubungan dengan China, untuk mengokohkan kekuasaan, meski akhirnya konflik internal menjadi faktor kunci menurunnya kekuatan Majapahit sebagai kerajaan besar di Asia Tenggara.
Lihat Juga: Kisah Kyai Cokro, Pusaka Andalan Pangeran Diponegoro Melawan Kebatilan dan Kezaliman Belanda
Perpecahan ini dipicu oleh konflik internal dan perselisihan di antara para anggota keluarga kerajaan, yang memuncak pada tahun 1406 setelah terjadinya Perang Paregreg, sebagaimana diriwayatkan dalam Kakawin Pararaton.
Kerajaan Majapahit Timur dipimpin Bhre Wirabhumi, yang naik tahta usai Perang Paregreg. Sebelumnya, wilayah tersebut berada di bawah kekuasaan Wikramawardhana, yang memerintah setelah wafatnya Hayam Wuruk.
Namun, konflik perebutan kekuasaan terjadi dan menyebabkan perpecahan yang mengakibatkan munculnya Majapahit Timur sebagai entitas terpisah. Bhre Wirabhumi, putra Hayam Wuruk dari seorang selir bernama Bhre Kahuripan, menjadi sosok kunci di wilayah timur ini.
Konflik yang memicu perpecahan ini berakar dari hubungan yang kompleks di dalam keluarga kerajaan. Hayam Wuruk memiliki dua saudara perempuan, yaitu Bhre Lasem dan Bhre Pajang. Bhre Lasem menikah dengan Bhre Matahun.
Namun pernikahan ini tidak menghasilkan keturunan. Sementara itu, Bhre Pajang menikah dengan Sri Singawardhana dari Paguhan, yang kemudian memiliki seorang putra bernama Raden Gagak Sali alias Wikramawardhana, yang di kemudian hari dikenal sebagai Bhre Mataram.
Menurut Kakawin Nagarakretagama, Bhre Lasem adalah putri tunggal dari pasangan Bhre Daha Dyah Wiyat Sri Rajadewi Maharajasa dan Bhre Wengker Hyang Parameswara, yang dikenal sebagai Wijayarajasa.
Bhre Lasem memiliki nama asli Rajasaduhitendudewi dan memiliki hak untuk menggantikan ibunya sebagai Bhre Daha. Hal ini menunjukkan bahwa Bhre Lasem merupakan saudara sepupu dari Hayam Wuruk, yang semakin memperumit struktur keluarga kerajaan saat itu.
Bhre Wirabhumi menikah dengan Nagarawardhani, yang dalam beberapa catatan lain disebut sebagai Bhre Lasem Sang Alemu. Pernikahan ini memperkuat posisi politik Bhre Wirabhumi dalam keluarga kerajaan.
Namun hal itu juga menjadi salah satu penyebab persaingan dengan Wikramawardhana, suami dari Kusumawardhani, putri Hayam Wuruk yang sah dari istri permaisuri. Wikramawardhana dan Kusumawardhani merupakan pewaris resmi Majapahit setelah Hayam Wuruk.
Namun dengan posisi kuat yang dimiliki Bhre Wirabhumi sebagai putra Hayam Wuruk dari selir, persaingan antara kedua pihak ini tidak dapat dihindari. Perang Paregreg pun terjadi sebagai akibat dari konflik tersebut.
Sehingga berakhir kekalahan Bhre Wirabhumi, meskipun posisinya penguasa di Majapahit Timur tetap diakui untuk beberapa waktu. Menurut sumber-sumber China, Bhre Wirabhumi dikenal sebagai Put-ling-ta-ha, yang merupakan transliterasi dari "Putreng Daha" atau Bhre Daha.
Pada tahun 1403, Bhre Wirabhumi mengirim utusan ke China untuk meminta pengakuan resmi dari Kaisar Yunglo. Langkah ini menunjukkan bahwa Bhre Wirabhumi berusaha memperkuat legitimasinya sebagai penguasa Majapahit Timur melalui dukungan dari kekaisaran Cina.
Sejak tahun 1388, Bhre Wirabhumi yang menjadi Bhre Daha, secara resmi telah menguasai wilayah timur Majapahit yang sebelumnya dikuasai oleh leluhurnya, Hyang Parameswara Wijayarajasa, sejak tahun 1377.
Bhre Daha, yang dalam sejarah dikenal sebagai Put-ling-ta-ha, menggunakan posisi politik dan aliansinya untuk mempertahankan kekuasaan di Majapahit Timur. Namun, ketegangan antara dua faksi keluarga kerajaan ini tetap mengakar.
Akhirnya, Perang Paregreg yang pecah pada awal abad ke-15, menjadi simbol konflik internal yang melemahkan Majapahit, hingga akhirnya menyebabkan fragmentasi politik dan berkurangnya pengaruh kerajaan di Nusantara.
Konflik tersebut juga menjadi pertanda melemahnya kekuatan Majapahit secara keseluruhan. Meskipun Wikramawardhana memenangkan Perang Paregreg, kerusakan yang ditimbulkan oleh konflik internal ini membuat Majapahit tidak lagi sekuat sebelumnya.
Di bawah tekanan konflik keluarga, keretakan kekuasaan, serta tantangan dari luar, kejayaan Majapahit perlahan meredup setelah abad ke-15. Perpecahan Majapahit menjadi barat dan timur menandai fase baru dalam sejarah kerajaan besar ini.
Di mana Bhre Wirabhumi menjadi tokoh sentral di wilayah timur. Pertikaian internal, perebutan takhta, dan aliansi politik yang rumit di dalam keluarga kerajaan Majapahit menunjukkan betapa kompleksnya dinamika kekuasaan pada masa itu.
Bhre Wirabhumi penguasa Majapahit Timur memanfaatkan hubungan politiknya, termasuk hubungan dengan China, untuk mengokohkan kekuasaan, meski akhirnya konflik internal menjadi faktor kunci menurunnya kekuatan Majapahit sebagai kerajaan besar di Asia Tenggara.
Lihat Juga: Kisah Kyai Cokro, Pusaka Andalan Pangeran Diponegoro Melawan Kebatilan dan Kezaliman Belanda
(ams)