18 Kali Gempa Susulan Guncang Berau Kaltim, Ingatkan Tsunami 1921
loading...
A
A
A
BERAU - Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan sebanyak 18 kali gempa susulan tercatat usai gempa berkekuatan 5,5 magnitudo di Berau, Kalimantan Timur (Kaltim) terjadi pada Minggu (15/9) hingga Senin (16/9/2024) pagi.
“Gempa Berau Kaltim M5,5 tadi malam diikuti sebanyak 18 kali gempa susulan hingga pukul 07.00 WIB pagi ini. Semoga kondisi tektonik segera stabil dan aman kembali,” kata Daryono dalam keterangannya, Senin (16/9/2024).
Daryono menyebut gempa Berau M5,5 mengingatkan peristiwa gempa besar pada 1921 silam di wilayah tersebut.
“Gempa Berau & Mangkalihat Kaltim M5,5 tadi malam mengingatkan kita pada peristiwa gempa besar yang terjadi di wilayah tersebut pada tahun 1921,” ujarnya.
Daryono menjelaskan, pada 14 Mei 1921 terjadi gempa kuat di Kalimantan Timur mencapai skala intensitas maksimum VII MMI (kerusakan berat).
Gempa ini menyebabkan kerusakan di wilayah Sangkulirang dengan kerusakan paling parah terjadi di Pulau Rending (Teluk Sangkulirang). Di Pulau ini banyak rumah rusak di Kaliorang dan Sekurau.
Dampak gempa menyebabkan lubang bor menyemburkan air, terjadi rekahan-rekahan tanah sepanjang 10 m, lebar 20 cm, dengan kedalaman 2 m dan menyemburkan air bercampur pasir dan tanah liat (terjadi likuifaksi).
“Wilayah yang diguncang gempa ini mencapai radius 250 km. Terjadi 10 kali guncangan-guncangan kuat yang berulang (gempa susulan). Gempa dipicu Sesar Sangkulirang (Sangkulirang Fault Zone) ini memicu tsunami 1 meter menimbulkan kerusakan parah di Sekurau,” tegasnya.
“Gempa Berau Kaltim M5,5 tadi malam diikuti sebanyak 18 kali gempa susulan hingga pukul 07.00 WIB pagi ini. Semoga kondisi tektonik segera stabil dan aman kembali,” kata Daryono dalam keterangannya, Senin (16/9/2024).
Daryono menyebut gempa Berau M5,5 mengingatkan peristiwa gempa besar pada 1921 silam di wilayah tersebut.
Baca Juga
“Gempa Berau & Mangkalihat Kaltim M5,5 tadi malam mengingatkan kita pada peristiwa gempa besar yang terjadi di wilayah tersebut pada tahun 1921,” ujarnya.
Daryono menjelaskan, pada 14 Mei 1921 terjadi gempa kuat di Kalimantan Timur mencapai skala intensitas maksimum VII MMI (kerusakan berat).
Gempa ini menyebabkan kerusakan di wilayah Sangkulirang dengan kerusakan paling parah terjadi di Pulau Rending (Teluk Sangkulirang). Di Pulau ini banyak rumah rusak di Kaliorang dan Sekurau.
Dampak gempa menyebabkan lubang bor menyemburkan air, terjadi rekahan-rekahan tanah sepanjang 10 m, lebar 20 cm, dengan kedalaman 2 m dan menyemburkan air bercampur pasir dan tanah liat (terjadi likuifaksi).
“Wilayah yang diguncang gempa ini mencapai radius 250 km. Terjadi 10 kali guncangan-guncangan kuat yang berulang (gempa susulan). Gempa dipicu Sesar Sangkulirang (Sangkulirang Fault Zone) ini memicu tsunami 1 meter menimbulkan kerusakan parah di Sekurau,” tegasnya.
(ams)