Penanaman Mangrove Bantu Program Penurunan Emisi GRK di Makassar

Minggu, 15 September 2024 - 06:02 WIB
loading...
Penanaman Mangrove Bantu...
Penanaman bibit mangrove dilakukan di Kawasan Pesisir Mangrove Lantebung Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Foto/Ist
A A A
MAKASSAR - Penanaman bibit mangrove terus dilakukan, hal itu merupakan upaya membantu program penurunan emisi gas rumah kaca sekaligus menambah ruang terbuka hijau (RTH) Kota Makassar, Sulawesi Tengah.

Ditargetkan seluas 5.273,1 ha atau 30% dari total luas wilayah di Makassar merupakan RTH.



Kegiatan restorasi ini sangat penting mengingat Kawasan Mangrove Lantebung merupakan satu-satunya areal hutan mangrove tersisa di Kota Makassar.

Penanaman mangrove berfungsi untuk mengembalikan fungsi-fungsi ekologis dan fisik hutan mangrove sebagai daerah penyangga dari ancaman erosi dan abrasi pantai, sekaligus sebagai daerah asuhan, dan perkembangbiakan berbagai biota laut lainnya.

Kali ini, penanaman bibit mangrove dilakukan Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHATI) bersama Sankyu Indonesia International di Kawasan Pesisir Mangrove Lantebung Kota Makassar.



“Penanaman bibit mangrove hari ini merupakan perwujudan dari rasa syukur 50 tahun berdirinya perusahaan kami, sekaligus bentuk dukungan terhadap program RAN GRK Kota Makassar dan NDC Kota Makassar,” ujar President Director Sankyu Indonesia International Ikuo Morino di sela-sela penanaman, dikutip Minggu (15/9/2024).

Kegiatan ini sekaligus tindak lanjut dari perjanjian kerja sama program restorasi mangrove dan mitigasi bencana serta perubahan iklim yang ditandatangani oleh kedua pihak.

Pihaknya berharap rehabilitasi mangrove yang dilakukan dapat berkontribusi pada serapan karbon sebesar 1.025 ton/tahun, dan menambah Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Makassar yang ditargetkan seluas 5.273,1 ha atau 30% dari total wilayah.

Berdasarkan data DLH Kota Makassar per akhir 2023, luasan RTH Makassar masih berada pada kisaran 11,47%.

Adapun bibit yang ditanam adalah jenis Rhizopora spp dan Soneratia spp. Penanaman bibit dilaksanakan bersama dengan Yayasan Konservasi Laut (YKL) Indonesia dan kelompok masyarakat lokal pesisir pengelola Kawasan mangrove Lantebung.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI, Riki Frindos menjelaskan bahwa Program Mangrove Blue Carbon tidak hanya memberikan dampak ekologis, namun juga ekonomi dan sosial.

“Sudah banyak masyarakat yang merasakan dampak dari program konservasi mangrove, mulai dari kegiatan edukasi, penelitian, ekowisata, kuliner, dan lain-lain. Kami berharap kegiatan ini dapat berhasil dan menjadi pembelajaran bagi daerah lain di seluruh Indonesia,” tandasnya.

Program Mangrove Blue Carbon sudah dijalankan di beberapa wilayah di Indonesia antara lain, di Kabupaten Donggala, Kabupaten Brebes, Kabupaten Pandeglang dan daerah lain.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2414 seconds (0.1#10.140)