Kisah Cinta Pangeran Diponegoro, Pahlawan Gagah yang Dipaksa Menikah Lagi demi Kepentingan Politik

Jum'at, 02 Agustus 2024 - 17:42 WIB
loading...
Kisah Cinta Pangeran...
Pangeran Diponegoro, sosok pahlawan yang namanya terpatri dalam sejarah Indonesia memiliki kisah cinta yang penuh dengan liku-liku dan intrik politik. Foto/Ilustrasi/Ist
A A A
Pangeran Diponegoro , sosok pahlawan yang namanya terpatri dalam sejarah Indonesia sebagai pejuang gigih melawan penjajahan Belanda, ternyata memiliki kisah asmara yang penuh dengan liku-liku dan intrik politik.

Dikenal sebagai Pangeran dari Goa Selarong, Diponegoro memimpin perlawanan heroik yang membuat pasukan kolonial Hindia Belanda kewalahan. Namun, di balik keberaniannya di medan perang, Pangeran Diponegoro adalah seorang pria romantis yang pernah menikahi sejumlah wanita cantik. Kisah cintanya tidak hanya mengharukan tetapi juga sarat dengan makna mendalam.

Peneliti dan penulis Peter Carey, dalam bukunya "Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro 1785-1855", mencatat bahwa Pangeran Diponegoro menikah untuk pertama kalinya pada tahun 1803. Istri pertamanya adalah Raden Ayu Retno Madubrongto, putri Kiai Gede Dadapan, seorang ulama terkemuka di Desa Dadapan. Dari pernikahan ini, lahir putra pertama mereka, Raden Mas Ontowiroyo, yang kemudian dikenal sebagai Pangeran Diponegoro II.



Cerita-cerita heroik dan asmara Diponegoro dituliskan oleh putra sulungnya dalam "Babad Dipanagara Surya Ngalam". Namun, kisah cinta Pangeran Diponegoro tidak selalu berjalan mulus. Beberapa tahun setelah pernikahan pertamanya, Diponegoro dipaksa menikah lagi oleh orang tuanya. Kali ini, ia dinikahkan dengan Raden Ajeng Supadmi, putri Bupati Panolan, dalam rangka strategi politik Sultan Hamengku Buwono III. Pernikahan ini berlangsung pada 27 Februari 1807 dan dirayakan dengan besar-besaran.

Sayangnya, pernikahan kedua ini tidak berlangsung lama dan tidak membawa kebahagiaan bagi Diponegoro. Istri keduanya tinggal di Keputren, dalam lingkungan Keraton Yogyakarta, sementara Diponegoro sendiri jarang menyebut-nyebutnya. Putra sulungnya, Diponegoro II, bahkan menggambarkan ibu tirinya sebagai sosok yang arogan dan tidak adil terhadap ibu kandungnya, Madubrongto, yang berasal dari kelas sosial lebih rendah dan wafat muda sebelum pecahnya Perang Jawa.

Menurut buku Carey, Diponegoro memiliki empat istri resmi dan beberapa selir. Selain istri-istrinya seperti Raden Ayu Rukmini, Raden Ayu Siti Aisyah, Raden Ayu Ratnaningsih, dan Raden Ayu Maduretno, ia juga memiliki beberapa selir seperti Raden Ayu Siti Fatimah, Raden Ayu Siti Zainab, Raden Ayu Siti Khadijah, dan Raden Ayu Siti Aminah.

Selama masa perang, setelah kematian keempat istrinya pada tahun 1827 akibat wabah kolera, Diponegoro menikahi tiga perempuan baru pada akhir November 1827. Salah satunya adalah Raden Ayu Retnoningsih, yang saat menikah masih berusia 17 tahun dan merupakan putri Bupati Keniten. Retnoningsih adalah satu-satunya istri resmi yang menemani Diponegoro di pengasingan dan memberinya dua anak.

Namun, kisah asmara Pangeran Diponegoro tidak hanya tentang kebahagiaan. Ada satu cerita asmara yang konon menjadi penyebab kekalahan besar Diponegoro dalam perang melawan Belanda. Pada malam 14 Oktober 1826, sebelum pertempuran besar di Gowok, Diponegoro menghabiskan malam dengan seorang gadis muda Tionghoa yang menjadi tawanan perang. Akibatnya, ia gagal mengatur strategi perang dan kalah telak, kehilangan banyak pasukan dan persenjataan.

Kisah asmara Pangeran Diponegoro memperlihatkan sisi manusiawi dari seorang pahlawan yang juga rentan terhadap cinta dan nafsu. Namun, hal ini tidak mengurangi kebesaran jasanya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda.
(hri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2126 seconds (0.1#10.140)