Kisah Prabu Jayabaya Jadikan Kediri Kiblat Kemajuan Kesusastraan Nusantara

Kamis, 11 Juli 2024 - 06:39 WIB
loading...
Kisah Prabu Jayabaya...
Raja Kediri Jayabaya berhasil menguasai wilayah Nusantara dari Jawa hingga Papua. Foto/Istimewa
A A A
Kesusastraan di zaman Kerajaan Kediri berkembang pesat. Apalagi Kerajaan Kediri dipimpin oleh Prabu Jayabaya yang membawa puncak kejayaan Kediri. Kerajaan Kediri begitu disegani di nusantara.

Prabu Jayabaya dihormati dan memerintah dengan bijaksana di mata rakyatnya.

Kejayaan Kediri itu juga tercermin dalam hal karya sastranya. Prabu Jayabaya memerintahkan pujangga sastra di Kediri untuk menggubah karya sastra, untuk mendeskripsikan kebesaran kerajaan.



Tercatat ada tujuh karya sastra besar yang dihasilkan selama Kerajaan Kediri berkuasa, dari karya - karya sastra inilah sejarah dan gambaran Kerajaan Kediri dapat diketahui.Sejumlah nama pujangga sastra mulai bermunculan di masa Prabu Jayabaya.

Beberapa nama seperti Mpu Panuluh, Mpu Sedah, hingga Mpu Monaguna, jadi deretan pujangga penulis kitab - kitab kuno era Kediri. Sebagian besar kitab yang disusun ini menceritakan mengenai sejarah Kerajaan Kediri.

Dikutip dari ‘Babad Tanah Jawi’ dari tulisan Soedjipto Abimanyu, salah satu kitab kuno yang terkenal dari Kerajaan Kediri adalah Bharatayuddha karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Kakawin Bharatayuddha ini merupakan salah satu karya sastra Jawa kuno yang termahsyur.

Kakawin ini menceritakan peperangan antara kaum Kurawa dan Pandawa, yang disebut peperangan Bharatayuddha.



Karya sastra ini digubah oleh Mpu Sedah dan belakangan diselesaikan oleh Mpu Panuluh ini dipersembahkan bagi Prabu Jayabaya pada1135 - 1157Masehi. Kitab ini ditulis pada sekitar akhir masa pemerintahan Raja Daha tersebut.

Kakawin ini tepatnya selesai ditulis pada 6 November 1157.Kitab kedua yang ditulis Mpu Panuluh adalah Kakawin Hariwangsa, salah satu karya sastra Jawa kuno ditulis saat Prabu Jayabaya memerintah pada tahun1135 - 1157Masehi.

Kata hariwangsa secara harfiah berarti silsilah atau garis keturunan Sang Hari atau Wisnu. Cerita yang dikisahkan dalam bentuk kakawin ini adalah cerita ketika sang Prabu Kresna, titisan Batara Wisnu, ingin menikah dengan Dewi Rukmini dari negeri Kundina, putri Prabu Bismaka.

Prabu Kresna ingin menculik Dewi Rukmini. Lalu pada saat malam sebelum pesta pernikahan dilaksanakan, Kresna datang ke Kundina dan membawa lari Rukmini. Sementara itu, para tamu dari negeri-negeri lain banyak yang sudah datang.



Prabu Bismaka sangat murka, dan ia langsung berdiskusi dengan raja-raja lainnya yang sedang bertamu.Kitab berikutnya yang dihasilkan pujangga Mpu Panuluh adalah Kakawin Gatotkaca Sraya adalah kitab gubahan Panuluh selain Hariwangsa dan Bharatayuddha.

Raja yang disebut dalam kitab Gatotkaca Sraya bernama Prabu Jayabaya. Menurut tulisan batu, memang pada zaman Kediri ada seorang raja bernama Kertajaya, yang bertahta sekitar tahun 1110 Saka atau 1188 Masehi. Raja Kertajaya adalah raja pengganti Prabu Jayabaya.

Mpu Dharmaja juga menjadi salah satu pujangga yang ada di era Kerajaan Kediri. Kitab yang dihasilkan yakni Kakawin Smaradhana mengisahkan terbakarnya Batara Kamajaya. Nama Smaradhana berasal dari kata asmara dan dhana.

Asmara adalah nama dewa percintaan, sedangkan Dhana berasal dari kata Dahana yang berarti api.Nama Asmaradana berkaitan dengan peristiwa hangusnya Dewa Asmara oleh sorot mata ketiga Dewa Siwa.

Pada Kitab Smaradhana, disebut nama Raja Kediri Prabu Kameswara, yang merupakan titisan Dewa Wisnu, yang ketiga kalinya dan berpermaisuri Sri Kirana Ratu, putri dari Kerajaan Jenggala.

Kitab kedua yang dihasilkan Mpu Dharmaja adalah Kakawin Bomakawya. Kitab ini menceritakan peperangan antara Prabu Kresna dan Prabu Boma. Di cerita pewayangan, lakon ini terkenal dengan sebutan Samba Juwing, sebuah lakon yang tragis dan memilukan.

Kitab Sumanasantaka karya Mpu Monaguna menjadi Kitab keenam yang jadi peninggalan Kerajaan Kediri. Kakawin ini menceritakan lahirnya Dasarata, ayah dari Rama di Ayodya. Kakawin Sumanasantaka ditulis sekitar tahun 1104, masa pemerintahan Prabu Warsajaya.

Sosok Mpu Monaguna sendiri adalah rekan seangkatan Mpu Triguna.

Keduanya merupakan pujangga istana zaman Prabu Warsajaya di Keraton Kediri. Melihat Mpu Monaguna dan Triguna hidup sekerabat, kemungkinan besar keduanya masih ada hubungan seperguruan, yang sama-sama menjadi kesayangan Raja Prabu Warsajaya.

Kakawin Kresnayana ditulis Mpu Triguna di masa Raja Warsajaya sekitar kurang lebih tahun 1104 Masehi. Kakawin ini merupakan karya sastra Jawa kuno yang menceritakan pernikahan Prabu Kresna dan penculikan calonnya Rukmini.

Kresnayana secara harfiah berarti perjalanan Kresna, maksudnya perjalannya ke negeri Kundina, tempat sang Rukmini. Tema yang dibahas Kakawin Kresnayana menyerupai dengan tema yang dibahas pada Kakawin Hariwangsa.
(ams)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1754 seconds (0.1#10.140)