Mpu Sindok, Raja Bijaksana yang Memindahkan Mataram Kuno ke Jawa Timur
loading...
A
A
A
Mpu Sindok meneruskan tahta Mataram Kuno. Ia memindahkan kerajaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur usai bencana alam letusan Gunung Merapi yang menghancurkan Medang, Ibu Kota Kerajaan Mataram.
Mpu Sindok merupakan menantu dari Dyah Wawa, yang memerintah di Kerajaan Mataram periode terakhir di Jawa Tengah, sebelum hancur diterpa bencana alam. Naiknya Dyah Wawa menjadi raja memang tak bisa dilepaskan dari peran Mpu Sindok.
Dyah Wawa-lah menggulingkan pemerintahan Dyah Tuludong Raja Mataram sebelumnya. Mpu Sindok yang memiliki peran besar dalam pemberontakan itu akhirnya dinikahkan oleh Dyah Wawa dengan anaknya bernama Sri Wardhani Mpu Kebi.
Semasa Dyah Wawa menjabat raja sebagaimana dikutip dari buku “13 Raja Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah Kerajaan di Tanah Jawa” tulisan Sri Wintala Achmad, Mpu Sindok diberi jabatan Rakryan Mahapatih Hino.
Pernikahan Mpu Sindok dengan istrinya inilah yang membuatnya memiliki seorang putri bernama Sri Isanatunggawijaya, yang kemudian dinikahkan dengan pangeran Bali bernama Sri Lokapala.
Mpu Sindok naik tahta menjadi raja bergelar Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isana Wikramatunggadewa pada 928 - 947 M. Saat memerintah ia didampingi seorang Rakai Mahapatih Hino yang bernama Mpu Sashara.
Saat memerintah Raja Mataram inilah Mpu Sindok terkenal sebagai raja yang adil dan bijaksana. Ia selalu berusaha untuk memakmurkan kehidupan seluruh rakyatnya.
Mpu Sindok menjadi penganut agama Hindu yang taat, tapi ia sangat menjaga toleransi terhadap umat agama lain.
Sebagai buktinya Mpu Sindok memberikan penghargaan Desa Wanjang sebagai sima swantantra kepada seorang pujangga bernama Sri Sambhara Suryawarana yang menulis kitab Buddha aliran Tantrayana, bertajuk Sang Hyang Kamahayanikan.
Alhasil dari Mpu Sindok ini pulalah lahir dinasti baru raja-raja Jawa yang dinamakan Dinasti Isana. Di mana dimulai dari Sri Isanatunggawijaya yang merupakan istri raja Bali Sri Lokapala, berlanjut ke Sri Makutawangsawardhana.
Dharmawangsa Teguh, Mahendradatta istri Udayana Warmadewa, hingga Airlangga atau yang bergelar Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga Anantawikramottunggadewa.
Mpu Sindok sendiri pada akhirnya mangkat atau meninggal pada 947 M. Arwahnya lantas dicandikan di Isanabajra atau Isanabhawana, selanjutnya raja Medang diemban oleh Sri Isanatunggawijaya yang menikah dengan Sri Lokapala dari Bali.
Mpu Sindok merupakan menantu dari Dyah Wawa, yang memerintah di Kerajaan Mataram periode terakhir di Jawa Tengah, sebelum hancur diterpa bencana alam. Naiknya Dyah Wawa menjadi raja memang tak bisa dilepaskan dari peran Mpu Sindok.
Dyah Wawa-lah menggulingkan pemerintahan Dyah Tuludong Raja Mataram sebelumnya. Mpu Sindok yang memiliki peran besar dalam pemberontakan itu akhirnya dinikahkan oleh Dyah Wawa dengan anaknya bernama Sri Wardhani Mpu Kebi.
Baca Juga
Semasa Dyah Wawa menjabat raja sebagaimana dikutip dari buku “13 Raja Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah Kerajaan di Tanah Jawa” tulisan Sri Wintala Achmad, Mpu Sindok diberi jabatan Rakryan Mahapatih Hino.
Pernikahan Mpu Sindok dengan istrinya inilah yang membuatnya memiliki seorang putri bernama Sri Isanatunggawijaya, yang kemudian dinikahkan dengan pangeran Bali bernama Sri Lokapala.
Mpu Sindok naik tahta menjadi raja bergelar Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isana Wikramatunggadewa pada 928 - 947 M. Saat memerintah ia didampingi seorang Rakai Mahapatih Hino yang bernama Mpu Sashara.
Saat memerintah Raja Mataram inilah Mpu Sindok terkenal sebagai raja yang adil dan bijaksana. Ia selalu berusaha untuk memakmurkan kehidupan seluruh rakyatnya.
Mpu Sindok menjadi penganut agama Hindu yang taat, tapi ia sangat menjaga toleransi terhadap umat agama lain.
Sebagai buktinya Mpu Sindok memberikan penghargaan Desa Wanjang sebagai sima swantantra kepada seorang pujangga bernama Sri Sambhara Suryawarana yang menulis kitab Buddha aliran Tantrayana, bertajuk Sang Hyang Kamahayanikan.
Alhasil dari Mpu Sindok ini pulalah lahir dinasti baru raja-raja Jawa yang dinamakan Dinasti Isana. Di mana dimulai dari Sri Isanatunggawijaya yang merupakan istri raja Bali Sri Lokapala, berlanjut ke Sri Makutawangsawardhana.
Dharmawangsa Teguh, Mahendradatta istri Udayana Warmadewa, hingga Airlangga atau yang bergelar Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga Anantawikramottunggadewa.
Mpu Sindok sendiri pada akhirnya mangkat atau meninggal pada 947 M. Arwahnya lantas dicandikan di Isanabajra atau Isanabhawana, selanjutnya raja Medang diemban oleh Sri Isanatunggawijaya yang menikah dengan Sri Lokapala dari Bali.
(ams)