Ini Penilaian Eks Ajudan BJ Habibie Terhadap Sosok Listyo Sigit Prabowo
loading...
A
A
A
MEDAN - Ketua Umum Jam'iyah Batak Muslim Indoesia (JBMI) Albiner Sitompul menilai Kabareskrim Polri Komjen Pol Listyo Sigit Prabowo sebagai sosok yang berorientasi pada aspek pelayanan terhadap masyarakat. Sikap seperti ini harus terus dipertahankan demi citra positif Polri di mata masyarakat.
“Sigit itulah yang disebut banyak orang ketika melihat Komisaris Jenderal Listyo Sigit Prabowo di media sosial dan ketika saya berdialog ringan dan berat dengannya. Sosok tokoh di jajaran Polri ini tetap bersahaja dan tenang bila ditanya tentang perjalanan kariernya,” kata Albiner kepada SINDOnews, Minggu (17/8/2020). (Baca juga: Jamiyah Batak Muslim Indonesia Gelar Diskusi Tes DNA )
Albiner Sitompul mengatakan, patut ditelaah langkah-langkah hidup Jenderal Sigit dalam menjalankan tugas dan aktivitas sehari-hari. Kesatuan yang memiliki jargon "Melindungi, Mengayomi dan Melayani Masyarakat" tersebut perlu dibuktikkannya secara profesional, modern, dan terpercaya. (Baca juga: Refleksi HUT ke-75 RI, Kabareskrim: Indonesia Harus Bangkit di Tengah Pandemi Covid-19 )
“Ketenangan adalah kekuatan lahir dan bathin,” kata Albiner Sitompul yang kaya pengalaman pengabdiannya kepada negara, sejak tamat AKABRI 1988 di Satuan Tentara Nasional Indonesia (TNI), di Kepresidenan (Ajudan Presiden BJ Habibie) dan Lembaga Ketahanan Nasional RI, serta memimpin beberapa yayasan dan organisasi masyarakat umum maupun Islam. (Baca juga: Merasa Masih Tangguh, Khabib Nurmagomedov Tak Punya Rencana Pensiun )
Albiner Sitompul mengungkap beberapa fakta prestasi yang merupakan anugrah yang dimiliki Listyo Sigit, pria berusia 51 tahun in. Di mata Albiner, jenderal lulusan 1991 dari Akademi Kepolisian ini (Listyo Sigit), ternyata tidak pernah berhenti memohon ketenangan dan kekuatan dari Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang (TYMPP) dalam setiap menjalankan tugas-tuganya.
“Hal ini juga ditunjukkannya, ketika memangku jabatan Kabareskrim, sebuah jabatan yang banyak didambakan orang lain. Dia tetap tidak lupa bersyukur dan bermohon kepada Tuhan dalam menghadapi jalan terjal dengan ragam tantangan dan rintangan. Semua dihadapinya dengan ketenangan lahir dan bathin," kata Albiner Sitompul tentang sosok Jenderal Sigit.
Entri point “ketenangan” itulah kemudian menjadi penilaian Albiner Sitompul yang menarik untuk diteladani. Jenderal Sigit merupakan perwira yang meraih pangkat Komisaris Jenderal Polisi angkatan 91 dan jadi perwira termuda yang menjabat sebagai Kabareskrim dalam kurun satu dekade terakhir.
Menurut Albiner, ketenangan dalam melaksanakan amanah dapat dibaca dari riwayat perjalanan hidup Jenderal Sigit. Pertama, ketika dipromosikan tahun 2009 mengisi Kapolres di Pati, beliau dianggap minim prestasi. Kedua, penolakan keras dari MUI Banten ketika menduduki jabatan Kapolda dengan alasan rasis. Ketiga, ketika dipromosikan menduduki amanah sebagai Kabareskrim dengan aroma senioritas dan lainnya.
Namun, kata Albiner, tempaan jam terbang dan lingkungan zona kerja, menjadi daya tarik sendiri dalam membentuk ketenangan lahir dan batin. Tidak heran, interaksi dengan para ulama yang intens ketika beliau bertugas di Jawa Tengah (Pati, Semarang, dan Solo) dan Banten. Kota penuh kyai dan ulama sebagai cipta peluang untuk sharing kebangsaan dalam melayani masyarakat.
"Sebut saja misalnya, silaturrahmi Jenderal Sigit dengan Kyai Sahal Mahfudz yang pernah menduduki Ketua MUI dan Dewan Penasihat Pengurus Besar Nahdhatul Ulama," kata Albiner Sitompul.
Jenderal Sigit, mulai dikenal publik saat karirnya tahun 2009, jabatan penting diamanahkan berawal dari Polres Pati, Wakapoltabes Semarang, dan Kapolres Surakarta. Prestasi Sigit semakin cemerlang, terbukti tahun 2014 dipanggil ke Istana sebagai Ajudan Presiden Joko Widodo. Kemudian diamanahkan menjabat sebagai Kapolda Banten 2016. Lanjut ke Mabes Polri sebagai Kepala Divisi Propam Polri tahun 2018, hingga pada posisi strategis sebagai Kabareskrim.
“Sigit itulah yang disebut banyak orang ketika melihat Komisaris Jenderal Listyo Sigit Prabowo di media sosial dan ketika saya berdialog ringan dan berat dengannya. Sosok tokoh di jajaran Polri ini tetap bersahaja dan tenang bila ditanya tentang perjalanan kariernya,” kata Albiner kepada SINDOnews, Minggu (17/8/2020). (Baca juga: Jamiyah Batak Muslim Indonesia Gelar Diskusi Tes DNA )
Albiner Sitompul mengatakan, patut ditelaah langkah-langkah hidup Jenderal Sigit dalam menjalankan tugas dan aktivitas sehari-hari. Kesatuan yang memiliki jargon "Melindungi, Mengayomi dan Melayani Masyarakat" tersebut perlu dibuktikkannya secara profesional, modern, dan terpercaya. (Baca juga: Refleksi HUT ke-75 RI, Kabareskrim: Indonesia Harus Bangkit di Tengah Pandemi Covid-19 )
“Ketenangan adalah kekuatan lahir dan bathin,” kata Albiner Sitompul yang kaya pengalaman pengabdiannya kepada negara, sejak tamat AKABRI 1988 di Satuan Tentara Nasional Indonesia (TNI), di Kepresidenan (Ajudan Presiden BJ Habibie) dan Lembaga Ketahanan Nasional RI, serta memimpin beberapa yayasan dan organisasi masyarakat umum maupun Islam. (Baca juga: Merasa Masih Tangguh, Khabib Nurmagomedov Tak Punya Rencana Pensiun )
Albiner Sitompul mengungkap beberapa fakta prestasi yang merupakan anugrah yang dimiliki Listyo Sigit, pria berusia 51 tahun in. Di mata Albiner, jenderal lulusan 1991 dari Akademi Kepolisian ini (Listyo Sigit), ternyata tidak pernah berhenti memohon ketenangan dan kekuatan dari Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang (TYMPP) dalam setiap menjalankan tugas-tuganya.
“Hal ini juga ditunjukkannya, ketika memangku jabatan Kabareskrim, sebuah jabatan yang banyak didambakan orang lain. Dia tetap tidak lupa bersyukur dan bermohon kepada Tuhan dalam menghadapi jalan terjal dengan ragam tantangan dan rintangan. Semua dihadapinya dengan ketenangan lahir dan bathin," kata Albiner Sitompul tentang sosok Jenderal Sigit.
Entri point “ketenangan” itulah kemudian menjadi penilaian Albiner Sitompul yang menarik untuk diteladani. Jenderal Sigit merupakan perwira yang meraih pangkat Komisaris Jenderal Polisi angkatan 91 dan jadi perwira termuda yang menjabat sebagai Kabareskrim dalam kurun satu dekade terakhir.
Menurut Albiner, ketenangan dalam melaksanakan amanah dapat dibaca dari riwayat perjalanan hidup Jenderal Sigit. Pertama, ketika dipromosikan tahun 2009 mengisi Kapolres di Pati, beliau dianggap minim prestasi. Kedua, penolakan keras dari MUI Banten ketika menduduki jabatan Kapolda dengan alasan rasis. Ketiga, ketika dipromosikan menduduki amanah sebagai Kabareskrim dengan aroma senioritas dan lainnya.
Namun, kata Albiner, tempaan jam terbang dan lingkungan zona kerja, menjadi daya tarik sendiri dalam membentuk ketenangan lahir dan batin. Tidak heran, interaksi dengan para ulama yang intens ketika beliau bertugas di Jawa Tengah (Pati, Semarang, dan Solo) dan Banten. Kota penuh kyai dan ulama sebagai cipta peluang untuk sharing kebangsaan dalam melayani masyarakat.
"Sebut saja misalnya, silaturrahmi Jenderal Sigit dengan Kyai Sahal Mahfudz yang pernah menduduki Ketua MUI dan Dewan Penasihat Pengurus Besar Nahdhatul Ulama," kata Albiner Sitompul.
Jenderal Sigit, mulai dikenal publik saat karirnya tahun 2009, jabatan penting diamanahkan berawal dari Polres Pati, Wakapoltabes Semarang, dan Kapolres Surakarta. Prestasi Sigit semakin cemerlang, terbukti tahun 2014 dipanggil ke Istana sebagai Ajudan Presiden Joko Widodo. Kemudian diamanahkan menjabat sebagai Kapolda Banten 2016. Lanjut ke Mabes Polri sebagai Kepala Divisi Propam Polri tahun 2018, hingga pada posisi strategis sebagai Kabareskrim.
(nth)