Jumlah Perokok di DIY Masuk 15 Besar Tertinggi di Indonesia

Kamis, 01 November 2018 - 08:41 WIB
Jumlah Perokok di DIY Masuk 15 Besar Tertinggi di Indonesia
Jumlah Perokok di DIY Masuk 15 Besar Tertinggi di Indonesia
A A A
YOGYAKARTA - Jumlah perokok di DIY ternyata cukup tinggi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan tahun 2013, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masuk ke dalam 15 besar angka perokok tertinggi di Indonesia, yaitu sebesar 31,6%. Dan Kota Yogyakarta kedua tertinggi dalam provinsi yakni sebesar 26,2%.

Menurut Ketua KABAR (Kegiatan Koalisi Indonesia Bebas TAR) Dr drg Amaliya, perlu sebuah solusi untuk mengurangi jumlah perokok secara perlahan. Dari penelitian yang telah dilakukan, didapati banyak fakta menarik di lapangan seputar perokok.

Di antaranya banyak ditemukan banyak perokok merasa kesulitan untuk berhenti. Di antara mereka juga telah banyak mencoba beragam metode berhenti merokok, seperti cold turkey, bantuan dengan permen, hingga terapi konseling.

“Namun, masih banyak yang belum berhasil. Ini memang membutuhkan solusi lain untuk membantu mereka (perokok) agar dapat berhenti secara perlahan,” terang Amaliya dalam Diskusi Publik tentang Tembakau Alternative di Sekip Room, Gadjah Mada University Club, Bulaksumur, Yogyakarta, Rabu (31/10/2018).

Peneliti Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) Indonesia ini menyebut selama roadshow yang digelar Kabar sejak April lalu masih banyak mendapati mispersepsi soal kandungan berbahaya pada rokok di masyarakat. Banyak yang mengira kalau nikotin adalah kandungan yang paling berbahaya pada rokok, padahal sebenarnya yang paling berbahaya itu TAR.

“TAR dihasilkan dari proses pembakaran rokok yang dapat memicu berbagai penyakit berbahaya pada tubuh, bukan nikotin. Tapi yang mesti diketahui juga, nikotin ini juga tidak bebas risiko,” jelasnya.

Menurut Amalia metode harm reduction (pengurangan risiko) yang ada pada produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik dan produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar dapat mengeliminasi TAR, sehingga risiko kesehatannya menjadi lebih rendah.“Oleh karena itu, ada baiknya kita mempertimbangkan metode pengurangan risiko ini sebagai metode yang dapat membantu mengurangi angka perokok di Indonesia,” lanjutnya.
Senada dengan Amaliya, Dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Padjadjaran Dr Ardini Raksanagara proses pemanasan pada produk tembakau alternatif dapat mengeliminasi TAR. Dengan terleminasinya TAR, maka risiko terhadap paparan penyakit berbahaya seperti jantung dan kanker juga tereduksi secara signifikan.

“Metode ini patut diperhitungkan mengingat potensi manfaat yang dimilikinya. Meskipun berhenti merokok adalah jalan terbaik, tapi produk ini dapat menjadi pilihan bagi mereka yang kesulitan atau belum berkeinginan untuk berhenti merokok,” jelasnya. Kabar Roadshow sebelumnya telah berlangsung di empat kota, yaitu Jakarta, Bandung, Bali, dan Palembang.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5723 seconds (0.1#10.140)