Kisah Pilu Pangeran Martapura, Raja Mataram Tersingkat Hanya Berkuasa 24 Jam
loading...
A
A
A
Menurut J. P. Coen yang menjabat sebagai kepala perdagangan VOC, pada waktu itu, Raden Martapura masih berumur 8 tahun.
Sedangkan Sultan Agung berumur sekitar 20 tahun. Raden Martapura, meskipun masih muda, namun ditunjuk sebagai pengganti Panembahan Hanyakrawati.Sebab, ketika ia dilahirkan, ayahnya telah dinobatkan sebagai Raja Kerajaan Mataram.
Sedangkan, Sultan Agung yang usianya lebih tua dari Raden Martapura, ketika ia dilahirkan, Panembahan Krapyak masih berstatus sebagai Putra Mahkota Kerajaan Mataram.
Suatu hal yang biasa bahwa putra mahkota berusia lebih muda dibanding putra - putra raja yang lain, karena Parameswari sebagai ibu dari Raden Martapura dinikahi lebih akhir. Dengan kata lain, ibunya dinikahi oleh Panembahan Krapyak setelah berstatus sebagai raja.
Dengan demikian, Raden Martapura hanya menjadi raja selama sehari semalam. Setelah ia turun tahta, kemudian Sultan Agung diangkat sebagai raja.
Pangeran Purbaya, sebagai sesepuh Mataram, mengatakan bahwa bagi yang tidak setuju dengan peningkatan tersebut, hendaklah maju, dan ia yang akan menghadapinya. Kenaikan tahta Sultan Agung juga berdasarkan trah.
Sultan Agung adalah putra yang dilahirkan oleh putri dari Pajang, sedangkan Raden Martapura dilahirkan oleh seorang putri dari Ponorogo. Menurut Panembahan Hanyakrawati, trah dari Pajang lebih tinggi daripada trah Ponorogo.
Jadi, secara trah, Sultan Agung lebih tinggi derajatnya daripada Raden Martapura.
Lihat Juga: Kisah Tumenggung Pati Pembisik Sultan Amangkurat I Meredam Konflik Kesultanan Mataram dengan Banten
Sedangkan Sultan Agung berumur sekitar 20 tahun. Raden Martapura, meskipun masih muda, namun ditunjuk sebagai pengganti Panembahan Hanyakrawati.Sebab, ketika ia dilahirkan, ayahnya telah dinobatkan sebagai Raja Kerajaan Mataram.
Sedangkan, Sultan Agung yang usianya lebih tua dari Raden Martapura, ketika ia dilahirkan, Panembahan Krapyak masih berstatus sebagai Putra Mahkota Kerajaan Mataram.
Suatu hal yang biasa bahwa putra mahkota berusia lebih muda dibanding putra - putra raja yang lain, karena Parameswari sebagai ibu dari Raden Martapura dinikahi lebih akhir. Dengan kata lain, ibunya dinikahi oleh Panembahan Krapyak setelah berstatus sebagai raja.
Dengan demikian, Raden Martapura hanya menjadi raja selama sehari semalam. Setelah ia turun tahta, kemudian Sultan Agung diangkat sebagai raja.
Pangeran Purbaya, sebagai sesepuh Mataram, mengatakan bahwa bagi yang tidak setuju dengan peningkatan tersebut, hendaklah maju, dan ia yang akan menghadapinya. Kenaikan tahta Sultan Agung juga berdasarkan trah.
Sultan Agung adalah putra yang dilahirkan oleh putri dari Pajang, sedangkan Raden Martapura dilahirkan oleh seorang putri dari Ponorogo. Menurut Panembahan Hanyakrawati, trah dari Pajang lebih tinggi daripada trah Ponorogo.
Jadi, secara trah, Sultan Agung lebih tinggi derajatnya daripada Raden Martapura.
Lihat Juga: Kisah Tumenggung Pati Pembisik Sultan Amangkurat I Meredam Konflik Kesultanan Mataram dengan Banten
(ams)