Menikmati Citarasa Kopi Khas Marancar di Tyyana Coffee

Jum'at, 14 September 2018 - 11:18 WIB
Menikmati Citarasa Kopi Khas Marancar di Tyyana Coffee
Menikmati Citarasa Kopi Khas Marancar di Tyyana Coffee
A A A
TAPANULI SELATAN - Bagi pecinta kopi di Tanah Air, tidak ada salahnya berkunjung ke Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumatera Utara (Sumut). Di daerah ini banyak perajin kopi yang mampu meracik kopi spesial citarasa khas Tapsel yang enak dinikmati.

Dari berbagai tempat dan jenis kopi yang tersedia di Tapsel, penulis berkesempatan berkunjung ke Tyyana Coffe di Aek Sabaon, Kecamatan Angkola Timur, Tapsel. Untuk sampai ke tempat itu, butuh waktu perjalanan 40-45 menit perjalanan dari Kota Padangsidimpuan. Pembangunan infrastruktur jalan yang saat ini dilakukan pemerintah semakin mempermudah pengunjung untuk datang ke tempat itu.

Ketika sampai di tempat itu, para pengunjung akan melihat keindahan kebun kopi seluas lebih kurang 2 hektare. Sejumlah pondok sudah tersedia bagi para pengunjung. Tidak lama berselang, Abdul Wajid Harahap, peracik kopi datang. Laki-laki yang juga pemilik usaha tersebut langsung menuangkan bubuk kopi dan menyiramnya dengan air panas. Menurutnya, untuk menghasilkan rasa kopi yang bagus, harus diaduk dengan suhu air yang sangat panas.

“Tujuannya, agar semua bakteri yang ada di kopi tersebut jadi mati, sehingga ketika sampai diusus tidak menjadi penyakit,” tuturnya kepada SINDONews. Menurutnya, untuk menghasilkan bubuk kopi yang berkualitas tinggi, dia masih menggunakan metode sangrai dan tumbuk tradisional.

Kopi yang disajikan kepada penulis terlebih dahulu dimasak dengan cara disangrai. Atau sederhananya proses penggongsengan dengan api menggunakan kayu bakar hingga proses penumbukan biji kopi dengan alu atau tenaga manusia hingga menjadi bubuk kopi halus.

"Untuk kopi yang bermutu tinggi, sebelum diolah satu persatu biji kopi disortir mulai dari kadar air, kesehatan kopi, keseragaman kopi dan kesempurnaan biji kopi yang harus diteliti dengan sabar dan seksama," katanya.

Bagi laki-laki yang pernah menjadi sopir truk itu, tanaman kopi sudah seperti anak gadisnya. Sehingga, dia harus merawatnya seperti anaknya sendiri. Diceritakannya, beberapa tahun lalu, pemerintah akan melebarkan badan jalan di daerah itu. Tanpa terkecuali, tanaman kopinya terkena proyek pelebaran badan jalan.

Saat itu, dia langsung menggali dan memindahkan setiap batang kopi yang terkena pelabaran badan jalan. ”Bagi masyarakat biasa, karena sudah ada ganti rugi, ya dibiarkan saja, tapi saya memindahkan batang kopi itu ke tempat lain. Namanya anak gadis kita, ya, harus dijaga,” imbuhnya.

Laki-laki yang akan menerima master kopi tersebut bertekad menjadikan komoditi kopi Marancar yang dia budidaya sendiri di atas hamparan lahan satu hektare di ketinggian 800 meter MDPL terbaik.

"Bukan bermaksud ria, walau sudah dikenal hingga luar negeri bahkan kebunnya kerap dikunjungi bulek-bulek menyeruput kopinya. Saya akan terus berupaya mengembangkan ini hingga menggugah masyarakat banyak," ujanya.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5031 seconds (0.1#10.140)