Memilukan, Keluarga Ini 5 Tahun Tinggal di Gubuk Daun Nipah dan Tak Tersentuh Bansos
loading...
A
A
A
TANAH LAUT - Kisah memilukan dialami keluarga Syaifulah di RT 05 Dusun II Desa Batilai, Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan (Kalsel). Mereka terpaksa tinggal di gubuk tak layak huni selama lima tahun.
Meski demikian, Syaifulah yang kondisinya termasuk keluarga miskin tak pernah tersentuh bantuan sosial (bansos) dari pemerintah.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari serta kehidupan istri dan kedua anaknya, Syaifulah bekerja serabutan.
Gubuk yang menjadi tempat tinggal mereka, berukuran 3 meter kali 4 meter dan berdinding daun nipah.
Meskipun sederhana, itulah satu-satunya tempat yang mereka miliki. Bangunan itu dibangun lima tahun lalu setelah mereka memutuskan pindah dari Desa Swarangan, Kecamatan Jorong.
Mereka pun menempati tanah kerabat mereka yang berada di RT 05 Dusun II Desa Batilai.
Sayangnya, usaha Syaifulah untuk memperbaiki kehidupan keluarganya masih jauh dari terwujud. Ia harus bekerja keras, seperti menyadap karet, menanam padi, bahkan bercocok tanam cabai di lahan sekitar gubuk mereka.
Selama lima tahun tinggal di gubuk tersebut, mereka belum pernah menerima bantuan sosial. Kendala yang dihadapi adalah status mereka masih tercatat sebagai warga Desa Ranggang.
Kepala RT 5 Dusun II Batilai, Baijuri membenarkan bahwa Syaifulah sudah lima tahun tinggal di gubuk bersama keluarganya.
Meskipun sudah dilaporkan, namun karena status warganya masih Desa Ranggang, mereka belum bisa dimasukkan dalam daftar calon penerima bantuan sosial.
Sementara itu, Kepala Desa Batilai, Hujaini, mengaku kaget saat mendengar informasi mengenai warganya yang tinggal di gubuk reot. Dengan kejelasan status yang diusulkan oleh stafnya, Hujaini berharap pemerintah desa dapat segera menyalurkan bantuan untuk membantu keluarga Syaifulah.
Selain berjuang untuk kebutuhan hidup keluarganya, Syaifulah dan istrinya juga harus menyisihkan uang untuk membiayai putra sulungnya yang saat ini duduk di bangku taman kanak-kanak.
Meski demikian, Syaifulah yang kondisinya termasuk keluarga miskin tak pernah tersentuh bantuan sosial (bansos) dari pemerintah.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari serta kehidupan istri dan kedua anaknya, Syaifulah bekerja serabutan.
Gubuk yang menjadi tempat tinggal mereka, berukuran 3 meter kali 4 meter dan berdinding daun nipah.
Meskipun sederhana, itulah satu-satunya tempat yang mereka miliki. Bangunan itu dibangun lima tahun lalu setelah mereka memutuskan pindah dari Desa Swarangan, Kecamatan Jorong.
Mereka pun menempati tanah kerabat mereka yang berada di RT 05 Dusun II Desa Batilai.
Sayangnya, usaha Syaifulah untuk memperbaiki kehidupan keluarganya masih jauh dari terwujud. Ia harus bekerja keras, seperti menyadap karet, menanam padi, bahkan bercocok tanam cabai di lahan sekitar gubuk mereka.
Selama lima tahun tinggal di gubuk tersebut, mereka belum pernah menerima bantuan sosial. Kendala yang dihadapi adalah status mereka masih tercatat sebagai warga Desa Ranggang.
Kepala RT 5 Dusun II Batilai, Baijuri membenarkan bahwa Syaifulah sudah lima tahun tinggal di gubuk bersama keluarganya.
Meskipun sudah dilaporkan, namun karena status warganya masih Desa Ranggang, mereka belum bisa dimasukkan dalam daftar calon penerima bantuan sosial.
Sementara itu, Kepala Desa Batilai, Hujaini, mengaku kaget saat mendengar informasi mengenai warganya yang tinggal di gubuk reot. Dengan kejelasan status yang diusulkan oleh stafnya, Hujaini berharap pemerintah desa dapat segera menyalurkan bantuan untuk membantu keluarga Syaifulah.
Selain berjuang untuk kebutuhan hidup keluarganya, Syaifulah dan istrinya juga harus menyisihkan uang untuk membiayai putra sulungnya yang saat ini duduk di bangku taman kanak-kanak.
(shf)