Kisah Kesombongan Kertanagara yang Bikin Kerajaan Singasari Hancur Diserang Keluarga Sendiri
loading...
A
A
A
Kesombongan Kertanagara Raja Singasari membuat riwayat kerajaan tamat. Singasari yang menjadi kerajaan besar dan tengah berjaya kala itu hancur berantakan oleh serangan dari keluarga dekat Kertanagara sendiri yakni Jayakatwang.
Kehancuran Kerajaan Singasari tak lepas dari kemauan keras Kertanegara untuk menuntaskan Ekspedisi Pamalayu, atau peristiwa semenanjung Melayu demi menyatukan nusantara. Kertanagara tak mau mendengarkan nasehat dari para pejabat lainnya setingkat mahamenteri, sehingga lengah dalam situs kondisi keamanan dalam negeri.
Ekspedisi Pamalayu atau penyerangan dan penaklukan Semenanjung Melayu oleh Kertanagara menjadi penanda awal bagaimana kehancuran Singasari. Saat itu Kertanagara mencoba menunjukkan eksistensinya dan membendung pengaruh kekuasaan Kekaisaran Mongol, yang hampir menguasai seluruh daratan di Asia, selain misi menyatukan nusantara.
Dikutip dari buku "Babad Tanah Jawi", dari Soedjipto Abimanyu, mengisahkan ambisiusnya Kertanegara merealisasikan Ekspedisi Pamalayu membuat Kertanegara melupakan keamanan internal kerajaan. Pasukan - pasukan elite Kerajaan Singasari dikirimkan untuk mendukung ambisi penaklukan Pamalayu. Pasukan pun dikirim ke Sumatera dibawah pimpinan Kebo Anabrang pada 1275.
Kertanagara mengirimkan tentaranya melalui pelabuhan Tuban dengan diantar oleh Mahisa Anengah Panji Angragani sampai di Pelabuhan Tuban. Pengiriman pasukan ini membuat pasukan yang tersisa di Singasari sangat sedikit, keamanan pun menjadi riskan bila mendapat serangan dari luar.
Mpu Raganata sang penasehat raja Kertanegara yang juga mahamenteri telah mengingatkan untuk tidak menyisakan pasukan yang banyak di internal Singasari. Sayang nasehat itu tak digubris sang raja. Mpu Raganata juga mengingatkan Kertanegara akan kemungkinan adanya balas dendam Raja Jayakatwang dari Kediri terhadap Kerajaan Singasari.
Tetapi sang raja yang terkenal angkuh dan congkak ini membuat saran Mpu Raganata tak ia pertimbangkan. Kertanegara berpendapat Jayakatwang tidak akan memberontak ke Singasari, karena ia berutang budi kepada dirinya raja Singasari.
Apalagi Jayakatwang memiliki hubungan keluarga dengan Kertanegara, yakni saudara sepupu sekaligus ipar dan besannya. Jayakatwang disebut Kertanegara sebagai bekas pengawal istana Kerajaan Singasari, yang diangkat sebagai Bupati di Gelang-gelang menjadikan hal mustahil melakukan penyerangan dan pemberontakan ke Kertanegara.
Sayang harapan Kertanegara tak sesuai kenyataan, Jayakatwang menyerang ibu kota kerajaan dari utara dan selatan. Sang Raja Kertanegara pun tewas saat tengah mengadukan ritual minum minuman keras (miras). Lengahnya kewaspadaan membuat Kertanegara dijegal oleh lawan-lawan politiknya, salah satu di antaranya Jayakatwang sendiri.
Kerajaan Singasari pun musnah tinggal nama, sang raja Kertanegara mati dan didarmakan sebagai candi yang dinamakan Candi Jawi. Konon di Candi Jawi ini pula abu jenazah Raja Singasari Kertanegara disimpan.
Lihat Juga: Kisah Kedekatan Prabowo Subianto dan Gus Dur, Pernah Masuk Kamar Tidur dan Jadi Tukang Pijatnya
Kehancuran Kerajaan Singasari tak lepas dari kemauan keras Kertanegara untuk menuntaskan Ekspedisi Pamalayu, atau peristiwa semenanjung Melayu demi menyatukan nusantara. Kertanagara tak mau mendengarkan nasehat dari para pejabat lainnya setingkat mahamenteri, sehingga lengah dalam situs kondisi keamanan dalam negeri.
Ekspedisi Pamalayu atau penyerangan dan penaklukan Semenanjung Melayu oleh Kertanagara menjadi penanda awal bagaimana kehancuran Singasari. Saat itu Kertanagara mencoba menunjukkan eksistensinya dan membendung pengaruh kekuasaan Kekaisaran Mongol, yang hampir menguasai seluruh daratan di Asia, selain misi menyatukan nusantara.
Dikutip dari buku "Babad Tanah Jawi", dari Soedjipto Abimanyu, mengisahkan ambisiusnya Kertanegara merealisasikan Ekspedisi Pamalayu membuat Kertanegara melupakan keamanan internal kerajaan. Pasukan - pasukan elite Kerajaan Singasari dikirimkan untuk mendukung ambisi penaklukan Pamalayu. Pasukan pun dikirim ke Sumatera dibawah pimpinan Kebo Anabrang pada 1275.
Kertanagara mengirimkan tentaranya melalui pelabuhan Tuban dengan diantar oleh Mahisa Anengah Panji Angragani sampai di Pelabuhan Tuban. Pengiriman pasukan ini membuat pasukan yang tersisa di Singasari sangat sedikit, keamanan pun menjadi riskan bila mendapat serangan dari luar.
Mpu Raganata sang penasehat raja Kertanegara yang juga mahamenteri telah mengingatkan untuk tidak menyisakan pasukan yang banyak di internal Singasari. Sayang nasehat itu tak digubris sang raja. Mpu Raganata juga mengingatkan Kertanegara akan kemungkinan adanya balas dendam Raja Jayakatwang dari Kediri terhadap Kerajaan Singasari.
Tetapi sang raja yang terkenal angkuh dan congkak ini membuat saran Mpu Raganata tak ia pertimbangkan. Kertanegara berpendapat Jayakatwang tidak akan memberontak ke Singasari, karena ia berutang budi kepada dirinya raja Singasari.
Apalagi Jayakatwang memiliki hubungan keluarga dengan Kertanegara, yakni saudara sepupu sekaligus ipar dan besannya. Jayakatwang disebut Kertanegara sebagai bekas pengawal istana Kerajaan Singasari, yang diangkat sebagai Bupati di Gelang-gelang menjadikan hal mustahil melakukan penyerangan dan pemberontakan ke Kertanegara.
Sayang harapan Kertanegara tak sesuai kenyataan, Jayakatwang menyerang ibu kota kerajaan dari utara dan selatan. Sang Raja Kertanegara pun tewas saat tengah mengadukan ritual minum minuman keras (miras). Lengahnya kewaspadaan membuat Kertanegara dijegal oleh lawan-lawan politiknya, salah satu di antaranya Jayakatwang sendiri.
Kerajaan Singasari pun musnah tinggal nama, sang raja Kertanegara mati dan didarmakan sebagai candi yang dinamakan Candi Jawi. Konon di Candi Jawi ini pula abu jenazah Raja Singasari Kertanegara disimpan.
Lihat Juga: Kisah Kedekatan Prabowo Subianto dan Gus Dur, Pernah Masuk Kamar Tidur dan Jadi Tukang Pijatnya
(hri)