Kasus Ibu-Anak Meninggal Perpanjang Catatan Buruk RSUD Bulukumba
loading...
A
A
A
BULUKUMBA - Komite Pemantau Legislatif (Kopel) Kabupaten Bulukumba menyebut, catatan buruk RSUD Sulthan Daeng Radja kini bertambah panjang. Itu setelah kasus kematian seorang ibu bersama anaknya saat proses persalinan Jumat pekan lalu.
Menurut Direktur Kopel Bulukumba , Muhammad Jafar, kematian ibu-anak yang oleh keluarganya disebut karena lambannya pelayanan rumah sakit, dinilai menjadi simbol lemahnya pengawasan dan pembinaan di rumah sakit Bulukumba.
Jafar bilang, maut memang merupakan takdir yang tidak bisa dihindarkan. "Akan tetapi, yang sangat di sayangkan jika kematian itu akibat keterlambatan penanganan oleh dokter ataupun tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit," katanya, Rabu (12/8/2020).
Dalam ingatan Jafar, kejadian seperti keterlambatan penanganan atau kelalaian sudah beberapa kali terjadi di RSUD Bulukumba. Dia mengambil contoh, kejadian tahun lalu, tepatnya bulan Juni, di mana bayi baru lahir yang ditangani oleh RSDU Bulukumba, meninggal dunia karena diduga kesalahan diagnosa golongan darah.
Kejadian lain kata Jafar terjadi pada November 2019. Saat itu seorang bayi yang baru lahir mengalami patah tulang (fraktur) setelah dilakukan operasi sesar.
Kasus lain terjadi pada awal tahun 2020, tepatnya bulan Februari. Saat itu salah seorang dokter RSUD Bulukumba bernama Junaid, membatalkan proses operasi terhadap pasien di tengah jalan. Padahal, leher sang pasien bernama Dume saat itu, sudah dalam kondisi dibedah.
"Pemerintah daerah harusnya lebih tegas terhadap para pelayan di rumah sakit untuk memberikan pelayanan maksimal kepada warga atau pasien," pinta Jafar.
Menurut Jafar, organisasi profesi kesehatan harus melakukan pembinaan kepada para anggotanya. Terutama dalam hal pelayanan kepada pasien.
Menurut Direktur Kopel Bulukumba , Muhammad Jafar, kematian ibu-anak yang oleh keluarganya disebut karena lambannya pelayanan rumah sakit, dinilai menjadi simbol lemahnya pengawasan dan pembinaan di rumah sakit Bulukumba.
Jafar bilang, maut memang merupakan takdir yang tidak bisa dihindarkan. "Akan tetapi, yang sangat di sayangkan jika kematian itu akibat keterlambatan penanganan oleh dokter ataupun tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit," katanya, Rabu (12/8/2020).
Dalam ingatan Jafar, kejadian seperti keterlambatan penanganan atau kelalaian sudah beberapa kali terjadi di RSUD Bulukumba. Dia mengambil contoh, kejadian tahun lalu, tepatnya bulan Juni, di mana bayi baru lahir yang ditangani oleh RSDU Bulukumba, meninggal dunia karena diduga kesalahan diagnosa golongan darah.
Kejadian lain kata Jafar terjadi pada November 2019. Saat itu seorang bayi yang baru lahir mengalami patah tulang (fraktur) setelah dilakukan operasi sesar.
Kasus lain terjadi pada awal tahun 2020, tepatnya bulan Februari. Saat itu salah seorang dokter RSUD Bulukumba bernama Junaid, membatalkan proses operasi terhadap pasien di tengah jalan. Padahal, leher sang pasien bernama Dume saat itu, sudah dalam kondisi dibedah.
"Pemerintah daerah harusnya lebih tegas terhadap para pelayan di rumah sakit untuk memberikan pelayanan maksimal kepada warga atau pasien," pinta Jafar.
Menurut Jafar, organisasi profesi kesehatan harus melakukan pembinaan kepada para anggotanya. Terutama dalam hal pelayanan kepada pasien.