Rayuan Maut Ki Pekih Ibrahim Bikin Pangeran Diponegoro Ditangkap Belanda
loading...
A
A
A
Pertemuan keduanya berlangsung cukup lancar dan akrab, namun dalam negosiasi ini tidak ada satu pasal persyaratan pun yang disepakati kedua belah pihak.
Sang pangeran datang dengan sejumlah pengawal dan panglima tentaranya, Kiai Ageng Bondoyudo dan berada di depan untuk menolak bala.Cleerens datang terlambat tetapi memberlakukan Pangeran Diponegoro dengan penuh hormat.
Ia turun dari kuda di tempat yang agak jauh dari pesanggrahan dan berjalan kaki sambil melepaskan topi kavalerinya, meski di tengah terik matahari. Pertemuan keduanya dalam suasana akrab, keduanya bertukar lelucon.
Sang pangeran bahkan mengatakan ia tidak minta disambut dengan tembakan kehormatan salvo dari Belanda, karena selama perang Belanda telah melepaskan lebih dari 100.000 kali tembakan untuk menghormatinya.
Sang pangeran dibujuk oleh Cleerens agar ikut bersamanya meneruskan perjalanan dan menunggu di Menoreh, daerah kekuasan Belanda yang kuat di pegunungan perbatasan antara Bagelen dan Kedu.
Kedatangan Pangeran Diponegoro disambut dimana-mana oleh penduduk yang mengelu-elukannya, rombongan Pangeran Diponegoro bahkan menjadi dua kali lipat, hingga 700 orang pada saat tiba di Menoreh.
Pangeran juga mendapat perawatan dari seorang dokter militer Belanda karena demam malaria yang dideritanya saat ia bersiap-siap memasuki bulan puasa. Sang pangeran menginap 15 hari di garnisun kota sebelum berangkat ke Magelang pada 8 Maret.
Di Menoreh muncul isu yang kemudian berdampak panjang baik bagi Pangeran Diponegoro maupun tuan rumah.
Sang pangeran datang dengan sejumlah pengawal dan panglima tentaranya, Kiai Ageng Bondoyudo dan berada di depan untuk menolak bala.Cleerens datang terlambat tetapi memberlakukan Pangeran Diponegoro dengan penuh hormat.
Ia turun dari kuda di tempat yang agak jauh dari pesanggrahan dan berjalan kaki sambil melepaskan topi kavalerinya, meski di tengah terik matahari. Pertemuan keduanya dalam suasana akrab, keduanya bertukar lelucon.
Sang pangeran bahkan mengatakan ia tidak minta disambut dengan tembakan kehormatan salvo dari Belanda, karena selama perang Belanda telah melepaskan lebih dari 100.000 kali tembakan untuk menghormatinya.
Sang pangeran dibujuk oleh Cleerens agar ikut bersamanya meneruskan perjalanan dan menunggu di Menoreh, daerah kekuasan Belanda yang kuat di pegunungan perbatasan antara Bagelen dan Kedu.
Kedatangan Pangeran Diponegoro disambut dimana-mana oleh penduduk yang mengelu-elukannya, rombongan Pangeran Diponegoro bahkan menjadi dua kali lipat, hingga 700 orang pada saat tiba di Menoreh.
Pangeran juga mendapat perawatan dari seorang dokter militer Belanda karena demam malaria yang dideritanya saat ia bersiap-siap memasuki bulan puasa. Sang pangeran menginap 15 hari di garnisun kota sebelum berangkat ke Magelang pada 8 Maret.
Di Menoreh muncul isu yang kemudian berdampak panjang baik bagi Pangeran Diponegoro maupun tuan rumah.